Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Perempuan yang Menyulam di Tepi Sungai (Karya Ahda Imran)

Puisi "Perempuan yang Menyulam di Tepi Sungai" bercerita tentang seorang perempuan yang menyulam di tepi sungai sambil menghadapi penderitaan fisik ..
Perempuan yang Menyulam di Tepi Sungai

Kusulam sungai dengan tangan yang sakit,
dengan bergelas-gelas kopi, dengan seluruh ingatan
buruk yang bergelantungan di rambutku. Entah
dari hulu yang mana sungai ini datang, membelah
kota, seperti juga entah sejak kapan aku
berada dalam kamar ini

Buih dan arus air terus menyerbu tanganku

Di antara gulungan benang, rokokku berulangkali
padam. Jauh ke pusat malam tubuhku semakin kurus,
ginjalku kerap terasa sakit. Tapi sebaiknya tak ada
yang harus kupikirkan. Juga orang-orang yang saling
berbisik, mengancamku dengan seekor anjing
dalam kepalanya

Tanganku terus menyulam,
bergerak di antara air dan ikan-ikan,
menjadi rakit dan jembatan

Kunyalakan pemanas air. Di luar
suara hujan seperti derap sepasukan berkuda
seseorang melintasi kamar tergesa, lalu membanting
pintu. Seorang lelaki mengeluh di seberang sungai,
di depan sebuah lukisan. Tubuhnya terikat
di tiang kayu yang terbakar, kulitnya mengelupas,
tulang-tulangnya merah

Kusulam sungai dengan gambar-gambar
tubuhku sendiri, dengan bergelas-gelas kopi,
dengan perempuan lain yang menatapku dari dalam
cermin. Ah! Menjadi perempuan adalah menyulam
baju hangat bagi para lelaki. Tapi sebaiknya tak ada
yang harus kupikirkan

Dalam sulamanku lelaki hanya sepasukan
berkuda tanpa kepala

Kusulam sungai dengan bergulung-gulung
benang yang mengurung tubuhku. Di luar hujan
melewati jembatan. Kopiku habis dan rokokku
padam lagi, sedang handphoneku jatuh ke dalam
air. Sungai terus mengalir ke dalam sulamanku,
menjadi laut dan tubuhku. Suatu hari,
ombak dan gelombangnya

akan sampai padamu!

2006

Analisis Puisi:

Puisi "Perempuan yang Menyulam di Tepi Sungai" karya Ahda Imran adalah karya yang sarat dengan simbolisme dan imaji kuat, menampilkan pengalaman batin seorang perempuan yang bergulat dengan tubuh, ingatan, dan realitas sosial di sekitarnya. Melalui penggunaan bahasa puitis yang kompleks, puisi ini membangkitkan refleksi tentang keberadaan perempuan, perjuangan internal, dan hubungan manusia dengan alam serta masyarakat.

Tema

Tema utama puisi ini adalah perjuangan dan eksistensi perempuan dalam menghadapi dunia yang penuh tekanan. Sungai yang disulam menjadi metafora dari kehidupan, perjalanan waktu, dan pengalaman perempuan yang tak selalu mulus, namun terus dihadapi dengan ketekunan dan kesadaran diri.

Puisi ini bercerita tentang seorang perempuan yang menyulam di tepi sungai sambil menghadapi penderitaan fisik dan psikis. Ia berjuang melawan rasa sakit, tekanan sosial, dan ingatan-ingatan yang membebani, sambil tetap melakukan aktivitas simbolik—menyulam—yang mencerminkan upayanya membangun makna dan keteraturan dalam hidup. Aktivitas menyulam tidak hanya literal tetapi juga metaforis, menggambarkan bagaimana perempuan menyusun kehidupan dan pengalaman mereka meskipun dunia di sekitar mereka kacau.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah perempuan sebagai sosok yang kuat namun sering terbebani peran sosial, harapan, dan trauma masa lalu. Tindakan menyulam sungai, bergelas kopi, dan bergelut dengan tubuh sendiri melambangkan usaha untuk mempertahankan diri dan identitas di tengah kekacauan atau tekanan eksternal. Puisi ini juga menyinggung kritik terhadap patriarki—bahwa perempuan sering dianggap sebagai penghubung atau pelindung bagi kebutuhan laki-laki, namun tetap harus berjuang dengan permasalahan internal mereka sendiri.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini penuh ketegangan, getir, dan simbolisme melankolis. Perpaduan antara hujan, sungai, dan aktivitas menyulam menghadirkan nuansa gelisah sekaligus kontemplatif. Pembaca merasakan konflik internal dan eksternal yang dialami tokoh perempuan, diiringi kesadaran akan kerasnya kehidupan yang terus mengalir, laksana sungai yang tidak pernah berhenti.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya ketekunan dan kesadaran diri dalam menghadapi penderitaan dan tekanan hidup, serta pengakuan terhadap kekuatan perempuan. Ahda Imran menekankan bahwa meskipun dunia dan orang-orang di sekeliling penuh ketidakadilan atau ancaman, perempuan tetap mampu menyulam kehidupannya sendiri, menata pengalaman, dan mempertahankan identitas.

Imaji

Puisi ini sarat dengan imaji yang memikat:
  • Imaji visual: “tubuh terikat di tiang kayu yang terbakar, kulitnya mengelupas” dan “sungai terus mengalir ke dalam sulamanku” menghadirkan gambaran kuat tentang penderitaan dan simbolisme kehidupan.
  • Imaji kinestetik: “Tanganku terus menyulam, bergerak di antara air dan ikan-ikan” memberi kesan gerak yang aktif dan simultan antara tubuh dan alam.
  • Imaji auditori: “suara hujan seperti derap sepasukan berkuda” menghadirkan sensasi suara yang dramatis, menegaskan konflik dan ketegangan.

Majas

Beberapa majas yang digunakan antara lain:
  • Metafora – Sungai yang disulam menjadi representasi kehidupan, pengalaman, dan perjuangan perempuan.
  • Personifikasi – Sungai yang “terus mengalir ke dalam sulamanku” memberi kesan sungai memiliki kehendak sendiri.
  • Simile – “Hujan seperti derap sepasukan berkuda” menegaskan suasana dramatis dan intensitas ketegangan.
Puisi "Perempuan yang Menyulam di Tepi Sungai" karya Ahda Imran menghadirkan pengalaman batin perempuan yang kompleks, antara penderitaan, refleksi, dan kekuatan eksistensial. Dengan tema perjuangan, imaji alam yang kuat, dan penggunaan metafora menyulam sungai, puisi ini mengajak pembaca memahami kedalaman pengalaman perempuan dalam menghadapi tantangan hidup. Sulaman yang dibuat tokoh perempuan menjadi simbol ketekunan dan daya tahan, menegaskan bahwa kehidupan—meskipun penuh gelombang dan ancaman—bisa tetap dirajut dengan kesadaran dan ketekunan.

Ahda Imran
Puisi: Perempuan yang Menyulam di Tepi Sungai
Karya: Ahda Imran

Biodata Ahda Imran:
  • Ahda Imran lahir pada tanggal 10 Agustus 1966 di Baruah Gunuang, Sumatera Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.