Sumber: Gergaji (2001)
Analisis Puisi:
Puisi merupakan bentuk ekspresi seni yang mampu menggambarkan keadaan sosial dan politik suatu zaman. Puisi "Tanah Air Merintih" karya Slamet Sukirnanto merupakan karya yang menggambarkan kegelisahan dan keprihatinan terhadap kondisi tanah air.
Latar Belakang: Puisi "Tanah Air Merintih" mencerminkan periode kegelisahan dan perubahan di Indonesia, yang mungkin terkait dengan perubahan sosial dan politik pada masa pemerintahan tertentu. Puisi ini menyoroti ketidakadilan, kebobrokan moral, dan perjuangan melawan kekuasaan yang tidak adil.
Gaya Bahasa: Puisi ini mengandung gaya bahasa yang kuat dan memukau, memperkaya maknanya. Penggunaan imaji seperti "Pohon beringin maha besar yang kelihatannya sangat rimbun" memberikan kontras antara penampilan luar yang menipu dan kenyataan yang mengecewakan.
Ritme dan Suara: Puisi ini memiliki ritme yang kuat dan memberikan suara yang intens. Penggunaan suara gemuruh dan gaduh menggambarkan kehancuran dan perubahan besar-besaran yang terjadi, sementara kalimat-kalimat yang panjang memberikan nuansa dramatik.
Kritik Sosial dan Politik: Puisi ini mengkritik kondisi sosial dan politik Indonesia pada saat itu. Ketidakpuasan terhadap pemimpin yang dianggap tidak adil, ketidaksetiaan terhadap nilai-nilai keadilan, dan kehancuran lingkungan alam menjadi sorotan dalam puisi ini.
Keputusasaan dan Kebangkitan: Penyair mengekspresikan keputusasaan terhadap kondisi tanah air, namun juga menciptakan narasi kebangkitan dan perlawanan. Ungkapan "Raksasa berhadapan raksasa" menciptakan citra perjuangan besar yang harus dihadapi.
Kewajiban untuk Berjuang: Puisi ini menyampaikan pesan tentang kewajiban untuk berjuang dan melawan ketidakadilan. Panggilan untuk berdoa, sujud, dan zikir menekankan pentingnya koneksi spiritual dalam menghadapi krisis dan perubahan besar.
Perubahan dan Harapan: Meskipun puisi ini mencerminkan kegelisahan dan meratap, terdapat juga sentuhan harapan. "Sekarang juga! Jangan ditunda-tunda!" menunjukkan bahwa perubahan mungkin masih dimungkinkan jika tindakan diambil segera.
Puisi "Tanah Air Merintih" karya Slamet Sukirnanto bukan hanya sekadar kumpulan kata-kata, melainkan seruan emosional dan pemikiran mendalam tentang kondisi negara. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan peran masing-masing dalam memperbaiki dan mengubah kondisi yang tidak adil. Melalui bahasa yang indah dan penuh makna, Slamet Sukirnanto berhasil menggambarkan kompleksitas dan kontradiksi dalam perjuangan untuk mencapai keadilan dan kebenaran.
Karya: Slamet Sukirnanto
Biodata Slamet Sukirnanto:
- Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
- Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
- Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.