Sumber: Horison (April, 1983)
Analisis Puisi:
Puisi "Lapangan Rumput, Masa Kanak-Kanak, dan Sisa Embun" karya Hamid Jabbar merupakan sebuah refleksi mendalam tentang pengalaman kehidupan, masa kanak-kanak, dan kompleksitas dunia yang mengitarinya.
Tema Utama
- Keindahan dan Kelembutan Masa Kanak-Kanak: Puisi ini menggambarkan lapangan rumput yang luas dan sisa embun sebagai simbol keindahan dan kelembutan masa kanak-kanak. Embun pagi memberi nuansa segar dan pola hidup yang belum terkikis oleh kehidupan dewasa yang penuh tekanan.
- Permainan dan Kompetisi dalam Kehidupan: Metafora tentang "gelinding bagai bola" mencerminkan permainan hidup yang penuh dengan tantangan dan kompetisi. Meskipun ada usaha untuk mencapai kebahagiaan, seringkali nasib yang menentukan hasil akhirnya, bukan semata-mata usaha yang dilakukan.
- Realitas Pahit dalam Keindahan: Puisi ini tidak hanya menggambarkan keindahan dan kelembutan masa kanak-kanak, tetapi juga menyelipkan realitas pahit di baliknya. Luka-luka, baik fisik maupun emosional, menjadi bagian dari pengalaman hidup yang tak terhindarkan, meskipun tersembunyi di balik keceriaan dan impian masa kecil.
Gaya Bahasa dan Teknik Puitis
- Metafora dan Personifikasi: Puisi ini kaya dengan penggunaan metafora dan personifikasi untuk menyampaikan pemikiran dan perasaan yang kompleks. Lapangan rumput, embun, dan bola digambarkan tidak hanya sebagai objek fisik tetapi juga sebagai simbol-simbol yang melambangkan aspek-aspek kehidupan.
- Ritme dan Suara: Ritme yang digunakan dalam puisi ini menambahkan dimensi kekuatan dan dinamika. Dengan menggunakan pengulangan kata dan frasa tertentu, puisi ini menciptakan suara yang melingkupi keseluruhan suasana dan emosi yang ingin disampaikan.
- Kontras Antara Bahagia dan Realitas: Kontras antara impian masa kanak-kanak tentang kebahagiaan dengan realitas hidup yang keras menggambarkan kompleksitas eksistensi manusia. Bahagia dan kekecewaan, keberhasilan dan kegagalan, semua itu adalah bagian dari perjalanan hidup yang tak terelakkan.
Makna dan Interpretasi
- Refleksi tentang Kehidupan: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan kehidupan yang penuh dengan perjuangan, tantangan, dan impian. Masa kanak-kanak yang diidamkan sebagai masa yang penuh dengan kepolosan dan kebahagiaan, juga mengandung potensi penderitaan dan kekecewaan yang tak terduga.
- Kritik terhadap Kompetisi dan Aturan: Dengan mencatat bahwa "peluit tidak berbunyi" dan "aturan-aturan dibuat dan dimakan," puisi ini menyoroti kritik terhadap kompetisi tanpa henti dan sistem yang kadangkala dapat membatasi kebebasan dan kreativitas individu.
- Kompleksitas Emosi Manusia: Penyair dengan mahir menggambarkan kompleksitas emosi manusia, dari kegembiraan hingga kesedihan, dari harapan hingga kekecewaan. Ini memberikan nuansa mendalam pada pengalaman hidup yang universal.
Puisi "Lapangan Rumput, Masa Kanak-Kanak, dan Sisa Embun" karya Hamid Jabbar bukan sekadar cerminan tentang masa kecil yang penuh dengan kepolosan dan impian, tetapi juga sebuah refleksi tentang kompleksitas kehidupan manusia secara keseluruhan. Dengan menggunakan bahasa yang indah dan metafora yang kuat, penyair berhasil mengeksplorasi tema-tema universal seperti kompetisi, kebahagiaan, kekecewaan, dan penderitaan dengan kedalaman dan kepekaan yang luar biasa.
Karya: Hamid Jabbar
Biodata Hamid Jabbar:
- Hamid Jabbar (nama lengkap Abdul Hamid bin Zainal Abidin bin Abdul Jabbar) lahir 27 Juli 1949, di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat.
- Hamid Jabbar meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 2004.
