Seorang Tua di Ranjang Sakit
Tafsiran yang berlaku antara dunia dan aku
Bagai lampu padam mendingin di kalbu;
Sayang masa lampau tak balik dan kesempatan lewat,
Masa lampau kini langsung menuju akhirat.
Mengapa justru terbenam nyala indah kebenaran,
Waktu matahari dan bulan bintang bersinaran?
Sejuta kalbu tertutup bagi sejuta lainnya,
Wajah dilapisi topeng mati sandiwara.
Kini alam redup dan hanya tinggal padaku
Kebenaran esa Ilahi yang selalu berlaku
Dan keindahan di ujung hidup di duniawi.
Bagai kesadaran menghadapi yang hakiki.
Keindahan dari penyesalan, kenangan, harapan.
Pemasrahan diri, nyanyian tulus tanpa ratapan
Dan kesunyian yang dulu tak dirasa bahagia,
Senyum sepi yang tak berkesan di bumi manusia.
Kini akhir kalinya ia berbinar lembut
wajah kawan-kawan yang muncul dari kabut,
Di dinding kamar, di kain ranjang, di halaman buku
Dan naskah tak selesai menggeletak di sisiku.
Slamat jalan, duniaku yang ramai dan kacau-balau!
Aku tinggal di kebenaran, brangkatlah engkau.
Silakan beredar terus di alam-semesta,
Mencari yang benar dan indah, kandungan tiap masa.
Yang cuma tinggal pada yang luhur dan yang mati;
Lainnya hanja samaran bayangan pribadi;
Dan bila radar akan dunia, orang pun terlambat:
Engkau sudah lewat — di sisi dia hanya malaikat.
15 Oktober 1960
Sumber: Horison (Juni, 1969)
Analisis Puisi:
Puisi "Seorang Tua di Ranjang Sakit" karya Trisno Soemardjo adalah sebuah karya yang mendalam yang merenungkan tentang makna hidup, kebenaran, dan pengalaman pribadi.
Kehidupan dan Kematian: Puisi ini menciptakan perbandingan antara dunia yang penuh warna dan kehidupan yang riuh dengan akhirat yang tenang dan kematian. Penyair merenungkan perjalanan hidup seseorang yang telah berakhir dan memasuki tahap akhir dalam hidupnya, yaitu ranjang sakit menjelang kematian.
Makna Kebenaran: Penyair mengungkapkan pemikiran tentang makna kebenaran dalam hidup. Ketika seseorang mendekati akhir hidupnya, hal-hal yang dulu terlihat begitu penting, seperti kebenaran dunia, mulai memudar. Hanya kebenaran Ilahi yang abadi yang tetap relevan dan bermakna.
Pembaruan Diri: Puisi ini juga mencerminkan pembaruan diri dan introspeksi mendalam. Penyair merenungkan tentang penyesalan, kenangan, harapan, dan pemasrahan diri. Ini menciptakan suasana perasaan damai dan penerimaan terhadap takdir yang tak terhindarkan.
Alam Semesta: Penyair menggambarkan alam semesta sebagai tempat di mana kebenaran dan keindahan terus beredar. Alam semesta ini melambangkan pengalaman manusia yang penuh dengan pencarian makna dan pemahaman akan kehidupan.
Pengalaman Pribadi: Puisi ini menciptakan gambaran tentang pengalaman pribadi seorang tua yang merenungkan tentang hidup dan kematian di ranjang sakit. Karya ini menggambarkan perasaan ketenangan yang mengiringi pemahaman diri dan penerimaan akan kenyataan hidup yang tak terelakkan.
Penutup yang Emosional: Puisi ini diakhiri dengan penuh rasa penghormatan, di mana penyair mengucapkan selamat tinggal kepada dunia yang telah meninggalkannya. Bahasa puisi yang penuh makna ini menciptakan perasaan kesunyian yang mendalam dan penyelesaian yang indah.
Puisi "Seorang Tua di Ranjang Sakit" adalah karya yang menggambarkan perenungan mendalam tentang makna hidup, kebenaran, dan pengalaman pribadi seseorang yang mendekati akhir hidupnya. Puisi ini menciptakan atmosfer introspeksi yang dalam dan penerimaan akan takdir.
Puisi: Seorang Tua di Ranjang Sakit
Karya: Trisno Soemardjo
Biodata Trisno Soemardjo:
- Trisno Soemardjo (dieja Trisno Sumarjo) lahir pada tanggal 6 Desember 1916 di Surabaya.
- Trisno Sumardjo meninggal dunia pada tanggal 21 April 1969 (pada usia 52 tahun) di Jakarta.
- Trisno Sumardjo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 1945.
