Mendatangi Hutan
pada mulanya mata kelinci
menyilaukan getah pinus
lalu yang tersembunyi
menjadi awas
seperti sekawan pemburu
menyeberangi lahan gambut
dalam peta tanpa skala
jarak pandang
sebatas mana gelap mana terang
tapi anjing gembala
kerap melihat
buah terlarang dalam hutan
mulanya kisah cinta pertama
lalu manusia
menjadi tak waspada
matahari kehilangan lelatu
langit disanggah ranting kayu
sepasang kekupu tersingkap
tubuh terhapus peradaban
apa yang lebih rahasia dari hutan?
sekawan pemburu bersahutan
seekor ular merayap ke pedalaman
lelaki-perempuan berpisah arah
mencari nama tuhannya
dunia, menjadi gaib
di garis edar burung-burung
2017
Sumber: Anjing Gunung (2018)
Analisis Puisi:
Puisi "Mendatangi Hutan" karya Irma Agryanti merupakan salah satu karya yang sarat dengan simbol, lapisan makna, serta permainan imaji yang kuat. Melalui bait-baitnya, penyair tidak hanya menggambarkan hutan secara fisik, tetapi juga menghadirkan hutan sebagai ruang metaforis—tempat pertemuan antara sejarah, mitos, alam, dan kehidupan manusia.
Tema
Puisi ini mengangkat tema hubungan manusia dengan hutan yang berlapis-lapis: hutan sebagai tempat rahasia, hutan sebagai ruang sejarah dan peradaban, serta hutan sebagai cermin dari kerentanan manusia. Ada pergeseran antara alam yang murni, penuh kehidupan liar, dengan manusia yang memasuki dan membawa pengaruh peradabannya.
Secara garis besar, puisi ini bercerita tentang perjalanan manusia mendatangi hutan—sebuah ruang yang penuh misteri, keindahan, dan rahasia. Puisi dimulai dengan deskripsi visual yang unik: “mata kelinci menyilaukan getah pinus”, lalu berkembang menjadi perjalanan sekawan pemburu yang melintasi lahan gambut, hingga menyinggung kisah cinta pertama, perpisahan manusia, dan pencarian ketuhanan.
Dalam perjalanan itu, hutan tidak lagi sekadar tempat, melainkan sebuah ruang simbolik di mana manusia diuji: antara terang dan gelap, larangan dan keinginan, peradaban dan kefanaan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah hutan sebagai metafora kehidupan dan rahasia manusia. Hutan menjadi simbol dunia yang luas, penuh misteri, serta tempat manusia mencari jati diri dan makna keberadaannya.
- Kehadiran anjing gembala yang melihat buah terlarang dapat ditafsirkan sebagai simbol naluri, godaan, atau batas moral yang sering kali dilanggar manusia.
- Kisah cinta pertama melambangkan kepolosan awal manusia yang kemudian tergeser oleh kelalaian dan ketidakwaspadaan.
- Lelaki dan perempuan yang berpisah arah mencari nama Tuhannya menyiratkan keterpisahan manusia dari asal-usul spiritualnya, lalu berusaha kembali mencari pegangan dalam dunia yang semakin “gaib”.
Dengan demikian, puisi ini bisa dibaca sebagai refleksi spiritual dan eksistensial: manusia datang ke hutan, tetapi yang ditemukan bukan hanya pohon, binatang, atau alam liar, melainkan dirinya sendiri yang rapuh di hadapan rahasia semesta.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terkesan misterius, hening, sekaligus menegangkan. Ada perpaduan antara rasa kagum, takjub, dan gelisah. Suasana mistis ini semakin kuat karena penyair menggambarkan hutan bukan sekadar lanskap fisik, tetapi sebagai ruang gaib yang menyimpan rahasia besar.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa hutan dan alam bukan hanya ruang fisik, melainkan ruang spiritual yang menyimpan rahasia kehidupan manusia. Manusia perlu waspada, menjaga keseimbangan, serta menyadari bahwa di balik peradaban dan teknologi, ada kekuatan besar yang tidak bisa sepenuhnya dikuasai manusia: alam dan misterinya.
Selain itu, puisi ini juga seolah mengingatkan bahwa perjalanan manusia di dunia adalah perjalanan untuk menemukan kembali hubungan dengan asal-usul dan Sang Pencipta.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji visual dan imaji alam. Beberapa contohnya:
- “mata kelinci menyilaukan getah pinus” → imaji visual yang menghadirkan kontras cahaya.
- “menyeberangi lahan gambut dalam peta tanpa skala” → imaji yang memberi kesan perjalanan tanpa arah pasti.
- “matahari kehilangan lelatu, langit disanggah ranting kayu” → imaji puitis yang menggambarkan perubahan kosmik.
- “sepasang kekupu tersingkap, tubuh terhapus peradaban” → imaji simbolis yang menghadirkan rapuhnya kehidupan di hadapan waktu.
Imaji-imaji ini membuat puisi seolah hidup, menghadirkan suasana hutan yang penuh misteri sekaligus menyiratkan pesan filosofis.
Majas
Beberapa majas yang dapat ditemukan dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: hutan sebagai simbol rahasia kehidupan dan dunia gaib.
- Personifikasi: “matahari kehilangan lelatu” dan “langit disanggah ranting kayu” memberi sifat manusia pada benda-benda alam.
- Simile (perbandingan): “seperti sekawan pemburu” yang memperkuat gambaran perjalanan.
- Hiperbola: “dunia, menjadi gaib” yang menekankan suasana magis.
Puisi "Mendatangi Hutan" karya Irma Agryanti bukan hanya sekadar gambaran tentang alam, tetapi juga sebuah refleksi filosofis tentang manusia, cinta, rahasia, dan spiritualitas. Hutan dalam puisi ini adalah metafora bagi dunia yang penuh misteri—sebuah ruang yang menyingkap rapuhnya manusia, sekaligus ruang pencarian jati diri dan ketuhanan.
Karya: Irma Agryanti
Biodata Irma Agryanti:
- Irma Agryanti lahir pada tanggal 28 Agustus 1986 di Mataram, Nusa Tenggara Barat.