Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Perempuan Perkasa (Karya Weni Suryandari)

Puisi "Perempuan Perkasa" karya Weni Suryandari menggambarkan kekuatan perempuan dalam menghadapi tantangan dan menumbuhkan harapan di tengah ...
Perempuan Perkasa

Mencangkul angan terserak
Pada pelepah mati
Di tanah-tanah retak
Melepuh terpanggang matahari

Demi detak waktu bergegas
Perempuan menanam perih
Sambil menelan keringat jerih
Menumpu sabar menanti tunas

Pada tanda-tanda zaman
Saat pria memakai kebaya
Perempuan memanggul beban
Payungi pria tak berdaya

Serupa tuan lindungi hamba sahaya
Lalu dogma ada di mana

Mei, 2009

Sumber: Kompas (16 Desember 2009)

Analisis Puisi:

Puisi "Perempuan Perkasa" karya Weni Suryandari adalah karya yang memadukan elemen alam dan simbolisme sosial untuk menggambarkan kekuatan dan perjuangan perempuan.

Metafora Alam dan Kehidupan: Puisi ini menggunakan gambaran alam, seperti mencangkul angan di tanah-tanah retak, untuk menciptakan kiasan terhadap kehidupan. Retaknya tanah mencerminkan tantangan dan kesulitan, sedangkan mencangkul angan menggambarkan upaya perempuan untuk mengatasi rintangan dan menumbuhkan harapan di tengah kondisi sulit.

Jerih Payah Perempuan: Dengan menyebutkan bahwa perempuan menanam perih sambil menelan keringat jerih, puisi ini merayakan kerja keras dan ketekunan perempuan. Jerih payah ini diilustrasikan sebagai tanaman yang ditumbuhkan oleh perempuan, menekankan peran mereka dalam memberikan kehidupan dan harapan.

Simbolisme Tunas dan Kesabaran: Ketika perempuan menumpu sabar menanti tunas, simbolisme tunas mencerminkan harapan baru dan pertumbuhan di tengah tantangan. Kesabaran perempuan adalah kunci untuk menunggu waktu yang tepat sehingga potensi dan kekuatannya bisa berkembang.

Kontras Perempuan dan Pria: Dengan merujuk pada tanda-tanda zaman ketika pria memakai kebaya dan perempuan memanggul beban, puisi ini menciptakan kontras yang menarik. Perempuan dianggap sebagai pemikul beban yang tangguh, sementara pria digambarkan sebagai yang tak berdaya, menyoroti perubahan dinamika gender yang mungkin terjadi.

Pertanyaan tentang Dogma: Dengan menutup puisi dengan pertanyaan tentang dogma, penyair mendorong pembaca untuk merenungkan norma dan keyakinan sosial yang mungkin membatasi perempuan. Pertanyaan ini mengajak untuk merefleksikan peran dan ekspektasi yang ditetapkan oleh masyarakat terhadap perempuan.

Kebaya sebagai Simbol: Penggunaan pria memakai kebaya sebagai gambaran zaman yang mungkin mengejutkan dan memperkenalkan konsep kesetaraan gender. Hal ini bisa diartikan sebagai simbol perubahan dan pencabutan stereotip gender tradisional.

Puisi "Perempuan Perkasa" adalah karya yang kuat dan penuh makna, menggambarkan kekuatan perempuan dalam menghadapi tantangan dan menumbuhkan harapan di tengah kondisi sulit. Dengan menggabungkan elemen alam dan simbolisme sosial, puisi ini membangkitkan kesadaran terhadap peran penting perempuan dalam membangun kehidupan dan menghadapi zaman yang terus berubah.

Weni Suryandari
Puisi: Perempuan Perkasa
Karya: Weni Suryandari

Biodata Weni Suryandari:
  • Weni Suryandari lahir pada tanggal 4 Februari 1966 di Surabaya, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.