Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Nyanyian Preman (Karya W.S. Rendra)

Puisi “Nyanyian Preman” karya W.S. Rendra menghadirkan pengalaman seorang preman yang menolak tunduk pada sistem, tetapi tetap setia pada nilai ...
Nyanyian Preman

Wajahku disabet angin jadi tembaga.
Ketombe di rambut, celana kusut.
Umurku ditelan jalan dalam kembara.
Impian di rumput cerita butut.

T.K.W.
Susu macan.
Ijazah SD.
Pengalaman.

Adresku pojokan jalan tapi merdeka.
Hidupku bersatu bersama rakyat.
Jiwaku menolak menjadi kuku garuda.
Hatiku setia meskipun cacat.

Kugenggam nasibku mantap tanpa sesalan.
Bapakku mentari bundaku jalan.
Hidupku berlangsung tanpa buku harian.
Berani konsekuen pertanda jantan.

Sumber: Perjalanan Bu Aminah (Yayasan Obor Indonesia, 1997)

Analisis Puisi:

Puisi “Nyanyian Preman” karya W.S. Rendra merupakan salah satu karya yang kuat menggambarkan kehidupan jalanan, perjuangan hidup, dan kebebasan individu. Dengan bahasa yang lugas, simbolik, dan kaya imaji, Rendra menghadirkan pengalaman seorang preman yang menolak tunduk pada sistem, tetapi tetap setia pada nilai kemanusiaan dan rakyat kecil.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kebebasan, perjuangan hidup, dan eksistensi manusia di pinggiran masyarakat. Rendra menampilkan sosok preman sebagai simbol keteguhan hati dalam menghadapi kerasnya kehidupan—sosok yang hidup di jalanan, sederhana, tetapi tetap mempertahankan prinsip, martabat, dan keberanian. Selain itu, tema ini juga menyentuh kebersamaan dengan rakyat kecil dan penolakan terhadap ketidakadilan, seperti terlihat dalam frasa “Hidupku bersatu bersama rakyat”.

Puisi ini bercerita tentang kehidupan seorang preman atau orang pinggiran yang menghadapi kerasnya dunia urban. Rendra menggambarkan sosok yang hidup dengan sederhana: wajah “disabet angin jadi tembaga”, rambut berketombe, celana kusut, umur yang “ditelan jalan”. Semua itu menegaskan kerasnya kehidupan jalanan dan pengalaman yang membentuk karakter.

Selain itu, puisi ini bercerita tentang keteguhan hidup, kebebasan, dan keberanian untuk menolak penindasan. Misalnya, larik “Jiwaku menolak menjadi kuku garuda” menandakan sikap menentang kekuasaan atau sistem yang mengekang, tetapi tetap menjaga integritas diri.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah:
  • Kehidupan keras membentuk karakter: Hidup di jalanan dan menghadapi berbagai kesulitan membuat seseorang tangguh dan mandiri.
  • Kebebasan dan prinsip lebih berharga daripada kenyamanan material: Preman ini menolak tunduk pada kekuasaan, tetapi tetap setia pada rakyat dan nilai moralnya.
  • Kehidupan sederhana tapi bermakna: Barang-barang sederhana seperti “Susu macan” atau “Ijazah SD” menjadi simbol pengalaman hidup dan identitas, bukan ukuran kesuksesan duniawi.
Puisi ini juga menyiratkan kebanggaan pada diri sendiri meski hidup sederhana dan penuh perjuangan, serta keberanian untuk menghadapi hidup tanpa penyesalan.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini terasa keras, lugas, dan penuh keberanian, tetapi juga intim dan reflektif.
  • Keras, karena menggambarkan hidup di jalanan yang penuh tantangan dan konflik.
  • Lugas, karena bahasa Rendra sederhana namun langsung ke inti pengalaman preman.
  • Reflektif, karena preman dalam puisi ini merenungkan nasibnya, prinsip hidup, dan hubungan dengan rakyat serta keluarganya: “Bapakku mentari bundaku jalan”.
Keseluruhan suasana menimbulkan perasaan kagum terhadap keteguhan hati dan integritas tokoh, meskipun ia hidup di pinggiran masyarakat.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat yang bisa diambil dari puisi ini adalah:
  • Hidup harus dijalani dengan keberanian dan konsistensi terhadap prinsip sendiri.
  • Kebebasan dan integritas lebih penting daripada status sosial atau kemewahan materi.
  • Pengalaman hidup—meski keras dan sederhana—membentuk keberanian, keteguhan, dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan kata lain, Rendra menekankan martabat manusia tidak tergantung pada posisi atau harta, tetapi pada sikap dan keberanian menjalani hidup.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual dan simbolik yang mencerminkan kehidupan jalanan:
  • “Wajahku disabet angin jadi tembaga” → imaji visual yang menggambarkan cuaca keras dan pengalaman yang menguatkan.
  • “Celana kusut / Umurku ditelan jalan dalam kembara” → imaji hidup yang keras dan penuh perjuangan.
  • “Hidupku bersatu bersama rakyat” → imaji simbolik tentang solidaritas dan kebersamaan.
  • “Bapakku mentari bundaku jalan” → imaji metaforis tentang sumber kekuatan, bimbingan, dan pengalaman hidup.
Imaji ini membuat pembaca merasakan kehidupan preman secara nyata, tetapi juga memahami dimensi moral dan reflektifnya.

Majas

Beberapa majas yang digunakan Rendra dalam puisi ini:
  • Metafora – “Wajahku disabet angin jadi tembaga” → wajah preman yang keras dan berpengalaman.
  • Personifikasi – “Bapakku mentari bundaku jalan” → figur orang tua diberi kualitas simbolis sebagai sumber kekuatan dan arah hidup.
  • Hiperbola / penguatan – “Berani konsekuen pertanda jantan” → menekankan keberanian dan konsistensi prinsip.
  • Simbolisme – benda-benda seperti “Susu macan” dan “Ijazah SD” menjadi simbol pengalaman hidup dan identitas.
Majas-majas ini memperkuat pesan moral dan atmosfer puisi, menjadikannya refleksi sosial sekaligus humanis.

Puisi “Nyanyian Preman” karya W.S. Rendra menampilkan kehidupan pinggiran sebagai medan pembelajaran hidup dan keberanian moral. Melalui tokoh preman yang lugas, kuat, dan konsisten dengan prinsipnya, Rendra menyampaikan pesan bahwa kebebasan, keberanian, dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan adalah inti kehidupan yang sejati—meski hidup sederhana, keras, dan penuh perjuangan.

Puisi ini mengajarkan kita untuk menghargai pengalaman, mempertahankan integritas, dan berani menjalani hidup tanpa penyesalan, sambil tetap bersatu dengan rakyat dan nilai-nilai kemanusiaan.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Nyanyian Preman
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.