Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Malem Diwa Memetik Kopi (Karya L.K. Ara)

Puisi "Malem Diwa Memetik Kopi" karya L.K. Ara bercerita tentang pengalaman penyair menyaksikan pemandangan dataran tinggi Gayo dari pesawat terbang.
Malem Diwa Memetik Kopi

Perlahan ia mengusap mata
Tak percaya apa yang dilihatnya
Malem Diwa memetik kopi
Dan puteri bungsu mendampingi
Ia mengusap mata lagi
Dari atas pesawat terbang
Ia menyidik ke bawah sekian ribu kaki
Ia memandang ke dataran tinggi
Negeri Gayo yang asri
Ke pinggir danau
Ke bukit bukit hijau
Ke ladang ladang kopi
Ke bening air kali

Di lembar awan ia terkesan
Membaca tulisan
Riwayat masa lalu
Dan petuah para datu
Negeri kita negeri kayangan
Kelak jadi rebutan
Jangan sampai berpindah tangan

Bila awan sirna
Dan mata bercahaya
Ia memastikan Malim Diwa
Sedang memetik kopi
Putri bungu mendampingi

Kini ia percaya
Dari atas ketinggian sekian ribu kaki
Dapat ia saksikan
Malim Diwa memetik kopi
Ia percaya
Ia pastikan dengan mata hati

Banda Aceh, 15/10/2012

Analisis Puisi:

L.K. Ara dikenal sebagai penyair yang banyak menulis tentang Aceh, tanah kelahirannya, dengan nuansa kultural, sosial, dan alam yang khas. Salah satu puisinya, "Malem Diwa Memetik Kopi", merupakan karya yang memadukan kekayaan imajinasi, keindahan alam Gayo, serta nilai-nilai budaya yang diwariskan leluhur. Puisi ini menyajikan kisah antara legenda, sejarah, dan realitas kehidupan masyarakat penghasil kopi di dataran tinggi Gayo.

Tema

Tema utama puisi ini adalah keindahan dan kekayaan budaya serta alam Gayo yang harus dijaga sebagai warisan leluhur. Penyair menekankan pentingnya menjaga identitas, sejarah, dan tanah air agar tidak berpindah tangan.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman penyair menyaksikan pemandangan dataran tinggi Gayo dari pesawat terbang. Ia melihat ladang kopi, danau, bukit, serta hijaunya alam yang indah. Namun, di balik keindahan itu, hadir pula sosok imajiner Malem Diwa—tokoh legenda—yang memetik kopi bersama putri bungsu. Kehadiran tokoh legenda ini memberi kesan bahwa tanah Gayo bukan sekadar tanah, tetapi juga ruang yang hidup oleh sejarah, mitos, dan petuah leluhur.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah pesan tentang pentingnya menjaga tanah air, khususnya tanah Gayo, dari ancaman pihak luar yang ingin merebut atau merusaknya. Penyair menekankan bahwa negeri ini bukan hanya milik generasi kini, melainkan juga titipan leluhur dan warisan untuk anak cucu. Imajinasi Malem Diwa menjadi simbol penjaga nilai budaya dan martabat masyarakat Gayo.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah takjub, reflektif, dan penuh kebanggaan. Kekaguman penyair terhadap pemandangan Gayo dari ketinggian berpadu dengan perasaan haru sekaligus waspada, karena ia menyadari bahwa keindahan ini harus dilindungi agar tidak dirampas atau hilang.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat dari puisi ini adalah agar masyarakat mencintai, melestarikan, dan menjaga kekayaan alam serta budaya yang dimiliki. Penyair ingin mengingatkan bahwa tanah air bukan sekadar ruang geografis, melainkan juga rumah yang menyimpan riwayat, petuah, dan identitas kolektif.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji, yang membuat pembaca dapat merasakan langsung pengalaman penyair:
  • Imaji visual: “Ke bukit-bukit hijau / Ke ladang-ladang kopi / Ke bening air kali” menggambarkan panorama Gayo yang indah.
  • Imaji perasaan: “Ia memastikan Malem Diwa / Sedang memetik kopi” menimbulkan rasa haru sekaligus bangga akan legenda lokal.
  • Imaji spiritual: “Ia pastikan dengan mata hati” menghadirkan nuansa reflektif dan keyakinan batin.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: awan yang seakan “menyimpan tulisan” dan riwayat masa lalu.
  • Metafora: “mata hati” digunakan sebagai lambang keyakinan batin yang melampaui penglihatan biasa.
  • Simbolisme: Malem Diwa dan putri bungsu menjadi simbol leluhur serta generasi penerus yang harus menjaga warisan budaya.
Puisi "Malem Diwa Memetik Kopi" karya L.K. Ara tidak hanya menampilkan panorama alam Gayo yang indah, tetapi juga membawa pesan tentang sejarah, legenda, dan tanggung jawab moral untuk menjaga warisan budaya. Dengan tema cinta tanah air dan pelestarian identitas, puisi ini bercerita tentang hubungan antara alam, manusia, dan leluhur. Makna tersiratnya adalah ajakan untuk menjaga agar tanah air tidak jatuh ke tangan asing. Imaji yang kuat serta majas yang kaya membuat puisi ini hidup sebagai karya sastra sekaligus refleksi budaya.

L.K. Ara
Puisi: Malem Diwa Memetik Kopi
Karya: L.K. Ara

Biodata L.K. Ara:
  • Nama lengkap L.K. Ara adalah Lesik Keti Ara.
  • L.K. Ara lahir di Kutelintang, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937.
© Sepenuhnya. All rights reserved.