Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Mencari Makrifat (Karya Djoko Saryono)

Puisi “Mencari Makrifat” karya Djoko Saryono menggambarkan perjalanan jiwa menuju pengetahuan hakiki—sebuah proses menuju “makrifat”, yaitu ...

Mencari Makrifat

izinkan aku mengendarai angin
biar cepat mencapai tempat rabani yang alamin

izinkan aku menunggang badai
biar kuat menjangkau ruang kauni yang handai

izinkan aku menaiki gemulung awan
biar kuasa mengitari keluasan alam yang puan

izinkan aku menumpang pijar petir
biar sanggup membakar diri jadi cahaya yang amir

izinkan aku menakhodai cuaca
biar mampu menerangi alam semesta yang rida

sebab aku tiada, aku bisa wujud apa saja
sebab aku telah tiwikrama di dalam suara sabda

Malang, puncak malam 2011

Sumber: Arung Diri (2013)

Analisis Puisi:

Puisi “Mencari Makrifat” karya Djoko Saryono adalah karya yang sarat dengan nuansa spiritual dan pencarian batin. Melalui larik-larik yang penuh simbol alam, penyair menggambarkan perjalanan jiwa menuju pengetahuan hakiki—sebuah proses menuju “makrifat”, yaitu pemahaman mendalam tentang Tuhan dan hakikat diri.

Tema

Tema puisi ini adalah pencarian spiritual menuju makrifat. Sang penyair mengungkapkan hasrat untuk mencapai tingkat kesadaran rohani yang tinggi dengan cara menyatu dengan kekuatan alam semesta. Alam dalam puisi ini bukan sekadar latar, melainkan simbol dari jalan menuju Tuhan.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan batin seseorang yang ingin mencapai kedekatan dengan Sang Pencipta. Tokoh lirik dalam puisi memohon izin untuk “mengendarai angin”, “menunggang badai”, “menaiki gemulung awan”, hingga “menumpang pijar petir”. Semua itu menggambarkan upaya spiritual untuk melampaui batas-batas fisik manusia, menembus dimensi ketuhanan yang suci. Pada akhirnya, ia menyadari bahwa dengan “tiada” (melepaskan ego dan keakuan), justru ia bisa “wujud apa saja” — mencapai kesempurnaan rohani.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah penyerahan diri total kepada Tuhan sebagai jalan menuju pencerahan sejati. Sang penyair menegaskan bahwa makrifat tidak bisa dicapai hanya dengan pengetahuan rasional, tetapi dengan kerendahan hati, pelepasan diri, dan penyatuan dengan kehendak Ilahi. Frasa “sebab aku tiada, aku bisa wujud apa saja” menyiratkan konsep fana’ (lenyapnya diri dalam Tuhan), yang banyak dijumpai dalam pemikiran sufistik.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini penuh dengan kekaguman dan kesungguhan spiritual. Ada getar spiritual yang kuat, disertai nuansa keheningan dan kebesaran alam. Pembaca dapat merasakan semangat kontemplatif yang mengandung kerinduan mendalam terhadap Sang Pencipta.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat puisi ini adalah bahwa makrifat hanya bisa dicapai melalui kerendahan hati dan penyatuan dengan kehendak Tuhan. Untuk mencapai kebenaran hakiki, manusia harus berani menanggalkan ego, kesombongan, dan keterikatan duniawi. Penyair juga menyampaikan bahwa seluruh alam adalah media untuk mengenal Tuhan — setiap angin, badai, petir, dan awan menyimpan tanda-tanda kebesaran-Nya.

Imaji

Puisi ini dipenuhi imaji alam yang megah dan spiritual, seperti:
  • “mengendarai angin” — menciptakan imaji gerak bebas dan ringan menuju langit.
  • “menunggang badai” — menggambarkan kekuatan dan keteguhan batin.
  • “menaiki gemulung awan” — menghadirkan visual lembut dan tinggi.
  • “menumpang pijar petir” — menghadirkan imaji visual dan kinetik yang kuat.
Imaji-imaji tersebut memperkaya pengalaman pembaca, seolah ikut menempuh perjalanan rohani bersama penyair.

Majas

Djoko Saryono menggunakan berbagai majas personifikasi dan metafora, seperti:
  • “mengendarai angin” dan “menunggang badai” → metafora perjalanan spiritual.
  • “menumpang pijar petir” → majas hiperbola sekaligus simbol pencerahan yang membakar ego.
  • “sebab aku tiada, aku bisa wujud apa saja” → paradoks yang menegaskan nilai mistik: ketika manusia lenyap dari keakuannya, justru ia menyatu dengan keberadaan semesta.
Puisi “Mencari Makrifat” adalah refleksi spiritual yang indah dan mendalam. Melalui simbol-simbol alam, Djoko Saryono menggambarkan pencarian manusia terhadap kebenaran dan kedekatan dengan Tuhan. Ia menegaskan bahwa makrifat bukan hasil dari usaha fisik semata, melainkan buah dari penyucian jiwa dan penyerahan total. Puisi ini menghadirkan perpaduan antara keindahan bahasa dan kedalaman spiritual yang menggugah pembaca untuk ikut merenung tentang arti perjalanan batin manusia.

Djoko Saryono
Puisi: Mencari Makrifat
Karya: Djoko Saryono

Biodata Djoko Saryono:
  • Prof. Dr. Djoko Saryono lahir pada tanggal 27 Maret 1962 di kota Madiun.
© Sepenuhnya. All rights reserved.