Metropole Malam
pegangsantimur 21
mandi cahya ikan-ikan dalam kolam
dikilap kaca dan kedalaman pandangnya
nyanyi bukan keisengan perempuan
malam lari dan kaca mengair sepi
sepanjang pantai senantiasa mimpi
mengatasi lengking hatinya
cakup dua bibir dan riak meminggir
di tepi sepi pemimpi mandi cahya
di balik keraguan mimpinya
19 Juli 1954
Sumber: Majalah Seni (April, 1955)
Analisis Puisi:
Puisi "Metropole Malam" karya Ajip Rosidi adalah salah satu contoh bagaimana penyair menghadirkan suasana malam dengan nuansa simbolis, penuh keraguan, dan kesepian yang puitis. Ajip tidak sekadar menggambarkan malam sebagai latar, tetapi juga menjadikannya ruang batin yang merefleksikan perasaan manusia.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah kesepian dan keraguan batin yang hadir di tengah suasana malam. Malam menjadi medium yang mempertemukan cahaya, mimpi, dan keraguan, seolah menggambarkan perjalanan jiwa manusia yang sedang mencari ketenangan di tengah sepi.
Puisi ini bercerita tentang suasana malam di sebuah ruang kota yang digambarkan melalui simbol cahaya, kolam, kaca, dan mimpi. Penyair menghadirkan figur perempuan yang bernyanyi, namun nyanyiannya bukan sekadar hiburan. Malam yang berlari, kaca yang seakan berair, hingga pantai yang selalu bermimpi, menjadi gambaran betapa malam adalah ruang tempat batin manusia berhadapan dengan rasa sepi dan keheningan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa malam merepresentasikan perjalanan batin manusia yang penuh keraguan dan kesepian. Simbol-simbol yang dipakai Ajip Rosidi menggambarkan kondisi batin seseorang yang sedang berjuang mengatasi kehampaan, sekaligus berusaha mencari makna dalam mimpinya.
Selain itu, puisi ini juga menyiratkan tentang pencarian eksistensi—bagaimana seseorang merenung di malam hari, berhadapan dengan kesepian, sambil mencari jawaban dari keraguan yang ada di dalam dirinya.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini cenderung hening, sendu, dan kontemplatif. Ada rasa sepi yang kental, namun juga ada sisi keindahan dari cahaya malam yang dipantulkan kolam dan kaca. Perpaduan suasana ini menciptakan kesan meditatif, seolah pembaca diajak masuk ke dalam ruang renung penyair.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang dapat dipetik dari puisi ini adalah perlunya manusia merenung dalam kesepian dan keraguan untuk menemukan jati diri dan makna hidupnya. Kesepian bukan sesuatu yang harus ditakuti, tetapi justru bisa menjadi ruang batin untuk memahami diri sendiri dan kehidupan.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji visual dan auditif:
- “mandi cahya ikan-ikan dalam kolam” → imaji visual yang menggambarkan cahaya berkilau di permukaan air.
- “nyanyi bukan keisengan perempuan” → imaji auditif yang menghadirkan suara nyanyian, namun sarat makna.
- “malam lari dan kaca mengair sepi” → imaji visual yang memberi kesan refleksi malam pada kaca yang tampak seperti berair.
- “sepanjang pantai senantiasa mimpi” → imaji visual yang melukiskan pantai sebagai tempat mimpi tak berkesudahan.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “mandi cahya ikan-ikan dalam kolam” sebagai metafora cahaya yang memantul dalam air.
- Personifikasi: “malam lari dan kaca mengair sepi” memberi sifat manusia pada malam dan kaca.
- Hiperbola: “sepanjang pantai senantiasa mimpi” melebih-lebihkan suasana mimpi yang tak berakhir.
- Simbolisme: cahaya, pantai, dan mimpi menjadi simbol perjalanan batin manusia dalam menghadapi kesepian.
Puisi "Metropole Malam" karya Ajip Rosidi bukan sekadar lukisan tentang suasana malam, melainkan juga refleksi batin yang sarat makna. Ajip menggunakan simbol-simbol alam dan suasana kota untuk menggambarkan kesepian, keraguan, dan pencarian makna hidup. Dengan kekuatan imaji dan majas, puisi ini menghadirkan ruang perenungan yang dalam bagi pembaca.