Sajak
Sumber: Sawan (1978)
Analisis Puisi:
Puisi “Sajak” karya Korrie Layun Rampan merupakan karya yang kaya akan citra, emosi, dan keindahan bahasa. Dengan gaya yang puitis dan imajinatif, penyair menampilkan sosok perempuan yang menjadi simbol keindahan, cinta, sekaligus duka. Melalui gambaran lembut dan penuh metafora, puisi ini menyingkap kompleksitas perasaan manusia terhadap cinta dan kehidupan.
Tema
Tema utama puisi ini adalah keindahan dan kefanaan cinta. Korrie Layun Rampan mengangkat gambaran tentang sosok perempuan yang tampak begitu memesona dan lembut, namun di balik keindahannya tersimpan juga kesedihan dan luka batin. Cinta dalam puisi ini bukan hanya kebahagiaan, tetapi juga mengandung kesunyian dan kehilangan.
Puisi ini bercerita tentang kekaguman dan perenungan penyair terhadap sosok perempuan yang menjadi simbol cinta dan kehidupan. Ia digambarkan dengan keindahan alam — awan, bunga, bulan, dan senja — yang mencerminkan kehalusan dan pesonanya. Namun seiring bait-baitnya, muncul nuansa duka dan kehilangan: “Di dadanya tertanam pohon-pohon harap / pohon-pohon duka / kelam kubur cinta.”
Artinya, perempuan itu bukan hanya lambang keindahan, tetapi juga tempat bersemayamnya cinta yang pernah terluka.
Makna tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah refleksi tentang keindahan yang tidak abadi dan cinta yang menyisakan duka. Penyair ingin menyampaikan bahwa di balik pesona dan kelembutan seseorang, tersimpan kedalaman emosi dan luka yang tak selalu terlihat. Puisi ini juga bisa dimaknai sebagai simbol perjalanan hidup manusia — di mana kebahagiaan, cinta, dan kesedihan saling berdampingan seperti siang dan malam.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini romantis, lembut, namun perlahan menjadi melankolis. Pada awalnya terasa penuh keindahan dan kekaguman, lalu berubah menjadi sendu ketika penyair mulai menyinggung “pohon-pohon duka” dan “kubur cinta.” Transisi suasana ini memperkuat nuansa batin yang dalam dan reflektif.
Imaji
Puisi ini sangat kaya dengan imaji visual dan perasaan. Pembaca dapat membayangkan sosok perempuan dengan “senyumnya merona pada pipi”, “jemarinya melambai hari”, atau “lampai tubuhnya tersiram wewangian.” Imaji alam seperti awan, bunga, bulan, dan senja menciptakan kesan romantis sekaligus mistis, seolah perempuan itu menyatu dengan keindahan alam dan waktu.
Majas
Beberapa majas yang menonjol antara lain:
- Metafora, seperti “di dadanya tertanam pohon-pohon harap / pohon-pohon duka”, yang menggambarkan hati manusia yang menampung harapan dan kesedihan.
- Personifikasi, misalnya “hari pun mengangkat beribu kepak sayap-sayap merpati”, yang memberikan sifat hidup pada hari.
- Hiperbola, dalam “seribu senja mengigau”, untuk memperkuat kesan mendalam tentang kerinduan dan kenangan.
- Simile, tampak dalam perbandingan lembut seperti “belai gadis dari mimpi”, yang menekankan keindahan halus dan tak tersentuh.
Amanat / Pesan yang disampaikan
Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah kesadaran bahwa keindahan dan cinta selalu memiliki dua sisi: kebahagiaan dan kesedihan. Penyair seolah mengajak pembaca untuk menerima kehidupan apa adanya — dengan segala keindahan, luka, dan kenangan yang menyertainya. Cinta sejati bukan sekadar pesona luar, tetapi juga keikhlasan menghadapi duka yang datang bersamanya.
Puisi “Sajak” karya Korrie Layun Rampan adalah puisi yang menghadirkan keindahan bahasa sekaligus kedalaman makna. Melalui perpaduan citra alam dan perasaan manusia, penyair berhasil menciptakan suasana yang romantis, reflektif, dan penuh daya renung tentang hakikat cinta dan kehidupan.
Karya: Korrie Layun Rampan
Biodata Korrie Layun Rampan:
- Korrie Layun Rampan adalah seorang penulis (penyair, cerpenis, novelis, penerjemah), editor, dan kritikus sastra Indonesia berdarah Dayak Benuaq.
- Korrie Layun Rampan lahir pada tanggal 17 Agustus 1953 di Samarinda, Kalimantan Timur.
- Korrie Layun Rampan meninggal dunia pada tanggal 19 November 2015 di Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusat.
