Rintihan di Bulan Suci Ramadhan
Di keheningan malam itu di bulan Ramadhan
Di tepi sebuah jalan yang sepi ....
Terdengar tangisan seorang gadis kecil
Meratapi kepergian ibunya ke alam baka ....
Tak tahan menanggung derita, tiada
sanak tiada saudara.
Hidup terlunta-lunta.
Untuk mencari sesuap nasi ....
Di malam sepi itu
Terdengar sayup-sayup
Si kecil memanjatkan doa
Semoga arwah Ibunda diterima di sisi-Nya ....
Di malam yang sepi di bulan Ramadhan
Seorang gadis kecil bersujud di tepi jalan
Dengan penuh harapan ....
Menanti uluran tangan Insan Pengasih ....
Jakarta, 28 Agustus 1976
Sumber: Bunga Anggrek untuk Mama (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1981)
Analisis Puisi:
Puisi “Rintihan di Bulan Suci Ramadhan” karya Sherly Malinton menghadirkan kisah haru tentang kepedihan seorang anak yang kehilangan ibunya. Melalui latar bulan Ramadhan yang suci, penyair memadukan rasa duka, doa, dan harapan dalam satu narasi puitis yang menggetarkan.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kesedihan, kehilangan, dan harapan dalam hidup. Puisi ini juga menyinggung tema keimanan dan doa sebagai sumber penghiburan di tengah kesulitan. Latar bulan Ramadhan menambah dimensi religius dan spiritual, menunjukkan bahwa di saat suci pun, ada rintihan manusia yang mencari kelegaan dan pertolongan dari Yang Maha Kuasa.
Puisi ini bercerita tentang seorang gadis kecil yang menjadi yatim piatu karena ibunya telah meninggal. Ia hidup terlunta-lunta, tanpa sanak atau saudara yang bisa menolongnya. Di tengah kesepian malam, gadis itu memanjatkan doa agar arwah ibunya diterima di sisi-Nya.
Latar bulan Ramadhan memberikan konteks yang religius dan penuh makna: meskipun gadis itu menghadapi kesulitan hidup, ia tetap menaruh harapan pada Tuhan dan uluran tangan manusia lain. Kesederhanaan peristiwa sehari-hari di jalan yang sepi ini menguatkan nuansa kepolosan dan kepedihan anak tersebut.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah perlunya empati, kepedulian, dan solidaritas terhadap sesama. Gadis kecil yang bersujud di tepi jalan mengingatkan pembaca akan realitas sosial yang kadang luput dari perhatian — anak yatim dan dhuafa yang menanggung derita sendirian.
Selain itu, puisi ini juga menyiratkan kekuatan doa dan keimanan. Di tengah penderitaan, gadis itu tetap menaruh harap pada Tuhan, menekankan bahwa dalam kesulitan sekalipun, iman dan harapan menjadi penopang hidup.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini sunyi, haru, dan penuh empati. Kesepian malam Ramadhan digambarkan secara visual dan emosional, sementara tangisan dan doa gadis kecil menimbulkan rasa iba yang mendalam. Diksi seperti “keheningan malam”, “jalan yang sepi”, dan “hidup terlunta-lunta” memperkuat nuansa kesepian dan penderitaan, sedangkan “penuh harapan” memberikan sentuhan optimisme di tengah kesedihan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat puisi ini adalah pentingnya kepedulian sosial dan empati terhadap mereka yang menderita, terutama anak-anak yang kehilangan orang tua. Puisi ini juga mengajarkan bahwa doa dan harapan tetap menjadi penopang dalam kesulitan hidup, dan manusia harus saling menolong agar penderitaan dapat dikurangi.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji pendengaran, penglihatan, dan perasaan:
- Imaji pendengaran: “Terdengar tangisan seorang gadis kecil”, “Terdengar sayup-sayup si kecil memanjatkan doa” — membuat pembaca seolah mendengar tangis dan doa anak tersebut.
- Imaji penglihatan: “Seorang gadis kecil bersujud di tepi jalan” menggambarkan sosok anak yang kecil, lemah, namun tetap berserah diri kepada Tuhan.
- Imaji perasaan: “Hidup terlunta-lunta” dan “penuh harapan” menghadirkan emosi sedih sekaligus optimis yang berpadu.
Majas
Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini:
- Personifikasi: Jalan dan malam sepi seolah menjadi saksi penderitaan gadis tersebut.
- Simbolisme: Bulan Ramadhan menjadi simbol kesucian, harapan, dan penghiburan spiritual.
Puisi “Rintihan di Bulan Suci Ramadhan” karya Sherly Malinton adalah karya yang menyentuh hati, mengingatkan pembaca tentang realitas sosial dan pentingnya kepedulian. Dengan bahasa sederhana namun emosional, penyair menyampaikan pesan tentang kesedihan, doa, dan harapan yang lahir di tengah penderitaan. Melalui sosok gadis kecil, pembaca diajak untuk bersikap empati, peduli, dan menaruh harapan di setiap kesulitan hidup, sekaligus menghargai bulan suci sebagai momen refleksi dan kasih sayang.
Karya: Sherly Malinton
Biodata Sherly Malinton:
- Sylvia Sherly Maria Catharina Malinton lahir pada tanggal 24 Februari 1963 di Jakarta.