Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Mata Kancing (Karya Irma Agryanti)

Puisi "Mata Kancing" karya Irma Agryanti bercerita tentang seseorang yang mengalami kegelapan akibat badai. Dalam kondisi rapuh dan takut, ia ...

Mata Kancing

demi satu jam yang gelap oleh badai
bajumu lebih lebat
dari barisan pohon marigold
mengasihaniku
agar aku bisa sepenuhnya berteduh
seraya malu-malu pada
misalnya dua batang lilin
atau sebotol anggur putih kulit dada

demi satu jam yang gelap oleh badai
bolehlah merendam
rasa takut dari balik bajumu
seraya berharap
lampu-lampu
tak kembali menyala

2012

Sumber: Requiem Ingatan (2013)

Analisis Puisi:

Puisi "Mata Kancing" karya Irma Agryanti menghadirkan pengalaman batin yang intim dan emosional, dengan nuansa personal yang kental. Dalam larik-lariknya, penyair menyuguhkan pertemuan antara kegelapan, badai, rasa takut, dan kebutuhan untuk berteduh pada kehangatan seseorang. Puisi ini sederhana namun penuh simbol, membentuk gambaran perasaan yang mendalam.

Tema

Tema utama puisi ini adalah cinta, keintiman, dan perlindungan di tengah ketakutan. Penyair menggambarkan perasaan rapuh ketika badai datang, lalu menemukan ketenangan dengan bersandar pada kehangatan orang terkasih.

Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh lirik yang mengalami kegelapan akibat badai. Dalam kondisi rapuh dan takut, ia merasa dilindungi oleh sosok yang dekat dengannya. Baju orang itu diibaratkan lebih lebat daripada barisan pohon marigold, tempat ia bisa berteduh. Ia mengisyaratkan keintiman emosional yang sederhana, misalnya lewat bayangan lilin atau sebotol anggur, yang menjadi simbol kehangatan dan kenyamanan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah cinta menjadi tempat perlindungan saat menghadapi badai kehidupan. Badai dalam puisi bisa dimaknai secara literal sebagai cuaca buruk, tetapi juga bisa simbol dari ketakutan, kecemasan, atau kesulitan hidup. Tokoh lirik menemukan rasa aman dengan bersandar pada kehadiran orang yang dikasihi, dan berharap momen itu tidak lekas berakhir.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini terasa intim, hangat, namun juga rapuh. Ada nuansa ketakutan yang menyelinap, tetapi juga diimbangi rasa nyaman karena hadirnya sosok pelindung.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah dalam menghadapi ketakutan, cinta dan kasih sayang mampu menjadi pelindung yang paling nyata. Kehadiran orang terdekat bisa mengurangi rasa cemas, bahkan di tengah badai sekalipun.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual dan imaji perasaan:
  • Imaji visual: “bajumu lebih lebat dari barisan pohon marigold”, “dua batang lilin”, “sebotol anggur putih kulit dada”.
  • Imaji perasaan: “demi satu jam yang gelap oleh badai”, “merendam rasa takut dari balik bajumu”.
Imaji-imaji tersebut membentuk suasana perlindungan yang intim dan menenangkan.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora – baju diibaratkan sebagai tempat berteduh yang lebih lebat dari pohon marigold. “bajumu lebih lebat dari barisan pohon marigold”
  • Personifikasi – baju digambarkan seakan-akan mampu memberikan perlindungan layaknya tempat berteduh.
  • Simbolisme – lilin dan anggur putih menjadi simbol kehangatan, keintiman, dan kebersamaan.
  • Repetisi – pengulangan frasa “demi satu jam yang gelap oleh badai” menekankan kondisi genting sekaligus suasana emosional yang mendalam.
Puisi "Mata Kancing" karya Irma Agryanti merupakan karya yang lembut, penuh simbol, dan sarat makna emosional. Melalui gambaran badai, baju, lilin, dan anggur, penyair menyuguhkan pengalaman intim tentang perlindungan dan cinta di tengah ketakutan. Tema cinta dan keintiman menjadi inti dari puisi ini, dengan imaji visual yang kuat serta majas yang memperkuat suasana. Pada akhirnya, puisi ini menyampaikan bahwa cinta mampu menjadi tempat berteduh paling aman ketika badai kehidupan datang.

Irma Agryanti
Puisi: Mata Kancing
Karya: Irma Agryanti

Biodata Irma Agryanti:
  • Irma Agryanti lahir pada tanggal 28 Agustus 1986 di Mataram, Nusa Tenggara Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.