Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Perempuan Rumpun Bambu (Karya Iman Budhi Santosa)

Puisi "Perempuan Rumpun Bambu" karya Iman Budhi Santosa mengajak pembaca untuk merenungkan peran perempuan, alam, dan takdir dalam kisah kehidupan ...
Perempuan Rumpun Bambu
: Perburuan Dewi Kekayi

Semula hanya kijang yang mengelak diburu
mendadak hilang ditelan rumpun bambu

Ketika mantra Rabu Dasarata menyibaknya
di celah duri seorang putri berserah diri

"Silahkan ke utara, tiga ekor kijang
akan jadi milik Baginda." Putri ini, Kekayi
seperti meramal matahari ketiga
bakal terbit di istana Ayodyapala

Dasarata percaya, sekaligus menerima
tiga janji dipancangkan sebagai sabda sakti
raja gung binathara yang terpasung sendiri
oleh jerat cinta kijang liar
penghuni hutan belantara

Memoyong perawan rumpun bambu
Sang Prabu tega menghapus kisah sejarah
kerajaan yang dititipkan (hanya dititipkan)
pada seorang menantu
lelaki yang kandas mengemudikan tiga perahu

2007

Sumber: Ziarah Tanah Jawa (2013)

Analisis Puisi:

Puisi "Perempuan Rumpun Bambu" karya Iman Budhi Santosa merupakan karya sastra yang memadukan simbolisme tradisi, mitos, dan alam untuk mengekspresikan kisah yang sarat makna. Dengan bahasa yang puitis dan padat, puisi ini menghadirkan perempuan sebagai figur sentral yang menjadi penghubung antara legenda, alam, dan nasib manusia. Karya ini menekankan keterhubungan manusia dengan alam, sejarah, dan kekuatan tak terlihat yang membentuk jalan hidupnya.

Tema

Tema utama puisi ini adalah perempuan sebagai simbol kesetiaan, pengorbanan, dan keterhubungan dengan alam serta sejarah. Selain itu, tema nasib, kekuasaan, dan hubungan manusia dengan legenda atau mitos juga muncul melalui kisah yang dibingkai dalam konteks kerajaan dan hutan belantara.

Puisi ini bercerita tentang perempuan yang muncul di tengah kisah kerajaan dan hutan belantara. Figur perempuan, yang diidentifikasi sebagai Kekayi, hadir sebagai simbol kesetiaan dan ketaatan, bahkan dalam menghadapi kuasa dan takdir yang ditetapkan oleh raja. Kisahnya terkait dengan mantra, janji sakti, dan interaksi dengan makhluk alam (kijang dan bambu), yang memperkuat nuansa magis dan mitologis.

Puisi ini juga menampilkan konflik antara kekuasaan (Sang Prabu) dan alam atau legenda yang hidup melalui perempuan dan hewan. Dalam hal ini, perempuan rumpun bambu menjadi penghubung antara sejarah kerajaan, nasib manusia, dan alam liar.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah perempuan sebagai simbol kekuatan moral, kesabaran, dan kehadiran yang mampu menyeimbangkan kekuasaan dan alam. Perempuan di sini bukan sekadar tokoh pasif, melainkan figur yang secara simbolik mewakili hubungan manusia dengan alam, legenda, dan sejarah yang diwariskan.

Selain itu, terdapat makna tentang keterbatasan manusia dalam mengendalikan takdir. Raja, meski berkuasa, tetap harus menghadapi hukum alam dan takdir yang diwakili oleh perempuan, kijang, dan rumpun bambu. Hal ini menunjukkan kehidupan manusia yang sarat dengan interaksi antara kekuasaan, nasib, dan alam.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini mistis, magis, dan penuh ketegangan legendaris. Imaji hutan belantara, kijang, dan rumpun bambu menghadirkan kesan alam yang hidup dan memegang peranan penting dalam kisah manusia. Selain itu, ada suasana sakral dan magis melalui penyebutan mantra, sabda sakti, dan janji kerajaan yang memperkuat atmosfer puitis dan mitologis.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya hubungan manusia dengan alam dan sejarah, serta kesadaran akan peran perempuan sebagai penghubung antara kekuasaan dan kehidupan. Puisi ini juga menyiratkan bahwa manusia tidak bisa sepenuhnya mengendalikan nasib dan harus menghormati hukum alam, legenda, serta janji yang terikat pada waktu dan tempat.

Selain itu, puisi ini mengingatkan kita akan nilai kesetiaan, pengorbanan, dan keteguhan perempuan dalam menghadapi dinamika kehidupan yang bersinggungan dengan kekuasaan dan sejarah.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji yang kuat:
  • Imaji alam: “hilang ditelan rumpun bambu”, “kijang liar”, menghadirkan alam sebagai bagian integral cerita.
  • Imaji magis dan legenda: “mantra Rabu Dasarata”, “sabda sakti”, menciptakan atmosfer supranatural.
  • Imaji perempuan: “putri berserah diri”, “perawan rumpun bambu”, menekankan kesucian, kesetiaan, dan simbolisme moral.

Majas

Beberapa majas yang terlihat dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora – perempuan rumpun bambu sebagai simbol kekuatan, kesetiaan, dan hubungan manusia dengan alam.
  • Personifikasi – kijang dan rumpun bambu diberi peranan aktif dalam cerita, seolah memiliki kehendak sendiri.
  • Alusi / Referensi mitologis – penyebutan Dasarata dan istana Ayodyapala merujuk pada legenda klasik, memperkaya konteks simbolik.
  • Hiperbola – “tiga ekor kijang akan jadi milik Baginda”, memberi kesan dramatis dan magis pada kisah kerajaan.
Puisi "Perempuan Rumpun Bambu" karya Iman Budhi Santosa adalah karya yang memadukan legenda, alam, dan simbolisme perempuan secara puitis. Dengan tema hubungan manusia-alam-sejarah, puisi ini menghadirkan suasana magis dan mistis, imaji alam yang kuat, serta majas yang memperkuat makna simbolisnya. Karya ini mengajak pembaca untuk merenungkan peran perempuan, alam, dan takdir dalam kisah kehidupan yang sarat legenda dan mitos.

Iman Budhi Santosa
Puisi: Perempuan Rumpun Bambu
Karya: Iman Budhi Santosa

Biodata Iman Budhi Santosa:
  • Iman Budhi Santosa pada tanggal 28 Maret 1948 di Kauman, Magetan, Jawa Timur, Indonesia.
  • Iman Budhi Santosa meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2020 (pada usia 72 tahun) di Dipowinatan, Yogyakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.