Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Pulang Kau Daracita-Daracita (Karya Hartojo Andangdjaja)

Puisi "Pulang Kau Daracita-Daracita" karya Hartojo Andangdjaja bercerita tentang perjalanan batin beberapa tokoh yang mencari makna dalam ...

Pulang Kau Daracita-Daracita


Lagu cinta panggilan damai gereja
meninggi di hari-hari minggu, di hari-hari puja
tapi Cristina, kau cari Kristus, di mana
dalam abad yang luka

Bilal yang memanggil di pucuk menara
ya Hamida, tidakkah ia merasa
langit ramadhan bernoda darah dari luka
abad yang hilang cinta
Kau cari jua
di mana kasih putih sutera
di mana dia penggembala dari gua bukit Hira

Dan kau Anusyka
bertanya kau bertanya
di mana Marx di mana
dalam abad bertanda rana

Pulang kau daracita-daracita di masa ke masa
sudah jauh tanah kembara
pulang Cristina, pulang Anusyka
Kristus tak ada, Marx tak ada
juga penggembala dari gua bukit Hira
tiada kau jumpa ya Hamida
dalam abad begini luka
pulang kau semua kembali
ke bening abadi pribadi insani

1958

Sumber: Kumpulan Puisi (2019)

Analisis Puisi:

Puisi "Pulang Kau Daracita-Daracita" karya Hartojo Andangdjaja menghadirkan refleksi mendalam tentang pencarian manusia akan makna, kasih, dan spiritualitas di tengah dunia yang penuh luka dan ketidakpastian. Melalui bahasa yang kuat dan simbolik, puisi ini mengajak pembaca merenungkan keterasingan dan harapan akan kedamaian batin.

Tema

Tema utama puisi ini adalah pencarian spiritual dan eksistensial dalam dunia yang penuh penderitaan. Puisi ini menyinggung bagaimana manusia terus mencari jawaban melalui agama, ideologi, dan tokoh-tokoh pemimpin spiritual, namun seringkali tidak menemukan kepuasan sejati.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan batin beberapa tokoh yang mencari makna dalam kehidupan: Cristina mencari Kristus, Hamida mencari penggembala dari gua bukit Hira, dan Anusyka mencari Marx. Mereka semua berusaha menemukan jawaban atau pencerahan dalam abad yang penuh luka, peperangan, dan kehilangan cinta. Pada akhirnya, puisi ini mengajak mereka untuk “pulang” ke bening abadi pribadi insani, sebagai bentuk penerimaan akan keterbatasan pencarian manusia.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa pencarian manusia terhadap jawaban spiritual atau ideologis sering menemui keterbatasan di dunia yang kompleks dan penuh luka. Meskipun mereka mencari figur-figur besar atau konsep besar untuk menemukan jawaban, yang tersisa adalah kesadaran bahwa kedamaian sejati hanya dapat ditemukan dalam kesadaran dan refleksi pribadi. Puisi ini menekankan pentingnya kembali ke inti kemanusiaan sendiri sebagai sumber ketenangan.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini dominan serius, reflektif, dan melankolis. Terdapat nuansa kesedihan yang mendalam karena tokoh-tokohnya tidak menemukan apa yang mereka cari. Namun, di balik kesedihan itu juga muncul rasa harapan dan penerimaan melalui ajakan untuk “pulang” ke bening abadi pribadi insani.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya introspeksi dan penerimaan. Meskipun manusia terus mencari jawaban di dunia yang kompleks—melalui agama, ideologi, atau tokoh besar—pencarian tersebut tidak selalu membuahkan jawaban yang nyata. Akhirnya, kedamaian dan pemahaman sejati datang dari kembali kepada diri sendiri, kepada “pribadi insani” yang murni.

Imaji

Hartojo Andangdjaja menggunakan imaji yang kuat dan simbolik, seperti “lagu cinta panggilan damai gereja”, “langit ramadhan bernoda darah”, serta “penggembala dari gua bukit Hira”. Imaji ini membangun pengalaman visual dan spiritual yang memikat, sehingga pembaca dapat merasakan perenungan batin tokoh-tokohnya.

Majas

Beberapa majas yang muncul antara lain:
  • Personifikasi, seperti langit yang “bernoda darah dari luka”, memberi kesan alam turut merasakan penderitaan manusia.
  • Repetisi, terlihat dari pengulangan kata “pulang” yang menekankan ajakan untuk kembali ke ketenangan batin.
  • Simbolisme, seperti tokoh Kristus, Marx, dan penggembala dari gua Hira yang melambangkan pencarian manusia terhadap pencerahan spiritual dan ideologis.
Puisi "Pulang Kau Daracita-Daracita" adalah puisi yang penuh refleksi filosofis dan spiritual. Hartojo Andangdjaja berhasil menampilkan perjalanan pencarian manusia yang kompleks, menekankan pentingnya kesadaran pribadi, dan menyampaikan pesan bahwa kedamaian sejati ada dalam bening abadi pribadi insani.

Hartojo Andangdjaja
Puisi: Pulang Kau Daracita-Daracita
KaryaHartojo Andangdjaja

Biodata Hartojo Andangdjaja:
  • Hartojo Andangdjaja (Ejaan yang Disempurnakan: Hartoyo Andangjaya) lahir pada tanggal 4 Juli 1930 di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1990 (pada umur 60 tahun) di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.