Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sehabis Penyembelihan (Karya Irma Agryanti)

Puisi "Sehabis Penyembelihan" karya Irma Agryanti bercerita tentang penyembelihan—sebagai simbol dari sebuah peristiwa tragis—yang meninggalkan ...

Sehabis Penyembelihan

dua penyembelih
di sisa peluh
dua kurban
dari satu di antara

ajal yang tiba
dan dendam yang tak mati
di warna kelam besi tua

seseorang terbujuk dan goyah itu berbisik
"sungguh, akan ada yang terbunuh," ucapnya

tak ada yang bergerak
hanya nasib, musnah jadi remah
dan diri yang celaka

tubuh adalah daging tipis
sejarah lusuh yang dibaca
dalam rumah ibadah

tapi tak ada doa di perkabungan
ia ceritakan
seekor gagak diutus untuk menggali kubur
di tempat terbuka, dengan pohon-pohon lapuk

2017

Sumber: Anjing Gunung (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Sehabis Penyembelihan" karya Irma Agryanti adalah sebuah karya yang sarat dengan simbol, citraan gelap, dan permenungan tentang kehidupan, ajal, serta luka sejarah. Dengan bahasa yang lugas namun penuh isyarat, puisi ini membuka ruang bagi pembaca untuk merenungkan tragedi, kehilangan, dan dendam yang tak pernah benar-benar mati.

Tema

Tema utama puisi ini adalah tragedi kemanusiaan dan bayang-bayang kekerasan. Ia berbicara tentang pengorbanan, ajal, dendam, serta jejak luka yang diwariskan sejarah.

Puisi ini bercerita tentang penyembelihan—sebagai simbol dari sebuah peristiwa tragis—yang meninggalkan duka, kehancuran, dan kebisuan. Ada korban, ada penyembelih, ada ajal yang tiba, namun juga ada dendam yang tetap hidup meski darah sudah tumpah. Gambaran seekor gagak yang menggali kubur menambah kesan suram, seolah menjadi pertanda bahwa hidup dan mati hanyalah bagian dari siklus gelap yang terus berulang.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah kritik terhadap kekerasan dan kebisuan sejarah. Tubuh manusia diibaratkan “daging tipis” dan sejarah disebut sebagai “lusuh,” menandakan rapuhnya manusia di hadapan kekuasaan dan peristiwa besar. “Tak ada doa di perkabungan” memberi kesan betapa kehilangan itu tidak diiringi penghiburan rohani, seolah manusia ditinggalkan sendiri bersama luka dan nasibnya.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang tercipta dalam puisi ini adalah suram, kelam, dan penuh duka. Kata-kata seperti ajal, dendam, musnah, remah, celaka, perkabungan, hingga gagak menciptakan atmosfer yang gelap dan menekan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang bisa ditarik dari puisi ini adalah peringatan akan akibat dari kekerasan dan dendam yang tidak pernah selesai. Puisi ini mengingatkan bahwa tragedi yang lahir dari kebencian hanya akan meninggalkan kehancuran, kebisuan, dan luka yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji yang kuat, di antaranya:
  • “dua penyembelih di sisa peluh” → menghadirkan gambaran nyata tentang pelaku yang baru saja melakukan kekerasan.
  • “tubuh adalah daging tipis” → menciptakan citraan fisik tentang rapuhnya manusia.
  • “seekor gagak diutus untuk menggali kubur” → imaji burung yang identik dengan kematian, menegaskan suasana duka.

Majas

Beberapa majas yang dapat ditemui dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: “tubuh adalah daging tipis” sebagai gambaran rapuhnya eksistensi manusia.
  • Personifikasi: “dendam yang tak mati” memberikan sifat hidup pada emosi dendam.
  • Simbolisme: gagak sebagai lambang kematian dan kehancuran.
  • Hiperbola: “nasib, musnah jadi remah” menggambarkan betapa hancurnya kehidupan manusia setelah tragedi.
Puisi "Sehabis Penyembelihan" karya Irma Agryanti adalah refleksi puitis tentang tragedi, kehilangan, dan dendam yang membekas dalam sejarah manusia. Dengan tema kemanusiaan yang getir, puisi ini membangun suasana kelam penuh luka. Imaji kuat dan majas simbolik yang digunakan penyair semakin mempertegas pesan: bahwa kekerasan hanya meninggalkan kehancuran, sementara dendam yang tidak pernah selesai akan terus menghantui kehidupan.

Irma Agryanti
Puisi: Sehabis Penyembelihan
Karya: Irma Agryanti

Biodata Irma Agryanti:
  • Irma Agryanti lahir pada tanggal 28 Agustus 1986 di Mataram, Nusa Tenggara Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.