Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Semacam Doa (Karya Alex R. Nainggolan)

Puisi “Semacam Doa” karya Alex R. Nainggolan bercerita tentang seseorang yang berdoa dengan lembut dan jujur kepada Tuhan, memohon agar hidupnya ...
Semacam Doa

genapkanlah janji kami
untuk bersama sampai tua nanti
genapkanlah umur kami
agar bisa berbenah
menyimpan kenangan
canda riang anak-anak
mereka yang tumbuh
luruh di setiap langkah kami

dan aku akan terus berdoa
mengakrabi cuaca
jika sempat mengingat segala dosa
dan mengusap air mata

2016

Analisis Puisi:

Puisi “Semacam Doa” karya Alex R. Nainggolan adalah sebuah refleksi lembut tentang kehidupan, cinta, dan harapan manusia dalam menghadapi waktu. Dalam larik-larik yang sederhana namun sarat makna, penyair menulis tentang kerendahan hati seorang manusia di hadapan Tuhan, yang memohon agar cintanya, hidupnya, dan kebahagiaannya dapat berlangsung hingga akhir. Puisi ini menyerupai doa yang jujur, bukan dengan bahasa religius yang kaku, melainkan dengan ungkapan keseharian yang hangat dan tulus.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah harapan dan ketulusan doa untuk kehidupan yang utuh bersama keluarga dan orang tercinta. Melalui kata “genapkanlah” yang diulang pada awal dua larik pertama, penyair menegaskan permohonannya agar Tuhan menyempurnakan perjalanan hidup — baik dalam cinta, usia, maupun kenangan keluarga. Tema ini tidak hanya menyinggung soal cinta dua insan, tetapi juga tentang perjalanan spiritual manusia yang memohon waktu untuk memperbaiki diri, menikmati hidup, dan menyaksikan pertumbuhan anak-anak mereka.

Dengan demikian, tema puisi ini dapat dirangkum sebagai kerinduan akan kelengkapan hidup yang damai dan bermakna di bawah restu Tuhan.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang berdoa dengan lembut dan jujur kepada Tuhan, memohon agar hidupnya diberi umur panjang, kesempatan untuk menua bersama pasangan, dan waktu untuk melihat anak-anak mereka tumbuh.

Larik-larik seperti:

“genapkanlah janji kami / untuk bersama sampai tua nanti”

menunjukkan keinginan yang tulus akan kesetiaan dan keberlanjutan cinta, bukan sekadar romantis, tetapi juga spiritual.

Sementara baris:

“genapkanlah umur kami / agar bisa berbenah / menyimpan kenangan / canda riang anak-anak”

menunjukkan bahwa sang penyair menyadari kefanaan hidup. Ia ingin memiliki cukup waktu untuk berbenah diri, yaitu memperbaiki kesalahan, menata kenangan, dan menikmati kehidupan sederhana bersama keluarga.

Di akhir puisi, muncul renungan yang lebih dalam:

“dan aku akan terus berdoa / mengakrabi cuaca / jika sempat mengingat segala dosa / dan mengusap air mata.”

Bagian ini menunjukkan kesadaran manusiawi bahwa doa bukan hanya tentang permintaan, tetapi juga tentang penyesalan, refleksi, dan penerimaan. Penyair menutup puisinya dengan sikap pasrah yang penuh keikhlasan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini berkaitan dengan kesadaran akan waktu, cinta yang abadi, dan kerendahan hati manusia di hadapan Sang Pencipta.

Permohonan agar Tuhan “menggenapkan janji” bukan sekadar keinginan untuk hidup lama, melainkan simbol dari keinginan untuk hidup dengan penuh makna dan cinta yang sempurna.

Puisi ini juga menyiratkan bahwa dalam kehidupan yang fana, manusia harus bersyukur atas kebersamaan yang dimiliki. Keluarga, anak-anak, dan kenangan bukan sekadar bagian dari hidup, melainkan anugerah yang patut dijaga.

Baris “mengakrabi cuaca” memiliki makna tersirat yang indah — menunjukkan sikap penerimaan terhadap segala perubahan hidup: baik suka maupun duka, panas maupun hujan. Manusia harus belajar berdamai dengan segala situasi, karena setiap pengalaman adalah bagian dari perjalanan menuju kedewasaan spiritual.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa tenang, khusyuk, dan penuh kehangatan batin. Penyair berbicara dengan nada rendah dan lembut, seolah berbisik kepada Tuhan di tengah malam yang hening. Tidak ada keputusasaan, tidak ada amarah — hanya doa sederhana yang muncul dari hati yang ikhlas.

Kesyahduan suasana ini terasa pada larik-larik seperti:

“dan aku akan terus berdoa / mengakrabi cuaca.”

Kata “terus berdoa” dan “mengakrabi cuaca” menciptakan nuansa kontemplatif dan pasrah — suasana di mana manusia menyadari bahwa hidup adalah perjalanan yang harus dijalani dengan tenang dan penuh penerimaan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Amanat dari puisi ini adalah pentingnya bersyukur dan berdoa dalam setiap fase kehidupan. Penyair mengingatkan kita bahwa cinta sejati bukan hanya tentang kebersamaan, tetapi juga tentang memohon restu agar cinta itu tetap utuh, bahkan ketika usia dan waktu berubah.

Pesan lain yang tersirat adalah pentingnya kesadaran diri dan refleksi spiritual. Dalam setiap permohonan, manusia harus tetap ingat akan dosa dan kelemahan dirinya. Doa yang tulus adalah doa yang lahir dari hati yang sadar dan rendah hati — bukan dari rasa sombong atau keinginan duniawi semata.

Puisi ini juga memberi amanat untuk menikmati setiap detik kehidupan bersama orang yang dicintai, sebelum semuanya menjadi kenangan.

Imaji

Puisi ini memunculkan beberapa imaji visual dan emosional yang halus:

Imaji visual muncul pada baris:

“canda riang anak-anak / mereka yang tumbuh / luruh di setiap langkah kami.”

Pembaca dapat membayangkan suasana rumah tangga yang hangat, anak-anak yang berlari dan tertawa, serta orang tua yang menua dengan bahagia sambil mengenang perjalanan hidup.

Imaji emosional tampak pada larik:

“dan aku akan terus berdoa / mengakrabi cuaca / jika sempat mengingat segala dosa.”

Imaji ini membawa pembaca pada suasana batin seseorang yang merenung di bawah langit yang berubah-ubah, menyadari dosa-dosanya, dan memohon ampun dalam ketenangan.

Kekuatan imaji dalam puisi ini justru terletak pada kesederhanaannya. Tidak ada deskripsi rumit, namun mampu menghadirkan gambaran kehidupan yang dekat dengan realitas sehari-hari.

Majas

Dalam puisinya yang pendek namun padat ini, Alex R. Nainggolan menggunakan beberapa majas (gaya bahasa) yang memperkuat nuansa doa dan renungan, di antaranya:
  • Repetisi – pengulangan kata “genapkanlah” pada awal larik pertama dan kedua menegaskan nada doa dan permohonan yang mendalam.
  • Personifikasi – cuaca diperlakukan seolah dapat diajak berinteraksi: “mengakrabi cuaca”. Ini memperlihatkan kedekatan manusia dengan alam serta penerimaan terhadap perubahan hidup.
  • Metafora – kata “genapkanlah janji kami” tidak hanya bermakna harfiah, tetapi juga simbol penyempurnaan hidup dan cinta.
  • Eufemisme – penyair tidak menyebut dosa dan kesedihan dengan kata keras; ia memilih diksi lembut seperti “mengusap air mata”, seolah menyembunyikan penderitaan dalam kehalusan bahasa.
Puisi “Semacam Doa” karya Alex R. Nainggolan merupakan karya yang sederhana namun sarat spiritualitas dan kemanusiaan. Dengan gaya bahasa yang lembut, penyair mengungkapkan doa seorang manusia yang ingin hidup dalam kesempurnaan cinta, umur, dan kebahagiaan keluarga, sambil tetap sadar akan kefanaan dan dosa dirinya.

Melalui tema harapan dan kesetiaan, makna tersirat tentang penerimaan hidup, serta suasana yang tenang dan penuh rasa syukur, puisi ini menjadi semacam cermin bagi pembaca untuk merenungkan kehidupan mereka sendiri.

Puisi “Semacam Doa” bukan hanya tentang cinta dua insan, tetapi tentang hidup yang ingin dijalani sepenuhnya — dengan doa, cinta, dan kesadaran akan waktu.

Alex R. Nainggolan
Puisi: Semacam Doa
Karya: Alex R. Nainggolan
© Sepenuhnya. All rights reserved.