Sungai dalam Tubuhku
aku menemukanmu sebagai jazirah
dalam tubuh, kuda-kuda mecelupkan diri
di antara bayang pohon
suara sayap kupu-kupu
seperti arwah
menggema di atas batu
dekat cekungan mata
arus waktu
terisap pusaran air
ingatan-ingatan tak mampu menyeberang
adalah satu-satunya sisa
milik orang dulu
ada hari remang di hulu
mengapung dalam diri
sungai hijau yang terus bernanah
2018
Sumber: Anjing Gunung (2018)
Analisis Puisi:
Puisi "Sungai dalam Tubuhku" karya Irma Agryanti menghadirkan pengalaman introspektif yang mengalir laksana sungai di dalam diri penyair. Dengan diksi yang puitis dan imaji alam yang kuat, puisi ini mengeksplorasi hubungan antara tubuh, ingatan, dan waktu. Penyair menggunakan metafora sungai sebagai simbol kehidupan, ingatan, dan sisa pengalaman masa lalu yang terus berputar dalam diri.
Tema
Tema utama puisi ini adalah refleksi diri dan perjalanan internal batin. Sungai yang mengalir di tubuh menjadi representasi pengalaman, kenangan, dan sisa dari masa lalu yang membentuk identitas diri. Tema ini mengajak pembaca untuk menyelami kedalaman diri dan menerima setiap sisa ingatan sebagai bagian dari eksistensi.
Puisi ini bercerita tentang perenungan penyair terhadap tubuh dan ingatan yang mengalir seperti sungai. Tubuh menjadi tempat bersemayamnya pengalaman, bayang-bayang masa lalu, dan peristiwa yang tak mampu diseberangi. Setiap elemen alam—seperti bayang pohon, kupu-kupu, arus air—dihadirkan untuk memperkuat pengalaman internal penyair.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah penerimaan terhadap sisa ingatan dan pengalaman yang terus membentuk diri. Sungai yang “terus bernanah” dan ingatan yang “tak mampu menyeberang” menunjukkan bahwa meski masa lalu kadang menyakitkan atau sulit dilewati, ia tetap menjadi bagian dari identitas. Penyair seolah mengingatkan bahwa kita tidak dapat menghapus ingatan, tetapi bisa hidup berdampingan dengannya.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini melankolis, introspektif, dan remang. Kata-kata seperti “remang di hulu” dan “sungai hijau yang terus bernanah” menciptakan perasaan sedih namun penuh refleksi. Suasana ini membawa pembaca merasakan aliran waktu dan beratnya memikul ingatan, sekaligus keindahan alam sebagai latar yang menenangkan dan penuh simbol.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang bisa diambil dari puisi ini adalah pentingnya memahami dan menerima masa lalu sebagai bagian dari diri. Penyair mengajak pembaca untuk tidak memaksakan melupakan ingatan, melainkan membiarkannya mengalir seperti sungai, menjadi bagian dari proses internalisasi diri dan pertumbuhan pribadi.
Imaji
Puisi ini sarat dengan imaji alam yang kuat:
- Imaji visual: “bayang pohon”, “cekungan mata”, “sungai hijau” menghadirkan gambaran yang jelas dan memikat.
- Imaji auditori: “suara sayap kupu-kupu seperti arwah” menimbulkan sensasi suara halus dan misterius.
- Imaji kinestetik: “kuda-kuda mecelupkan diri” memberikan kesan gerak yang lembut dan alami.
Imaji-imaji ini membuat pembaca dapat merasakan pengalaman internal penyair secara nyata dan imersif.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Metafora – Tubuh yang diibaratkan sebagai sungai, simbol dari aliran pengalaman dan ingatan.
- Personifikasi – Arus waktu yang “terisap pusaran air” memberikan kehidupan pada waktu seolah memiliki kesadaran.
- Simile – “Suara sayap kupu-kupu seperti arwah” membandingkan suara halus dengan kehadiran arwah, menambah dimensi mistis.
Puisi "Sungai dalam Tubuhku" karya Irma Agryanti menghadirkan pengalaman reflektif yang mendalam, di mana tubuh dan ingatan berpadu laksana aliran sungai. Dengan tema introspeksi diri, imaji alam yang kuat, dan suasana melankolis, puisi ini mengajak pembaca untuk memahami aliran kehidupan, menerima sisa pengalaman masa lalu, dan menyadari bahwa ingatan—meski tak selalu indah—adalah bagian dari identitas yang membentuk kita.
Karya: Irma Agryanti
Biodata Irma Agryanti:
- Irma Agryanti lahir pada tanggal 28 Agustus 1986 di Mataram, Nusa Tenggara Barat.