Pada Penguburan
lonceng-lonceng kecil berswara riuh
di balik jeriji jiwaku; slamat berpisah, kataku.
seseorang pasti pergi tanpa melambaikan tangan
pada suatu hari yang sangat baik
kini engkaulah aku besok
besok akulah engkau kini;
lonceng-lonceng kecil berswara nyaring, tanda kita pernah bercinta,
di balik jerjak-jerjak hatiku. slamat tinggal.
Analisis Puisi:
Puisi "Pada Penguburan" adalah salah satu puisi karya Sapardi Djoko Damono yang menggambarkan perasaan kehilangan, perpisahan, dan refleksi mendalam tentang kehidupan dan kematian. Puisi ini menggunakan simbolisme dan bahasa puitis yang kuat untuk menyampaikan emosi yang mendalam dan universal.
Interpretasi Baris per Baris
"lonceng-lonceng kecil berswara riuh di balik jeriji jiwaku;"
- Lonceng-Lonceng Kecil: Lonceng sering diasosiasikan dengan kematian, pemakaman, atau upacara perpisahan. Lonceng-lonceng kecil ini mungkin mewakili kenangan atau perasaan yang terus mengingatkan penyair tentang perpisahan yang sedang terjadi.
- Jeriji Jiwaku: Frasa ini menggambarkan jiwa yang terkunci atau terperangkap, mungkin dalam kesedihan atau kehilangan. "Jeriji" memberikan kesan penjara, menunjukkan perasaan yang sulit dilepaskan atau diatasi.
"slamat berpisah, kataku."
- Selamat Berpisah: Kalimat sederhana ini adalah ucapan perpisahan yang mengandung kesedihan dan penerimaan. Penyair mengucapkan selamat tinggal dengan rasa ikhlas, meskipun mungkin dengan berat hati.
"seseorang pasti pergi tanpa melambaikan tangan"
- Pergi Tanpa Melambaikan Tangan: Ini menggambarkan perpisahan yang tiba-tiba atau tidak terduga, di mana seseorang pergi tanpa peringatan atau kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal secara layak. Ini bisa merujuk pada kematian mendadak atau kepergian yang tak terduga.
"pada suatu hari yang sangat baik"
- Hari yang Sangat Baik: Iring-iringan kata-kata ini menciptakan ironi, karena perpisahan dan kematian biasanya tidak diasosiasikan dengan hari yang baik. Ini mungkin menggambarkan penerimaan atau pengakuan bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan yang harus diterima.
"kini engkaulah aku besok"
- Engkaulah Aku: Baris ini menunjukkan kesadaran akan siklus kehidupan dan kematian. Hari ini seseorang pergi, dan besok, penyair mungkin akan berada di posisi yang sama. Ini menggambarkan kefanaan manusia dan kesinambungan hidup.
"besok akulah engkau kini;"
- Aku dan Engkau: Frasa ini mempertegas siklus tersebut, menunjukkan bahwa peran akan selalu berubah. Ini bisa dilihat sebagai refleksi terhadap nasib yang tidak bisa dihindari dan kenyataan bahwa semua orang akan mengalami kematian.
"lonceng-lonceng kecil berswara nyaring, tanda kita pernah bercinta,"
- Lonceng-Lonceng Nyaring: Ini menandakan kenangan tentang cinta yang pernah ada, meskipun sekarang hanya tinggal sebagai gema dalam ingatan. Lonceng yang nyaring menunjukkan bahwa meskipun perpisahan itu menyakitkan, cinta yang pernah ada tetap kuat dan berkesan.
"di balik jerjak-jerjak hatiku. slamat tinggal."
- Jerjak-Jerjak Hatiku: Frasa ini menggambarkan hati yang terluka atau terbatas oleh kenangan dan perasaan kehilangan. Ucapan selamat tinggal ini mengisyaratkan penerimaan terhadap perpisahan tersebut, meskipun dengan kesedihan.
Tema dan Makna
- Kehidupan dan Kematian: Puisi ini menggambarkan kehidupan dan kematian sebagai siklus yang tak terelakkan. Baris "kini engkaulah aku besok, besok akulah engkau kini" menekankan bahwa setiap orang akan menghadapi kematian pada akhirnya, dan ini adalah bagian alami dari kehidupan.
- Perpisahan dan Kehilangan: Tema perpisahan sangat kuat dalam puisi ini. Ucapan "slamat berpisah" dan "slamat tinggal" mencerminkan perasaan kehilangan yang mendalam dan penerimaan terhadap kenyataan bahwa orang-orang tercinta akan pergi.
- Kenangan dan Cinta: Lonceng-lonceng kecil yang bersuara nyaring adalah simbol kenangan dan cinta yang pernah ada. Meskipun orang yang dicintai telah pergi, kenangan tentang cinta tersebut tetap hidup dan berkesan.
Gaya dan Struktur
- Simbolisme: Lonceng-lonceng kecil, jeriji jiwa, dan jerjak hati adalah simbol-simbol kuat yang digunakan untuk menggambarkan perasaan kehilangan, keterbatasan, dan kenangan. Simbolisme ini membantu memperkuat tema-tema puisi dan memberikan kedalaman makna.
- Bahasa Puitis: Sapardi menggunakan bahasa puitis yang indah dan mendalam untuk menggambarkan emosi yang kompleks. Pemilihan kata-kata seperti "lonceng-lonceng kecil", "jeriji jiwaku", dan "jerjak-jerjak hatiku" memberikan kesan yang kuat dan mendalam pada puisi.
- Kontras dan Ironi: Penggunaan frasa seperti "pada suatu hari yang sangat baik" menciptakan kontras dan ironi, menggambarkan bagaimana perpisahan dan kematian bisa terjadi kapan saja, bahkan pada hari yang dianggap baik. Ini menambah lapisan makna yang lebih dalam pada puisi.
Puisi "Pada Penguburan" karya Sapardi Djoko Damono adalah puisi yang menggambarkan perasaan kehilangan, perpisahan, dan refleksi tentang kehidupan dan kematian dengan cara yang mendalam dan puitis. Dengan simbolisme yang kuat, bahasa yang indah, dan penggunaan kontras yang efektif, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan siklus kehidupan, peran cinta dan kenangan, serta penerimaan terhadap kenyataan yang tak terelakkan. Puisi ini adalah cerminan dari kefanaan manusia dan penghormatan terhadap kenangan yang tetap hidup meskipun orang-orang tercinta telah pergi.
Karya: Sapardi Djoko Damono
Biodata Sapardi Djoko Damono:
- Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
- Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
