Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tanah Air Merintih (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Tanah Air Merintih" karya Slamet Sukirnanto mengundang pembaca untuk merenungkan peran masing-masing dalam memperbaiki dan mengubah kondisi ...
Tanah Air Merintih

Tanah air tercinta. Tanah air terpuruk dan luka
Mimpi buruk apa? Mimpi kelam apa? Malam-malammu petaka
Setiap pohon besar rubuh. Selalu makan korban-korban
Sangat mahal jadinya untuk mengakhiri kebatilan!

Tanah air tercinta. Kini, disaksikan semua penghuni angkasa
Pohon beringin maha besar yang kelihatannya sangat rimbun
Ternyata keropos tumbang dengan suara gaduh, gemuruh dan mengalun
Semua benalu, banas pati, demit dan para penjilat
Keluar serentak kabur - disergap ketakutan!

Tanah air tercinta. Dengarkan lagu pedih ini
Mahkota bencana bertahta di Indonesia
Kemarin dan kemarinnya lagi
Aku terperangah

Aku hampir berteriak. Tanganku hampir memukul dinding gunung
Apakah yang bathil akan menang?
Apakah yang hak tergeletak ngangkang di jalan?
Ditangisi nyamuk, lalat, kecoak dan cacing mengerang

Tanah air tercinta. Sekarang ini zaman edan
Satria menjelma raksasa
Mengobrak-abrik semua
Kota, benda-benda
Dan manusia!
Tanah air tercinta. Putaran zaman sangat menyakitkan
Merintihlah — bersuaralah duka
Negeri ini telah kosong
Isinya telah dikuras dan dijarah
Tanpa sisa lama dari tahun ke tahun
Sampai semua penjarah pikun.

Amar ma'ruf nahi mungkar. Keadilan. Amanah
Kemanusiaan dan kejujuran
Selama tiga puluh lima tahun
Tidurmu nyenyak

Tanah air tercinta. Raksasa berhadapan raksasa
Bayangkan korban-korban di sepanjang jalan
Darah berceceran, merambat ke mana-mana
Pemimpin dunia sudah ramai di udara

Sambil membawa keranjang berisi bunga-bunga
Untuk ditaburkan sebagai pernyataan duka
Berkabung semesta ketika kejahatan merajalela

Tanah air tercinta. Berdoalah. Sujudlah. Zikirlah
Tengadah tangan kepada Illahi. Hari ini Kuasa-Nya
Dengan nyata diperlihatkan pada kita

"Ingatlah!"
Kata orang dari pinggir jalan
"Yang membuat sengsara
Jangan dilindungi
Jangan dibiarkan begitu saja
Melenggang dengan aman. Pergi"

Tanah air tercinta. Berdoalah. Sujudlah. Zikirlah
Sekarang juga! Jangan ditunda-tunda!

Jakarta, 21 Mei 1998

Sumber: Gergaji (2001)

Analisis Puisi:

Puisi merupakan bentuk ekspresi seni yang mampu menggambarkan keadaan sosial dan politik suatu zaman. Puisi "Tanah Air Merintih" karya Slamet Sukirnanto merupakan karya yang menggambarkan kegelisahan dan keprihatinan terhadap kondisi tanah air.

Latar Belakang: Puisi "Tanah Air Merintih" mencerminkan periode kegelisahan dan perubahan di Indonesia, yang mungkin terkait dengan perubahan sosial dan politik pada masa pemerintahan tertentu. Puisi ini menyoroti ketidakadilan, kebobrokan moral, dan perjuangan melawan kekuasaan yang tidak adil.

Gaya Bahasa: Puisi ini mengandung gaya bahasa yang kuat dan memukau, memperkaya maknanya. Penggunaan imaji seperti "Pohon beringin maha besar yang kelihatannya sangat rimbun" memberikan kontras antara penampilan luar yang menipu dan kenyataan yang mengecewakan.

Ritme dan Suara: Puisi ini memiliki ritme yang kuat dan memberikan suara yang intens. Penggunaan suara gemuruh dan gaduh menggambarkan kehancuran dan perubahan besar-besaran yang terjadi, sementara kalimat-kalimat yang panjang memberikan nuansa dramatik.

Kritik Sosial dan Politik: Puisi ini mengkritik kondisi sosial dan politik Indonesia pada saat itu. Ketidakpuasan terhadap pemimpin yang dianggap tidak adil, ketidaksetiaan terhadap nilai-nilai keadilan, dan kehancuran lingkungan alam menjadi sorotan dalam puisi ini.

Keputusasaan dan Kebangkitan: Penyair mengekspresikan keputusasaan terhadap kondisi tanah air, namun juga menciptakan narasi kebangkitan dan perlawanan. Ungkapan "Raksasa berhadapan raksasa" menciptakan citra perjuangan besar yang harus dihadapi.

Kewajiban untuk Berjuang: Puisi ini menyampaikan pesan tentang kewajiban untuk berjuang dan melawan ketidakadilan. Panggilan untuk berdoa, sujud, dan zikir menekankan pentingnya koneksi spiritual dalam menghadapi krisis dan perubahan besar.

Perubahan dan Harapan: Meskipun puisi ini mencerminkan kegelisahan dan meratap, terdapat juga sentuhan harapan. "Sekarang juga! Jangan ditunda-tunda!" menunjukkan bahwa perubahan mungkin masih dimungkinkan jika tindakan diambil segera.

Puisi "Tanah Air Merintih" karya Slamet Sukirnanto bukan hanya sekadar kumpulan kata-kata, melainkan seruan emosional dan pemikiran mendalam tentang kondisi negara. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan peran masing-masing dalam memperbaiki dan mengubah kondisi yang tidak adil. Melalui bahasa yang indah dan penuh makna, Slamet Sukirnanto berhasil menggambarkan kompleksitas dan kontradiksi dalam perjuangan untuk mencapai keadilan dan kebenaran.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Tanah Air Merintih
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.