Mengenang Eyang
eyang adalah kesetiaan
yang merelakan waktu tempuhnya tidak hanya untuk anak tetapi
cucu
ketika anak-anak eyang harus beterbangan menjadi kumbang
kian ke mari tunggang langgang
tak ada dana untuk menitipkan
tak ada pembantu yang bertahun-tahun kerasan
sosok eyang yang terus bergegas menyelamatkan
eyang pun akan rela menyisihkan uang tipis pensiunnya
setelah dipotong dering gunting sepanjang masa
listrik, air, cicilan pinjaman, dan sederet iuran juga
eyang dan kesetiaan tak dapat dipisahkan
sebelum nafas terakhir beliau relakan.
Sumber: Surat dari Samudra (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018)
Analisis Puisi:
Puisi “Mengenang Eyang” karya Hillari Dita Regi bertema pengorbanan, kesetiaan, dan kasih sayang kakek/nenek terhadap keluarga. Hillari Dita Regi menekankan dedikasi dan pengorbanan eyang yang tak kenal lelah demi anak dan cucunya.
Puisi ini bercerita tentang sosok eyang yang rela berkorban waktu, tenaga, dan uang demi kesejahteraan anak-anak dan cucunya. Penyair menggambarkan kesetiaan eyang yang bekerja keras, meski hidup sederhana, tanpa mengeluh, untuk memastikan keluarga tetap terbantu dan terlindungi.
Makna tersirat
Makna tersirat puisi ini adalah bahwa kasih sayang sejati sering kali tersembunyi dalam pengorbanan sehari-hari yang tampak sederhana namun penuh makna. Sosok eyang menjadi simbol ketulusan dan dedikasi yang abadi, bahkan hingga akhir hayatnya.
Suasana dalam puisi
Puisi ini menghadirkan suasana haru, hangat, dan penuh penghormatan. Ada kesan menghargai jasa dan perjuangan eyang yang terus bekerja keras demi keluarga, sekaligus menyentuh emosi pembaca akan ketulusan dan pengorbanan.
Amanat / pesan yang disampaikan
Pesan puisi ini adalah pentingnya menghargai pengorbanan orang tua dan kakek/nenek, serta meneladani kesetiaan dan dedikasi mereka. Puisi ini mengajak pembaca untuk menyadari jasa yang sering tersembunyi di balik keseharian sederhana seorang eyang.
Imaji
- “Ketika anak-anak eyang harus beterbangan menjadi kumbang” → imaji visual, menggambarkan anak-anak yang mandiri dan sibuk.
- “Disisihkan uang tipis pensiunnya” → imaji perasaan dan finansial, menekankan pengorbanan nyata.
- “Setelah dipotong dering gunting sepanjang masa, listrik, air, cicilan pinjaman” → imaji keseharian yang penuh perjuangan.
Majas
- Metafora: Anak-anak dibandingkan “menjadi kumbang”, simbol kemandirian dan kesibukan.
- Personifikasi: Kesetiaan eyang digambarkan seolah menjadi makhluk hidup yang tak terpisahkan dari dirinya.
- Hiperbola: Pengorbanan eyang digambarkan melampaui batas wajar, menekankan dedikasi luar biasa.
Puisi “Mengenang Eyang” karya Hillari Dita Regi menyoroti ketulusan, pengorbanan, dan kesetiaan seorang eyang terhadap keluarga. Melalui bahasa sederhana namun penuh makna, penyair menampilkan dedikasi yang diam-diam membentuk fondasi keluarga. Puisi ini mengajak pembaca untuk menghargai pengorbanan orang tua dan kakek/nenek, serta meneladani kesetiaan dan ketulusan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
