Pengemis Tua
di bawah terik matahari
kau berjalan tertatih-tatih
dengan tongkat kayu di tanganmu
pak tua yang malang
peluhmu yang membasahi
baju kumalmu
tiada kau hiraukan
aku tahu pak tua
bukan mobil yang kau minta
bukan pula gedung mewah
tapi hanyalah sesuap nasi
untuk mengisi perut.
Sumber: Si Kuncung (Th. XXV, No. 20, 1980)
Analisis Puisi:
Puisi “Pengemis Tua” karya Suliestiowaty menggambarkan potret kemiskinan yang menyentuh hati, melalui sosok seorang kakek tua yang masih berjuang untuk hidup di tengah kerasnya kehidupan kota. Dengan bahasa yang sederhana namun sarat makna, penyair menghadirkan realitas sosial yang sering terabaikan oleh masyarakat modern.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kemiskinan dan perjuangan hidup manusia yang terpinggirkan. Suliestiowaty mengangkat kisah pengemis tua sebagai simbol penderitaan dan keteguhan seseorang yang tetap berjuang meski fisiknya lemah dan hidupnya serba kekurangan. Tema ini menyentuh sisi kemanusiaan dan empati pembaca.
Puisi ini bercerita tentang seorang pengemis tua yang berjalan di bawah terik matahari dengan tongkat kayu di tangannya, mencari sesuap nasi untuk bertahan hidup. Ia tidak menginginkan kemewahan, hanya kebutuhan paling dasar: makanan untuk mengisi perut. Melalui penggambaran yang sederhana, penyair menyoroti ketimpangan sosial antara yang hidup dalam kelimpahan dan mereka yang berjuang demi bertahan hidup.
Makna tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah seruan empati dan keprihatinan terhadap kondisi sosial di sekitar kita. Penyair ingin membuka mata pembaca bahwa di balik kenyamanan yang kita rasakan, masih ada banyak orang yang hidup dalam penderitaan dan kekurangan. Sosok pengemis tua dalam puisi ini menjadi lambang kejujuran dan kesederhanaan—ia tidak meminta kekayaan, hanya kebutuhan dasar untuk hidup. Pesan moralnya mengajak kita untuk lebih peka, peduli, dan tidak memalingkan wajah dari penderitaan sesama.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini terasa haru, sedih, dan penuh iba. Gambaran “peluh yang membasahi baju kumal” serta “berjalan tertatih-tatih di bawah terik matahari” menciptakan suasana yang menyayat hati. Pembaca seakan diajak menyaksikan langsung kesengsaraan yang dialami sang tokoh, sehingga muncul rasa empati yang kuat.
Amanat / Pesan yang disampaikan puisi
Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya rasa kemanusiaan dan kepedulian terhadap sesama. Penyair mengingatkan bahwa setiap manusia memiliki nilai dan martabat, tak peduli seberapa miskin atau tua mereka. Kita diajak untuk tidak menutup mata terhadap penderitaan orang lain dan berbuat sesuatu, sekecil apa pun, untuk membantu. Puisi ini juga menegaskan bahwa kebahagiaan bukan selalu tentang harta, tetapi tentang keikhlasan dalam memaknai hidup.
Imaji
Puisi ini menghadirkan imaji visual dan kinestetik yang kuat. Pembaca bisa membayangkan sosok “pak tua yang tertatih-tatih di bawah terik matahari”, atau “peluh yang membasahi baju kumal.” Imaji tersebut menampilkan realitas keras yang dialami si pengemis, sehingga pembaca dapat merasakan penderitaan yang dilaluinya. Imaji ini membuat suasana puisi menjadi nyata dan mengharukan.
Majas
Dalam puisi ini, Suliestiowaty menggunakan majas hiperbola dan personifikasi secara halus. Misalnya, ungkapan “di bawah terik matahari kau berjalan tertatih-tatih” menggambarkan penderitaan yang seolah tak berujung, memberikan efek dramatis pada perjuangan si tokoh. Selain itu, puisi ini juga mengandung majas eufemisme, seperti “hanyalah sesuap nasi untuk mengisi perut”, yang memperhalus penderitaan tanpa harus menyebutkan kata “kelaparan” secara langsung. Penggunaan majas-majas ini membuat puisi terasa hidup dan menyentuh hati pembaca.
Puisi "Pengemis Tua" karya Suliestiowaty merupakan potret kemanusiaan yang mengajak pembaca untuk merenungi realitas sosial di sekitar kita. Melalui tema kemiskinan dan ketulusan perjuangan hidup, penyair menyampaikan makna tersirat tentang pentingnya empati dan kasih terhadap sesama. Imaji dan majas yang digunakan memperkuat suasana haru dan menggugah perasaan pembaca. Puisi ini sederhana, namun menyimpan pesan moral yang dalam: bahwa di balik setiap langkah tertatih seorang pengemis, terdapat kisah tentang ketabahan, kejujuran, dan nilai kemanusiaan yang sejati.
Karya: Suliestiowaty