Sonet:
Lelaki-Lelaki Telah Turun ke Laut
lelaki-lelaki telah turun ke laut, memanjat gedung yang dibangunkan,
berpeluh di belakang tungku k.a.; lelaki-lelaki telah diberangkatkan
ke medan perang, mengembara ke kota-kota asing, berkelahi
di sudut-sudut yang gelap. Mereka telah menciptakan jakarta.
mereka telah membuat jalan-jalan yang panjang, menegakkan patung-patung,
menyalakan lampu-lampu, mengajar kanak-kanak;
lelaki-lelaki yang baik tak pernah bertanya buat siapa,
mereka diam, di pundak mereka bergantungan para perempuan.
lelaki-lelaki, seperti nasib, tak pernah terjinakkan di sini,
dalam bayang-bayang lambang, panji-panji dan peti mati;
mereka telah dilahirkan untuk berlaga, dalam prahara,
menampar dan meludahi keledai-keledai yang berkhotbah di menara.
Lelaki-lelaki telah menjelma nyanyian-nyanyian, sajak-sajak, lukisan-lukisan,
pencipta setia sejarah yang panjang, ahli waris jaman.
Analisis Puisi:
Puisi "Lelaki-Lelaki Telah Turun ke Laut" karya Sapardi Djoko Damono menghadirkan gambaran yang kuat tentang perjalanan dan pengaruh lelaki dalam pembangunan dan perubahan sebuah kota.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah tentang peran dan kontribusi lelaki dalam membangun sebuah kota atau masyarakat. Puisi ini merenungkan perjalanan lelaki dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pembangunan fisik seperti gedung dan jalan, hingga peran mereka dalam perang, pendidikan, seni, dan sejarah.
Imaji
Sapardi Djoko Damono menggunakan imaji yang kuat untuk menggambarkan kegiatan dan kontribusi lelaki dalam konteks urban. Misalnya, gambaran "membuat jalan-jalan yang panjang, menegakkan patung-patung, menyalakan lampu-lampu" menciptakan citra tentang kerja keras dan dedikasi lelaki dalam membangun infrastruktur dan simbol-simbol kebudayaan di sebuah kota.
Suasana dan Nuansa
Suasana dalam puisi ini terasa dinamis dan bersemangat, menggambarkan perjalanan yang penuh tantangan dan pengorbanan dalam upaya menciptakan perubahan dan kemajuan. Ada nuansa kepahlawanan dan keberanian dalam menjelajahi medan perang dan menghadapi prahara kehidupan.
Bahasa dan Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan oleh Sapardi Djoko Damono dalam puisi ini cenderung lugas dan langsung, dengan kata-kata yang mengesankan dan penuh dengan makna. Penggunaan metafora seperti "lelaki-lelaki yang baik tak pernah bertanya buat siapa" menggambarkan sifat-sifat yang melekat pada lelaki yang berjuang tanpa pamrih untuk kebaikan bersama.
Makna Simbolis
Secara simbolis, "Lelaki-Lelaki Telah Turun ke Laut" dapat diartikan sebagai representasi dari perjalanan kolektif manusia dalam membangun sejarah dan peradaban. Laut sebagai simbol perjuangan dan pengorbanan, serta berbagai kontribusi lelaki dalam berbagai bidang kehidupan, mencerminkan kompleksitas dan keberagaman peran mereka dalam masyarakat.
Puisi "Lelaki-Lelaki Telah Turun ke Laut" karya Sapardi Djoko Damono mengajak pembaca untuk merenungkan peran lelaki dalam menciptakan perubahan dan mengisi lembaran sejarah sebuah kota atau masyarakat. Dengan imaji yang kuat, bahasa yang tajam, dan refleksi yang mendalam, puisi ini berhasil menyampaikan pesan tentang dedikasi, pengorbanan, dan warisan yang ditinggalkan oleh lelaki dalam perjalanan panjang sejarah manusia.
Karya: Sapardi Djoko Damono
Biodata Sapardi Djoko Damono:
- Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
- Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
