Mimpi
Tadi malam aku mimpi bertemu
dengan Papa, Mama
wajah Papa yang sedih
menghampir dan memelukku
Ia berjanji esok lusa
akan tiba
membawa kembang gula
dan hadiah untuk Mama.
Jakarta, Desember 1977
Sumber: Bunga Anggrek untuk Mama (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1981)
Analisis Puisi:
Puisi “Mimpi” karya Sherly Malinton adalah karya pendek yang sederhana namun mengandung kedalaman emosional yang menyentuh. Dengan bahasa yang lembut dan polos, puisi ini memotret suasana batin seorang anak yang merindukan kehadiran orang tuanya, terutama sosok ayah yang mungkin telah tiada atau jauh darinya. Dalam kepolosan mimpi, penyair menghadirkan percikan harapan dan kasih sayang yang abadi antara anak dan orang tua.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kerinduan dan kasih sayang anak kepada orang tua, terutama ayah. Puisi ini menggambarkan betapa kuatnya ikatan emosional antara anak dan ayah, bahkan ketika mereka terpisah oleh jarak atau kematian. Melalui mimpi, sang anak seolah menemukan kembali kehangatan pelukan dan janji kecil yang menenangkan hati.
Tema ini juga mengandung unsur nostalgia dan kehilangan, di mana mimpi menjadi ruang simbolik bagi kenangan masa lalu dan harapan yang tak pernah padam.
Puisi ini bercerita tentang seorang anak yang bermimpi bertemu dengan Papa dan Mama, terutama dengan sosok Papa yang tampak sedih namun tetap penuh kasih. Dalam mimpi itu, Papa datang menghampiri dan memeluknya, lalu berjanji akan kembali membawa “kembang gula” dan “hadiah untuk Mama.”
Kisah sederhana ini memunculkan nuansa hangat namun juga getir. Sang ayah digambarkan hadir dalam mimpi, yang bisa dimaknai sebagai tanda kerinduan mendalam atau kehilangan yang belum tuntas. Janji “akan tiba esok lusa” menyiratkan harapan yang tak pernah benar-benar padam di hati sang anak, meski mungkin sang ayah tak lagi bisa kembali di dunia nyata.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah tentang kerinduan mendalam terhadap sosok ayah yang sudah tiada atau lama tak kembali, serta simbol harapan dan kasih yang abadi. Mimpi dalam puisi ini bukan sekadar bunga tidur, melainkan jembatan batin antara anak dan ayah yang terpisah oleh dunia.
Janji “akan tiba esok lusa membawa kembang gula dan hadiah untuk Mama” melambangkan cinta, kebahagiaan, dan janji kehangatan keluarga yang mungkin telah hilang di dunia nyata. Dengan cara yang lembut, Sherly Malinton menyiratkan bahwa kasih sayang orang tua tetap hidup di hati anak-anaknya, bahkan setelah mereka tiada.
Puisi ini juga dapat dimaknai sebagai bentuk pelarian emosional dari kehilangan, di mana mimpi menjadi satu-satunya ruang bagi sang anak untuk kembali merasakan kasih yang pernah ada.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa haru, lembut, dan penuh kerinduan. Ada perpaduan antara kesedihan dan kehangatan. Kesedihan tampak pada “wajah Papa yang sedih”, sementara kehangatan muncul melalui “pelukan” dan janji manis sang ayah.
Puisi ini menghadirkan suasana batin yang tenang namun menyayat, seperti senyuman di antara air mata. Pembaca bisa merasakan bagaimana mimpi itu menjadi tempat pelarian yang penuh makna bagi seorang anak yang rindu keluarga.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Amanat yang dapat diambil dari puisi “Mimpi” adalah pentingnya menghargai kasih sayang keluarga, terutama selama mereka masih ada. Penyair seolah ingin mengingatkan bahwa kasih orang tua adalah anugerah yang tak tergantikan. Ketika mereka telah tiada, hanya kenangan dan doa yang tersisa—kadang hadir dalam bentuk mimpi yang lembut namun penuh makna.
Selain itu, puisi ini juga mengajarkan ketulusan cinta seorang anak, yang tetap berharap dan menanti tanpa syarat, meski hanya lewat mimpi. Ada pula pesan spiritual bahwa cinta sejati tak pernah terputus oleh kematian, sebab ia hidup dalam ingatan dan doa.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji visual dan imaji emosional yang sederhana namun kuat. Beberapa contoh imaji:
- “wajah Papa yang sedih” → menciptakan gambaran nyata yang menggerakkan empati pembaca.
- “menghampir dan memelukku” → menghadirkan sensasi fisik dan emosional tentang kehangatan seorang ayah.
- “membawa kembang gula dan hadiah untuk Mama” → imaji visual yang manis dan simbolik, menggambarkan kebahagiaan dan kasih dalam bentuk sederhana.
Imaji-imaji ini bekerja dengan baik karena bersifat personal dan mudah dipahami, seolah menggambarkan pengalaman universal tentang cinta keluarga yang tulus.
Majas
Puisi ini menggunakan beberapa majas perbandingan dan personifikasi yang memperhalus suasana emosionalnya:
Metafora:
- “Mimpi” digunakan sebagai metafora untuk kerinduan dan harapan. Mimpi bukan sekadar peristiwa tidur, melainkan jembatan batin antara masa lalu dan masa kini.
Personifikasi:
- “wajah Papa yang sedih menghampir dan memelukku” menggambarkan sosok ayah yang hadir seolah hidup kembali melalui mimpi—bentuk personifikasi kasih yang menembus batas dunia.
Simbolisme:
- “Kembang gula” melambangkan manisnya kasih sayang dan masa kecil yang bahagia.
- “Hadiah untuk Mama” menjadi simbol cinta dan tanggung jawab ayah terhadap keluarga yang masih ia sayangi meski telah jauh.
Dengan bahasa yang sederhana, Sherly Malinton berhasil menciptakan makna simbolik yang menyentuh dan universal.
Puisi “Mimpi” karya Sherly Malinton merupakan karya pendek yang lembut namun penuh makna, menggambarkan kerinduan seorang anak terhadap orang tua, terutama ayah yang mungkin telah tiada.
Melalui tema kerinduan dan kasih sayang, penyair menunjukkan bahwa mimpi dapat menjadi ruang spiritual tempat cinta keluarga tetap hidup.
Puisi ini menggunakan imaji sederhana namun kuat, dengan majas dan simbol yang memperkuat perasaan haru dan nostalgia. Pada akhirnya, “Mimpi” mengajarkan bahwa kasih sayang sejati tidak pernah berakhir—ia tetap hidup dalam hati, bahkan ketika dunia nyata memisahkan.
Karya: Sherly Malinton
Biodata Sherly Malinton:
- Sylvia Sherly Maria Catharina Malinton lahir pada tanggal 24 Februari 1963 di Jakarta.