Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Lelaki vs Perempuan (Karya Amien Wangsitalaja)

Puisi "Lelaki vs Perempuan" karya Amien Wangsitalaja mengajak pembaca untuk merenungi dimana orientasi hidupnya, bagaimana menghadapi tantangan ...
Lelaki vs Perempuan

Aku melihat
Saudara perempuan Hallaj
Masuk kota Baghdad
Dengan menyingkap cadar

Dan ketika kubalah kenapa
Ia tak rapatkan cadar itu
Menjelaskan ia
: di kota ini tak ada lelaki*)

Aduh
Wahai perempuan
Ketahuilah
Bahwa aku adalah lelaki
Dan seperti Hallaj
Rela kau hukum mati.

Catatan:
*) Konon dalam khazanah sufisme, “Perempuan” sering dipakai untuk simbol bagi seseorang yang semata mengejar keuntungan dunia, “Setengah lelaki” dipakai untuk simbol bagi yang semata mengejar keuntungan akhirat, dan “Lelaki” dipakai untuk simbol bagi yang tidak mengejar keduanya.

Analisis Puisi:

Puisi "Lelaki vs Perempuan" karya Amien Wangsitalaja adalah karya yang sarat simbolisme, dengan pendekatan yang dipengaruhi oleh pemikiran sufisme. Puisi ini menggambarkan pertarungan batin, identitas, dan nilai antara dunia dan akhirat melalui simbol “perempuan”, “setengah lelaki”, dan “lelaki”.

Tema

Tema utama puisi ini adalah konflik nilai spiritual dan duniawi. Melalui simbol-simbolnya, puisi ini menyampaikan perbedaan orientasi hidup manusia: mengejar keuntungan dunia, mengejar keuntungan akhirat, atau tidak mengejar keduanya. Tema ini juga berkaitan dengan keberanian, ketulusan, dan pengorbanan dalam konteks spiritual.

Puisi ini bercerita tentang pertemuan simbolis antara seorang lelaki dan perempuan di kota Baghdad:
  1. Perempuan Hallaj digambarkan sebagai sosok yang membuka cadarnya, simbol orang yang terlalu fokus pada dunia.
  2. Kehadiran lelaki, yang menyatakan kesediaannya “rela kau hukum mati” seperti Hallaj, menunjukkan keberanian spiritual dan keteguhan prinsip.
  3. Dialog simbolis ini menekankan ketegangan antara orientasi hidup duniawi dan spiritual, serta keberanian menghadapi risiko demi nilai yang diyakini.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini sangat kuat dalam konteks sufisme:
  1. “Perempuan” melambangkan mereka yang mengejar keuntungan dunia semata.
  2. “Setengah lelaki” (disebutkan dalam catatan) mewakili yang mengejar keuntungan akhirat semata.
  3. “Lelaki” simbol bagi yang tidak mengejar keduanya, atau lebih tepatnya, yang siap menghadapi segala konsekuensi hidup, termasuk kematian, demi prinsip atau nilai spiritual sejati.
Puisi ini menunjukkan bahwa keberanian spiritual sering kali menuntut pengorbanan ekstrem, bahkan risiko mati, demi integritas batin.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini terasa intim, tegang, dan penuh keteguhan:
  1. Tegang karena ada konfrontasi simbolis antara dua orientasi hidup, perempuan dan lelaki, yang menonjolkan perbedaan nilai.
  2. Intim karena interaksi ini menggambarkan dialog batin, bukan konflik fisik.
  3. Penuh keteguhan, tercermin dari pernyataan “aku adalah lelaki / dan seperti Hallaj / rela kau hukum mati,” yang menegaskan keberanian spiritual.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan tentang:
  1. Keberanian spiritual: Menunjukkan bahwa kesetiaan pada nilai spiritual kadang memerlukan pengorbanan ekstrem.
  2. Kesadaran akan orientasi hidup: Manusia perlu menyadari apakah hidupnya lebih dikuasai oleh dunia, akhirat, atau keseimbangan antara keduanya.
  3. Integritas dan keteguhan: Dalam menghadapi tantangan dan penghakiman, prinsip yang diyakini dengan tulus harus ditegakkan.

Imaji

Puisi ini menggunakan imaji yang simbolik dan kuat:
  • Visual: Perempuan membuka cadar di kota Baghdad—menciptakan gambaran fisik yang sarat makna.
  • Simbolik: Cadar, kota Baghdad, dan pernyataan lelaki “rela kau hukum mati” semua menjadi simbol konflik nilai, orientasi hidup, dan keberanian spiritual.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini:
  • Metafora / simbolisme: Perempuan, lelaki, dan Hallaj bukan hanya figur literal, tetapi simbol nilai spiritual dan orientasi hidup.
  • Hiperbola: Pernyataan “rela kau hukum mati” menegaskan keberanian dan pengorbanan ekstrem.
  • Dialog simbolik: Bentuk percakapan simbolis antara lelaki dan perempuan menekankan ketegangan nilai dan orientasi hidup.
Puisi "Lelaki vs Perempuan" karya Amien Wangsitalaja adalah refleksi mendalam tentang perbedaan orientasi hidup manusia, keberanian spiritual, dan integritas batin. Melalui simbol perempuan dan lelaki serta referensi Hallaj, puisi ini menekankan bahwa kesetiaan pada nilai spiritual sering kali menuntut keberanian dan pengorbanan yang luar biasa.

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungi dimana orientasi hidupnya, bagaimana menghadapi tantangan nilai, dan keberanian untuk tetap setia pada prinsip meskipun risiko menghadang. Sebuah karya yang sederhana secara kata, namun sangat kaya secara makna dan filosofi sufistik.

Amien Wangsitalaja
Puisi: Lelaki vs Perempuan
Karya: Amien Wangsitalaja
© Sepenuhnya. All rights reserved.