Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Mencari Kekasih (Karya Djoko Saryono)

Puisi “Mencari Kekasih” karya Djoko Saryono bercerita tentang seseorang yang menanti dan mencari kekasihnya, bukan sekadar kekasih duniawi, ...

Mencari Kekasih

: buat Moh. Harun

setiap suara adalah berita
maka kau tunggui tanpa kedip mata
maka kau simak tanpa lena telinga
siapa sangka menceritakan kebenaran
keberadaan kekasih yang kau harapkan
rupa kekasih yang selalu kau rindukan

setiap suara adalah berita:
kekasih kau berada di kemuliaan
kekasih kau berparas keceriaan
kekasih kau mandi cahaya keimanan

setiap suara adalah berita:
tak usah kau cari sampai waktu lekang
ke rumah abadi, kekasih kau telah pulang
diantar gemunung air yang berkelebat datang
dan mengajak mereka tinggal di arasi lapang

setiap suara adalah berita
tak heran kau selalu terjaga
sembari ucap: Allah Allah Allah tercinta

Malang, 2005

Sumber: Arung Diri (2013)

Analisis Puisi:

Tema puisi “Mencari Kekasih” adalah kerinduan spiritual dan kehilangan yang diselimuti keimanan. Puisi ini tidak hanya berbicara tentang kehilangan seseorang yang dicintai secara fisik, tetapi juga mengarah pada pencarian makna kekasih dalam konteks religius — kekasih sebagai simbol jiwa yang telah berpulang kepada Sang Pencipta, atau bahkan Tuhan sendiri sebagai kekasih sejati yang dicari dalam setiap napas dan doa.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang menanti dan mencari kekasihnya, bukan sekadar kekasih duniawi, melainkan sosok yang telah pergi menuju “rumah abadi”. Setiap suara yang didengar diibaratkan sebagai “berita”, tanda, atau wahyu yang mungkin membawa kabar tentang sang kekasih. Namun pada akhirnya, pencarian itu berujung pada kesadaran bahwa kekasih tersebut telah mencapai kedamaian di sisi Tuhan.

Baris terakhir yang menyebut “Allah Allah Allah tercinta” memperkuat tafsir bahwa pencarian ini juga bermakna spiritual — perjalanan batin seseorang menuju cinta ilahi.

Makna tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah penerimaan terhadap kehilangan melalui jalan spiritual. Penulis ingin menyampaikan bahwa setiap kehilangan sesungguhnya adalah panggilan menuju pemahaman tentang makna cinta sejati — cinta yang tidak berhenti di dunia, tetapi berlanjut di alam keabadian.

Selain itu, puisi ini juga mengandung makna ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi duka, dengan meyakini bahwa setiap perpisahan hanyalah sementara dan akan berujung pada pertemuan kembali di sisi Tuhan.

Suasana dalam puisi

Suasana puisi ini hening, khusyuk, dan penuh perenungan spiritual. Di balik kata-kata yang lembut, tersimpan kesedihan mendalam namun juga ketenangan batin. Pembaca dapat merasakan duka yang pelan-pelan berubah menjadi pasrah dan syukur. Nada religius yang kuat menghadirkan perasaan damai di tengah kehilangan.

Amanat / pesan yang disampaikan

Amanat puisi ini adalah agar manusia belajar menerima kehilangan dengan hati yang beriman. Segala sesuatu di dunia ini fana, termasuk cinta dan kehidupan. Namun, kehilangan bukanlah akhir, sebab ada rumah abadi yang menanti. Melalui iman dan doa, seseorang bisa menemukan kembali kekasihnya — dalam bentuk kedamaian rohani dan hubungan dengan Sang Khalik.

Pesan lainnya adalah bahwa kerinduan sejati seharusnya membawa kita semakin dekat kepada Tuhan, bukan terjebak dalam kesedihan tanpa akhir.

Imaji

Puisi ini sarat dengan imaji pendengaran dan imaji spiritual. Ungkapan seperti “setiap suara adalah berita” menciptakan gambaran tentang seseorang yang menunggu tanda-tanda ilahi di tengah kesunyian. Imaji visual juga muncul dalam frasa “mandi cahaya keimanan” dan “ke rumah abadi”, yang menggambarkan suasana surgawi dan ketenangan akhirat. Imaji air dalam “gemunung air yang berkelebat datang” memberi kesan transendental — perpindahan jiwa dari dunia menuju alam lain dengan kelembutan dan keindahan.

Majas

Puisi ini menggunakan berbagai majas untuk memperkuat nuansa religius dan emosionalnya:
  • Majas repetisi pada frasa “setiap suara adalah berita” digunakan untuk menegaskan kesungguhan penantian dan pencarian spiritual.
  • Majas metafora tampak pada kata “rumah abadi” yang melambangkan alam akhirat atau surga.
  • Majas personifikasi hadir dalam “gemunung air yang berkelebat datang”, seolah air memiliki kesadaran dan tugas untuk mengantar jiwa ke tempat peristirahatan.
  • Majas hiperbola tampak dalam penggambaran “mandi cahaya keimanan”, yang memperindah suasana spiritual sang kekasih.
Puisi “Mencari Kekasih” karya Djoko Saryono adalah karya yang memadukan rasa kehilangan manusiawi dengan perenungan religius yang mendalam. Lewat kata-kata sederhana namun simbolik, penyair menggambarkan perjalanan batin seseorang yang kehilangan kekasihnya, namun akhirnya menemukan kedamaian dalam keyakinan bahwa cinta sejati bersemayam dalam Tuhan.

Puisi ini mengajarkan bahwa pencarian terbesar manusia bukanlah terhadap sosok yang hilang, melainkan terhadap makna keabadian di balik setiap perpisahan.

Djoko Saryono
Puisi: Mencari Kekasih
Karya: Djoko Saryono

Biodata Djoko Saryono:
  • Prof. Dr. Djoko Saryono lahir pada tanggal 27 Maret 1962 di kota Madiun.
© Sepenuhnya. All rights reserved.