Memo Seorang Insinyur
Apa salahnya mewujudkan rancangan besar
apa salahnya membuat gunung gunung saling berangkulan
apa salahnya alam kita pahat, selagi bumi kita dekap
maka biarkan tanah bergetar, rimba terkuak, sungai sungai terbelokan
dan kota kota tumbuh gemerlap
dan desa desa terbelah, desa desa lenyap
dan air memberual dan pintu pintu pintu pengaman
dan jembatan terentang, jalan layang silang bersilang
dan peta lama negeri ini harus dicampakkan
apa salahnya
Sumber: Horison (Januari, 1990)
Analisis Puisi:
Puisi "Memo Seorang Insinyur" karya Isma Sawitri merupakan sebuah karya sastra yang memunculkan serangkaian pertanyaan dan refleksi terhadap aktivitas manusia, khususnya dalam konteks pembangunan dan transformasi alam. Dalam puisi ini, sang penyair mengeksplorasi dilema moral yang muncul dari tindakan manusia yang terlalu agresif dalam merancang dan mengubah lingkungan alam.
Pembangunan Besar dan Dampaknya: Puisi ini membahas konsep pembangunan besar yang dilakukan oleh insinyur atau pembuat kebijakan. Pertanyaan "apa salahnya mewujudkan rancangan besar" memberikan gambaran bahwa ada ambisi untuk menciptakan perubahan besar dalam lingkungan. Namun, penyair mengajukan pertanyaan kritis terkait dampak dari pembangunan tersebut. Puisi ini mencerminkan pertimbangan etika terhadap keputusan-keputusan besar dalam pembangunan.
Interaksi Manusia dengan Alam: Puisi menggambarkan relasi manusia dengan alam sebagai suatu proses yang agresif. Ungkapan "alam kita pahat, selagi bumi kita dekap" menyiratkan bahwa manusia secara bersamaan menciptakan dan merusak alam. Penggambaran ini mengundang pembaca untuk merenung tentang tanggung jawab manusia terhadap lingkungan dan keberlanjutan.
Ketidakseimbangan dan Konsekuensi: Penggambaran "tanah bergetar, rimba terkuak, sungai-sungai terbelokan" memberikan kesan bahwa perubahan besar dalam lingkungan alam dapat menimbulkan dampak yang besar pula. Puisi ini menyoroti potensi ketidakseimbangan ekologis, kehilangan habitat, dan konsekuensi negatif lainnya yang mungkin muncul akibat aktivitas manusia yang tidak terkendali.
Kritik Terhadap Perubahan Sosial: Puisi ini tidak hanya membahas dampak fisik pada alam, tetapi juga menyentuh aspek sosial. Gambaran "kota-kota tumbuh gemerlap" dan "desa-desa terbelah, desa-desa lenyap" menggambarkan perubahan struktur masyarakat akibat pembangunan. Hal ini menciptakan ruang bagi refleksi tentang perubahan sosial yang tidak selalu menguntungkan semua pihak.
Penolakan Terhadap Status Quo: Ungkapan "peta lama negeri ini harus dicampakkan" menandakan sikap penolakan terhadap keadaan yang ada. Puisi ini mengajak untuk merenungkan ulang pandangan terhadap pembangunan tanpa batas dan mengeksplorasi alternatif yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Pertanyaan Filosofis: Puisi ini mengajukan serangkaian pertanyaan filosofis tentang moralitas, tujuan hidup, dan dampak dari tindakan manusia. Dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan ini, penyair mengajak pembaca untuk merenung dan meresapi implikasi dari keputusan-keputusan yang diambil dalam perjalanan pembangunan.
Dengan kata lain, "Memo Seorang Insinyur" bukan hanya sekadar kritik terhadap pembangunan, tetapi juga sebuah undangan untuk merenungkan kembali nilai-nilai, tanggung jawab, dan konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukan manusia terhadap alam dan masyarakatnya. Puisi ini membangkitkan kesadaran akan kompleksitas hubungan manusia dengan alam serta pentingnya mengambil langkah-langkah yang bijak dalam menjaga keseimbangan ekologis dan sosial.
Karya: Isma Sawitri
Biodata Isma Sawitri:
- Isma Sawitri lahir pada tanggal 21 November 1940 di Langsa, Aceh.
