Mengejar Matahari
Aku ingin bisa terbang
melayang di udara seperti kumbang
ah, tinggi sekali aku sekarang
aku bisa menaiki awan
Akan kukejar matahari
karena matahari membuatku iri
setiap siang dia berlari
ya berlari dan berlari mengelilingi bumi
Aku terbang kilat laksana Gatutkaca
hembusan angin dan udara panas sangat terasa
tetap semangat tidak putus asa
jarak matahari semakin dekat saja
Matahari seolah mengejek berlari semakin cepat
aku terbang kilat di awan aku meloncat-loncat
tampak bumi di bawah penduduk padat
banyak pula hewan-hewan merayap
Tidak terasa badan kuyup keringat
tetapi ini bertanda aku masih semangat
jelas tampak matahari semakin dekat
aku sangat bahagia sebentar lagi matahari kudekap
Parakan, Mei 2018
Sumber: Surat dari Samudra (2018)
Analisis Puisi:
Puisi anak “Mengejar Matahari” karya Muhisom Setiaki merupakan salah satu karya yang sarat imajinasi, semangat, dan optimisme. Melalui bahasa yang sederhana namun penuh makna, penyair menghadirkan dunia khayal seorang anak yang ingin terbang mengejar matahari. Di balik imaji fantastik itu, tersimpan pesan moral yang kuat tentang semangat pantang menyerah dan keinginan untuk meraih cita-cita setinggi mungkin.
Tema
Tema utama puisi ini adalah semangat dan cita-cita tinggi yang lahir dari imajinasi anak-anak.
Penyair menggambarkan sosok anak yang memiliki keinginan kuat untuk “mengejar matahari,” simbol dari sesuatu yang besar, indah, dan tampaknya mustahil diraih. Namun, justru di situlah letak kekuatan tema puisi ini: keinginan untuk bermimpi tinggi, tidak takut mencoba, dan berani menghadapi tantangan.
Matahari, dalam konteks ini, bukan sekadar benda langit, melainkan lambang harapan, cita-cita, dan semangat hidup yang menyala di dada anak yang penuh energi dan keyakinan.
Puisi ini bercerita tentang seorang anak yang berimajinasi terbang tinggi ke langit untuk mengejar matahari.
Dalam khayalannya, ia dapat melayang seperti kumbang, melewati awan, merasakan panas udara, dan terus berlari di angkasa tanpa lelah.
Namun lebih dari sekadar petualangan fisik, perjalanan itu melambangkan perjuangan batin untuk meraih impian.
Ketika sang anak berkata, “Akan kukejar matahari karena matahari membuatku iri,” tersirat bahwa ia mengagumi ketekunan dan cahaya yang dimiliki sang matahari. Ia ingin seperti itu—bermanfaat, bersinar, dan selalu bergerak.
Bagian akhir puisi menggambarkan kegembiraan dan semangat yang tak padam:
“Tidak terasa badan kuyup keringat / tetapi ini bertanda aku masih semangat.”
Baris ini menegaskan bahwa kerja keras dan perjuangan adalah bagian dari kebahagiaan ketika seseorang mengejar impiannya.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi “Mengejar Matahari” adalah pentingnya semangat, keberanian, dan ketekunan dalam meraih cita-cita, meski terasa sulit atau jauh.
Penyair ingin menyampaikan bahwa anak-anak harus berani bermimpi besar, karena dari imajinasi itulah tumbuh keyakinan untuk mencoba hal-hal baru dan menembus batas kemampuan diri.
Selain itu, ada pesan mendalam tentang nilai perjuangan—bahwa panas, lelah, dan keringat bukan alasan untuk berhenti, melainkan tanda bahwa seseorang sedang berproses menuju keberhasilan.
Dengan kata lain, puisi ini mengajarkan optimisme dan daya juang, dua hal yang sangat penting untuk ditanamkan sejak dini.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa ceria, penuh semangat, dan imajinatif.
Kata-kata seperti “terbang melayang,” “menaiki awan,” dan “berlari mengelilingi bumi” menggambarkan kegembiraan dan kebebasan seorang anak yang menikmati mimpinya.
Namun, di sisi lain, ada juga suasana heroik dan penuh tekad, ketika penyair menulis:
“Tetap semangat tidak putus asa / jarak matahari semakin dekat saja.”
Kombinasi antara keceriaan dan kegigihan inilah yang membuat puisi ini terasa hidup, menggetarkan, dan menginspirasi.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat dari puisi “Mengejar Matahari” adalah bahwa tidak ada cita-cita yang terlalu tinggi selama kita memiliki semangat dan usaha untuk meraihnya. Penyair ingin mengajak anak-anak (dan pembaca umum) untuk:
- Berani bermimpi besar. Jangan takut memiliki cita-cita tinggi, karena dari impianlah lahir kemajuan.
- Tidak mudah menyerah. Seperti anak dalam puisi yang terus terbang meski panas dan lelah, manusia pun harus terus berusaha meski menghadapi kesulitan.
- Menikmati proses perjuangan. Baris “badan kuyup keringat tetapi ini bertanda aku masih semangat” menunjukkan bahwa perjuangan bukan sesuatu yang harus ditakuti, melainkan sesuatu yang membahagiakan.
Dengan demikian, puisi ini menyampaikan pesan pendidikan karakter yang kuat, sangat sesuai untuk anak-anak—yakni tentang kegigihan, kejujuran dalam berusaha, dan rasa syukur terhadap proses hidup.
Imaji
Puisi “Mengejar Matahari” kaya akan imaji visual dan gerak (kinestetik) yang menggugah imajinasi pembaca. Beberapa contoh imaji yang muncul antara lain:
- Imaji visual: “Aku bisa menaiki awan,” “jelas tampak matahari semakin dekat,” menggambarkan pemandangan langit yang luas dan indah.
- Imaji gerak: “Aku terbang kilat laksana Gatutkaca,” “aku meloncat-loncat,” menunjukkan gerak cepat, dinamis, dan penuh tenaga.
- Imaji perasaan: “Badan kuyup keringat tetapi ini bertanda aku masih semangat” menghadirkan rasa lelah yang justru menumbuhkan kebanggaan.
Imaji-imaji ini menjadikan puisi terasa hidup dan menyala, seolah pembaca ikut terbang bersama si aku lirik mengejar matahari di langit biru.
Majas
Puisi ini juga dipenuhi dengan berbagai majas (gaya bahasa) yang memperindah bunyi dan memperkuat makna, antara lain:
- Majas simile (perbandingan): “Aku terbang kilat laksana Gatutkaca” – membandingkan kecepatan dirinya dengan tokoh pewayangan yang bisa terbang, menambah kesan heroik dan imajinatif.
- Majas personifikasi: “Matahari seolah mengejek berlari semakin cepat” – memberi sifat manusia pada matahari, seolah ia bisa berlari dan bermain dengan si aku lirik.
- Majas hiperbola: “Akan kukejar matahari” – menggambarkan keinginan besar yang secara logika mustahil, namun menunjukkan semangat tinggi dan keberanian berimajinasi.
- Majas metafora: “Matahari membuatku iri” – matahari menjadi simbol semangat, kesempurnaan, dan keindahan yang ingin ditiru.
Penggunaan majas-majas ini membuat puisi terasa berirama, penuh warna, dan menggugah perasaan pembaca, terutama anak-anak yang mudah terpesona oleh dunia khayal.
Puisi “Mengejar Matahari” karya Muhisom Setiaki adalah salah satu contoh terbaik bagaimana sebuah puisi anak mampu menggabungkan imajinasi, semangat, dan nilai moral.
Dengan bahasa yang ringan namun menyala, penyair mengajak anak-anak untuk berani bermimpi tinggi dan terus berjuang tanpa takut gagal.
Melalui simbol matahari, puisi ini menanamkan pesan bahwa cita-cita besar memang tampak jauh, tetapi bukan berarti tak bisa dikejar.
Selama kita punya semangat dan ketulusan, bahkan panas terik sekalipun hanya menjadi bukti bahwa kita sedang bergerak menuju impian.
“Mengejar Matahari” bukan hanya kisah fantasi seorang anak, tetapi juga refleksi universal tentang perjuangan manusia menuju terang harapan.
Karya: Muhisom Setiaki
Biodata Muhisom Setiaki:
- Muhisom Setiaki lahir pada tanggal 26 Juni 1964 di Parakan, Temanggung.
