Membelah Diri
sayang, kenapa harus membelah diri
kalau sampai begini sakit
untuk menyatu kembali
merekah engkau jadi kita
jadi tuan dan hamba
panjang jarak tak terkira
sayang, o sayang
jangan bilang sekedar satu dua hari
jangan katakan hanya sebatas matahari
sebab bergulat harus sedemikian nyeri
jatuh bangun mencari
tertunda-tunda ketemu diri sendiri
1986
Sumber: Cahaya Maha Cahaya (1993)
Analisis Puisi:
Emha Ainun Nadjib, atau yang akrab dikenal dengan Cak Nun, adalah seorang penyair dan pemikir yang sering mengolah gagasan spiritual, sosial, dan kemanusiaan dalam bentuk puisi. Salah satu puisinya yang sarat makna adalah “Membelah Diri”. Lewat bahasa sederhana namun penuh kedalaman, Cak Nun menyampaikan refleksi tentang luka batin, pencarian jati diri, serta rasa cinta yang rumit.
Tema
Tema utama puisi ini adalah pergulatan batin manusia dalam menghadapi perpecahan diri, cinta, dan pencarian kesatuan jiwa. Puisi ini tidak hanya berbicara soal hubungan personal dengan orang terkasih, tetapi juga soal manusia yang berjarak dengan dirinya sendiri.
Puisi ini bercerita tentang rasa sakit ketika seseorang harus terpecah, kehilangan kesatuan, lalu berjuang untuk kembali menyatu. Suara liris yang digunakan penyair menekankan pengalaman batin yang getir, baik dalam konteks hubungan cinta yang renggang maupun dalam pencarian makna hidup yang sering tertunda.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa manusia kerap mengalami perpecahan batin antara keinginan, realitas, dan cinta. Membelah diri bukan hanya tentang keterpisahan dari pasangan, melainkan juga tentang keterasingan dari diri sendiri. Kesatuan diri membutuhkan perjuangan, “jatuh bangun mencari,” yang menegaskan bahwa pencarian jati diri tidak pernah mudah dan selalu penuh rasa nyeri.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini adalah sedih, getir, dan penuh kegelisahan. Ada nada keluh dan rindu, tetapi juga kesadaran bahwa perpecahan diri merupakan bagian dari proses menuju pemahaman yang lebih dalam.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah pentingnya menjaga kesatuan cinta dan keutuhan diri, karena perpecahan hanya menimbulkan luka. Selain itu, puisi ini juga mengingatkan bahwa perjalanan manusia untuk menemukan dirinya kembali seringkali panjang dan penuh penderitaan, sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketabahan.
Imaji
Beberapa imaji kuat yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- “membelah diri” → menghadirkan gambaran visual keterpecahan yang menimbulkan rasa sakit.
- “merekah engkau jadi kita, jadi tuan dan hamba” → melahirkan kontras relasi kekuasaan dalam hubungan.
- “jatuh bangun mencari” → menghadirkan imaji gerakan yang penuh perjuangan dan penderitaan.
Majas
Puisi ini juga kaya dengan majas, antara lain:
- Metafora: “membelah diri” sebagai lambang keterpecahan jiwa dan cinta.
- Hiperbola: “panjang jarak tak terkira” untuk menggambarkan jarak emosional yang sangat jauh.
- Personifikasi: perasaan sakit dan pencarian digambarkan seolah-olah memiliki kehidupan dan perjuangan.
- Repetisi: pengulangan kata “sayang” menegaskan nada lirih dan keluh yang mendalam.
Puisi “Membelah Diri” karya Emha Ainun Nadjib adalah refleksi puitis tentang penderitaan akibat keterpecahan, baik dalam cinta maupun dalam diri manusia sendiri. Dengan tema cinta dan pencarian jati diri, puisi ini menghadirkan suasana sedih dan penuh pergulatan batin. Imaji dan majas yang digunakan memperkuat ekspresi emosional, sementara amanatnya menyiratkan pentingnya kesabaran dalam menghadapi perpecahan, sebab menyatu kembali bukanlah perkara mudah.
Karya: Emha Ainun Nadjib
Biodata Emha Ainun Nadjib:
- Muhammad Ainun Nadjib (Emha Ainun Nadjib atau kerap disapa Cak Nun atau Mbah Nun) lahir pada tanggal 27 Mei 1953 di Jombang, Jawa Timur, Indonesia.
