Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Penembang (Karya Irma Agryanti)

Puisi "Penembang" karya Irma Agryanti bercerita tentang peran suara, nyanyian, dan tembang dalam menjaga jejak sejarah serta pengalaman hidup.

Penembang

di tutur, sepagut kisah
di tubir, sebait lagu

kecuali tembang, segalanya jadi bisu
himne masa tua dari masa lalu
suara-suara, di luar burung berkicau
sesenyap kepak sayap kupu-kupu

jalin-menjalin
seperti lintingan tembakau
nada sumbang terbantun
ke lingsir waktu

senantiasa menghafal
syair yang dinyanyikan berulang
cerita-cerita dari kitab yang hilang

selantun itu
di manakah sumbernya?

tujuh nada ditiupkan
dari bibir, kebahagiaan memanjat
tergelincir kemudian

2017

Sumber: Anjing Gunung (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Penembang" karya Irma Agryanti adalah refleksi puitis tentang tradisi lisan, suara, dan tembang yang menjadi medium perjalanan hidup manusia. Melalui susunan kata yang penuh simbol, puisi ini menyingkap makna tentang memori, sejarah, dan keteguhan budaya yang bertahan lewat nyanyian dan suara.

Tema

Tema utama dari puisi ini adalah tradisi lisan dan kekuatan tembang sebagai pengikat memori serta identitas manusia. Puisi ini menghadirkan suara penembang sebagai simbol warisan, pengingat masa lalu, sekaligus pengiring perjalanan menuju masa tua.

Puisi ini bercerita tentang peran suara, nyanyian, dan tembang dalam menjaga jejak sejarah serta pengalaman hidup. Di tengah dunia yang cenderung melupakan, tembang hadir sebagai penanda keberlanjutan, meskipun segala sesuatu di luar suara itu kerap menjadi bisu. Suara burung, kepak kupu-kupu, dan nyanyian yang berulang digambarkan sebagai keseharian yang halus, sederhana, namun penuh makna.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hidup manusia selalu memiliki “lagu” yang menyertai, baik itu berupa doa, tembang tradisi, maupun kenangan yang dilantunkan. Tembang bukan hanya hiburan, melainkan cerminan perjalanan spiritual, sosial, dan kultural manusia.

Puisi ini juga menyiratkan bahwa suara dan tradisi lisan adalah kekuatan yang dapat melawan kebisuan zaman, menjaga nilai-nilai lama agar tetap hidup meski kitab dan catatan bisa hilang.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini terasa lirih, kontemplatif, sekaligus melankolis. Ada nuansa keheningan yang dalam, namun diselipkan pula rasa sakral ketika tembang dan himne disebut sebagai pengingat masa lalu dan masa tua.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang bisa ditangkap dari puisi ini adalah pentingnya menjaga tradisi, suara, dan tembang sebagai bagian dari identitas dan perjalanan hidup. Puisi ini seolah mengingatkan bahwa suara, meski sederhana, adalah medium yang mampu menyimpan memori, menghadirkan kebahagiaan, sekaligus menghubungkan manusia dengan masa lalu dan masa depan.

Imaji

Puisi ini memunculkan sejumlah imaji auditif dan visual:
  • “di tutur, sepagut kisah / di tubir, sebait lagu” → imaji auditif yang menekankan kisah dan lagu sebagai suara yang hidup.
  • “suara-suara, di luar burung berkicau / sesenyap kepak sayap kupu-kupu” → imaji visual dan auditif yang halus, menghadirkan suasana sunyi yang dalam.
  • “tujuh nada ditiupkan / dari bibir, kebahagiaan memanjat” → imaji auditif yang menggambarkan lahirnya kebahagiaan dari lantunan nada.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: “himne masa tua dari masa lalu” sebagai simbol nyanyian yang mewakili perjalanan hidup.
  • Personifikasi: “kebahagiaan memanjat” memberi sifat manusia pada kebahagiaan.
  • Simbolisme: tujuh nada, kupu-kupu, dan kitab yang hilang menjadi simbol tentang kesempurnaan hidup, kefanaan, dan memori yang tetap bertahan.
Puisi "Penembang" karya Irma Agryanti adalah refleksi mendalam tentang peran suara, tembang, dan tradisi lisan sebagai penopang perjalanan manusia dalam menghadapi waktu. Melalui imaji yang halus dan majas yang kuat, puisi ini mengajarkan bahwa meski zaman terus berubah, suara yang sederhana bisa menjadi pengingat abadi tentang kehidupan, sejarah, dan kebahagiaan yang pernah ada.

Irma Agryanti
Puisi: Penembang
Karya: Irma Agryanti

Biodata Irma Agryanti:
  • Irma Agryanti lahir pada tanggal 28 Agustus 1986 di Mataram, Nusa Tenggara Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.