Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Rumah yang Manis (Karya Hillari Dita Regi)

Puisi “Rumah yang Manis” karya Hillari Dita Regi mengajarkan pembaca bahwa kehebatan dan keberanian sering tersimpan dalam kehidupan sederhana, dan ..

Rumah yang Manis


rumah yang manis itu akhirnya tegak berdiri
di jepitan gang-gang yang tak terbaca pada peta
termasuk jasa gofood pun harus bertanya kalau tak biasa
"jangankan tempatku teduh dari terik matahari dan hujan mudah
kalian temukan
aku sebagai serpihan pahlawan pun tak tercatat di buku
pelajaran", ujar kakek sembari menata batu-batu
senjata yang dulu pernah dilemparkan untuk melempar peluru
"Dari balik kokoh gedung, musuh kami lempari dan kami
gulung,"
keningnya lagi
lantas aku ingat ampuhnya bambu runcing
yang menghalau musuh terkapar dan menungging

"Rumah kakek ini juga dari bambu
tetapi terasa lebih menyatu daripada beton dan besi
karena kakek dan nenekmu lebih sakti dalam memaknai"
rumah yang manis itu sekarang terbingkai di ruang tamu
mripatku terharu saat melacak jejak
betapa sederhananya pahlawanku.

Sumber: Surat dari Samudra (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018)

Analisis Puisi:

Tema utama puisi ini adalah warisan keluarga dan penghargaan terhadap pahlawan sederhana. Hillari Dita Regi menekankan bagaimana sebuah rumah dan kehidupan sederhana bisa menyimpan kisah keberanian dan nilai-nilai perjuangan yang diwariskan secara turun-temurun.

Puisi ini bercerita tentang rumah kakek yang sederhana namun sarat makna sejarah keluarga dan perjuangan bangsa.

Rumah tersebut berada di gang-gang yang tersembunyi dan sulit ditemukan, simbol dari sejarah yang sering luput dari perhatian.

Kakek mengenang masa perjuangan dengan senjata sederhana, seperti bambu runcing, menghadapi musuh, serta bagaimana rumah bambu mampu menjadi tempat yang kokoh dan penuh makna dibandingkan gedung beton modern.

Rumah kini menjadi tempat kenangan dan penghormatan terhadap kakek dan nenek sebagai “pahlawan sederhana” yang maknanya lebih dalam daripada catatan sejarah formal.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa kepahlawanan tidak selalu tercatat dalam buku sejarah, dan nilai keberanian, kebijaksanaan, serta cinta keluarga dapat tersimpan dalam hal-hal sederhana, seperti rumah bambu yang manis.

Penyair menyiratkan bahwa kehebatan seseorang sering diukur dari makna yang dia ciptakan dalam kehidupan sehari-hari, bukan dari pengakuan formal atau kemegahan fisik.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini terasa haru, hangat, dan penuh penghormatan. Ada kombinasi antara nostalgia masa lalu, kebanggaan terhadap keluarga, dan keinsafan akan kesederhanaan yang bermakna.

Suasana itu muncul dari ingatan penyair terhadap kakek, perjuangan masa lalu, serta rasa kagum terhadap ketabahan dan kebijaksanaan keluarga.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat puisi ini adalah:
  • Hargai warisan keluarga dan sejarah pribadi, karena setiap rumah dan kehidupan menyimpan cerita penting.
  • Keberanian dan kepahlawanan tidak selalu terlihat secara kasat mata, namun dapat terasa dalam kesederhanaan dan ketekunan hidup sehari-hari.
  • Makna rumah lebih dari sekadar bangunan, tetapi tempat di mana nilai, cinta, dan perjuangan diwariskan.
Pesan ini mengajarkan pembaca untuk melihat kehebatan dalam kesederhanaan dan menghargai jasa orang-orang di sekitar yang tidak tercatat dalam sejarah resmi.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual dan naratif, misalnya:
  • “Rumah yang manis itu akhirnya tegak berdiri di jepitan gang-gang yang tak terbaca pada peta” → imaji visual, menghadirkan rumah sederhana namun penuh makna.
  • “Aku ingat ampuhnya bambu runcing yang menghalau musuh” → imaji kinestetik, menggambarkan perjuangan fisik di masa lalu.
  • “Sekarang terbingkai di ruang tamu, mripatku terharu” → imaji emosional, menekankan perasaan haru dan penghargaan terhadap sejarah keluarga.
Imaji ini membuat pembaca merasakan kehadiran fisik rumah, sejarah yang tersimpan, dan emosi yang melingkupinya.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: rumah bambu sebagai lambang kesederhanaan yang sarat makna dan ketahanan.
  • Personifikasi: sejarah dan rumah seolah “terbingkai” dan memiliki suara dalam ruang tamu, memberi kesan hidup pada kenangan.
  • Simile: “lebih menyatu daripada beton dan besi” membandingkan makna rumah bambu dengan gedung modern, menekankan nilai spiritual dan emosional.
  • Hiperbola: ungkapan “mencari nostalgia di masa lalu” memperkuat kesan emosional dan penghormatan terhadap keluarga.
Majas-majas ini memperkuat pesan moral dan emosional puisi, membuat rumah dan sejarah keluarga terasa hidup dan bermakna bagi pembaca.

Puisi “Rumah yang Manis” karya Hillari Dita Regi adalah refleksi tentang keberanian, kepahlawanan sederhana, dan makna rumah sebagai tempat warisan nilai keluarga. Dengan bahasa yang puitis dan imaji yang kaya, penyair menghadirkan rumah bambu kakek sebagai simbol kesederhanaan yang sarat sejarah dan emosi.

Puisi ini mengajarkan pembaca bahwa kehebatan dan keberanian sering tersimpan dalam kehidupan sederhana, dan bahwa menghargai warisan keluarga dan sejarah pribadi sama pentingnya dengan pencapaian yang tercatat dalam buku sejarah resmi.

Hillari Dita Regi
Puisi: Rumah yang Manis
Karya: Hillari Dita Regi
© Sepenuhnya. All rights reserved.