Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Letak Cuaca (Karya Alex R. Nainggolan)

Puisi “Letak Cuaca” karya Alex R. Nainggolan bercerita tentang perasaan kehilangan, kekecewaan, dan kerinduan terhadap seseorang atau masa lalu.
Letak Cuaca

Semisal di musim hujan ini
jaket yang kerap kau pakai
tiba-tiba kuyup
pada jalan yang mana tempat singgah?
sementara tak pernah puas kau tata letak cuaca
menggeser puting kemarau dan hujan
memberi lanskap yang pengap pada ujung daun runcing
lalu kenangan tinggal dalam jaketmu yang basah
mungkin kau akan diam
sebab masa lalu hampir mirip dengan kemarau
terasa kering dan penuh debu

maka kau angankan tempat berdiam yang lain
tinggal di rumah dengan perempuan yang berleher jenjang
menyeduh hujan yang singgah di beranda
meninggalkan gumpal gelisah yang kerap melintang

bukankah kita melulu lupa pada segala?
tiap kali hujan berbenah dan rebah
tak ada sejarah yang tinggal di sana
buatku, apalagi untukmu

Jakarta, 2004

Analisis Puisi:

Puisi “Letak Cuaca” memiliki tema tentang kenangan, kesedihan, dan dinamika emosi manusia. Alex R. Nainggolan menggunakan metafora cuaca untuk menggambarkan suasana hati, perubahan perasaan, dan pengalaman pribadi yang berkaitan dengan hubungan dan kenangan masa lalu. Tema ini menekankan bagaimana pengalaman emosional seseorang dapat “bercuaca” berbeda-beda, tergantung waktu dan keadaan batin.

Puisi ini bercerita tentang perasaan kehilangan, kekecewaan, dan kerinduan terhadap seseorang atau masa lalu. Tokoh lirik mengamati kenangan yang tersisa dalam benda-benda sehari-hari, seperti jaket yang kuyup, dan menggambarkan bagaimana kenangan itu terkait dengan perasaan yang tidak sepenuhnya selesai.

Selain itu, puisi ini juga menyoroti dinamika hubungan manusia, di mana “cuaca” menjadi simbol perubahan perasaan dan suasana hati, seperti hujan yang datang membawa kenangan dan kemarau yang terasa kering dan penuh debu.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah ketidakpastian emosional dan upaya manusia menghadapi masa lalu yang tidak tuntas.

Hujan dan kemarau dalam puisi berfungsi sebagai simbol emosi yang berubah-ubah: hujan mewakili kesedihan atau kerinduan, sedangkan kemarau melambangkan kekosongan atau kehilangan.

Penyair juga menyiratkan bahwa manusia sering mencoba “menata ulang” perasaan dan kenangan, namun tetap menghadapi sisa gelisah yang membekas, terutama ketika hubungan dan masa lalu tidak sepenuhnya dapat dipahami atau dilupakan.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini muram, penuh kerinduan, dan sedikit melankolis. Penggunaan diksi seperti “kuyup”, “pengap pada ujung daun runcing”, dan “gumpal gelisah yang kerap melintang” membangun atmosfer hati yang gelisah, penuh memori, dan kesepian. Suasana ini mencerminkan konflik batin antara menerima masa lalu dan mencoba bergerak maju.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa kenangan dan masa lalu sering meninggalkan jejak emosi yang sulit hilang, dan manusia harus belajar menerima bahwa tidak semua hal bisa diatur atau dikembalikan. Hujan dan kemarau dalam puisi menjadi metafora untuk mengingatkan bahwa hidup penuh dinamika, dan meskipun kita berusaha menata ulang perasaan, sisa-sisa gelisah tetap ada.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual dan emosional:
  • Imaji visual muncul melalui deskripsi alam dan benda: “jaket yang kerap kau pakai tiba-tiba kuyup”, “ujung daun runcing”, dan “menyeduh hujan di beranda”.
  • Imaji emosional/batin muncul pada “kenangan tinggal dalam jaketmu yang basah” dan “gumpal gelisah yang kerap melintang”, yang menghadirkan rasa kehilangan dan kerinduan.
Imaji-imaji ini membuat pembaca seolah merasakan hujan, basahnya jaket, dan beratnya gelisah yang tersisa dari hubungan atau kenangan masa lalu.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora, seperti “kenangan tinggal dalam jaketmu yang basah” dan “masa lalu hampir mirip dengan kemarau”, yang menghubungkan emosi dan kenangan dengan cuaca atau benda fisik.
  • Personifikasi, pada baris “tiap kali hujan berbenah dan rebah”, yang memberi hujan sifat seolah mampu bergerak dan melakukan tindakan manusia.
  • Simbolisme, di mana hujan, kemarau, dan cuaca digunakan sebagai simbol emosi, kerinduan, dan perjalanan batin tokoh lirik.
Puisi “Letak Cuaca” karya Alex R. Nainggolan menampilkan refleksi batin yang puitis tentang kenangan, hubungan, dan dinamika emosi manusia. Melalui metafora cuaca, penyair menggambarkan bagaimana perasaan manusia berubah dan tersisa dalam kenangan yang sulit hilang. Hujan dan kemarau menjadi simbol perubahan dan gelisah yang membekas, mengajak pembaca merenungkan betapa kompleksnya hubungan manusia dengan masa lalu, perasaan, dan kehidupan sehari-hari.

Alex R. Nainggolan
Puisi: Letak Cuaca
Karya: Alex R. Nainggolan
© Sepenuhnya. All rights reserved.