Analisis Puisi:
Puisi “Tanah Air, Milik Siapa” karya D. Kemalawati adalah karya yang menyuarakan kritik sosial dan refleksi atas kekerasan serta kepemilikan tanah air. Melalui bahasa yang tajam dan penuh imaji, penyair menyoroti pertentangan antara kekuasaan, konflik, dan hak atas tanah yang seharusnya menjadi milik rakyat.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kepemilikan tanah air dan ketidakadilan sosial. Puisi ini juga menyentuh isu perang, kekerasan, dan penderitaan rakyat akibat perebutan kekuasaan atas tanah.
Puisi ini bercerita tentang tanah air yang seharusnya menjadi milik rakyat, namun justru dijadikan ajang kekerasan, perburuan, dan keserakahan manusia. Penyair menghadirkan gambaran nyata dari peperangan, penganiayaan, dan ketidakpedulian penguasa terhadap kehidupan yang dirugikan oleh konflik.
Makna Tersirat
Makna tersirat puisi ini adalah kritik terhadap mereka yang mengklaim tanah air sebagai milik pribadi, namun justru merusaknya dengan kekerasan dan ketidakadilan. Penyair menekankan bahwa hak atas tanah air seharusnya didasarkan pada kemanusiaan, keadilan, dan keberlanjutan, bukan kekuasaan atau ambisi pribadi.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini seram, muram, dan penuh ketegangan. Ada kesan marah sekaligus sedih yang muncul dari kontras antara tanah yang seharusnya damai dan kenyataan yang penuh kekerasan, pembantaian, dan penderitaan.
Imaji
D. Kemalawati menggunakan imaji yang kuat:
- “Tanah bersimbah darah” menghadirkan visual konflik dan penderitaan.
- “Seekor kelinci jinak bermain di sana, ribuan pemburu beradu cepat membunuhnya” memberikan citra kontras antara kepolosan dan kekejaman manusia.
- “Mayat mengapung, menanyakan kuburnya” menimbulkan imaji suram tentang korban yang kehilangan hak hidup dan martabat.
Majas
Puisi ini menggunakan beberapa majas:
- Metafora, seperti “tanah bersimbah darah” untuk menggambarkan konflik berdarah atas tanah.
- Personifikasi, misalnya mayat yang “menanyakan kuburnya”, seolah-olah berbicara dan menuntut keadilan.
- Hiperbola, seperti “ribuan pemburu beradu cepat membunuhnya”, memperkuat kesan kekejaman dan keserakahan manusia.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan puisi ini adalah peringatan tentang pentingnya menghargai tanah air sebagai hak bersama dan menjaga keadilan. Penyair menekankan bahwa kekerasan, keserakahan, dan pengabaian terhadap kemanusiaan akan merusak hakikat tanah air. Pembaca diingatkan untuk mempertanyakan siapa sebenarnya yang berhak atas tanah air dan bagaimana manusia harus bertanggung jawab terhadapnya.
Puisi “Tanah Air, Milik Siapa” adalah puisi yang menggugah kesadaran politik dan moral, menyoroti konflik sosial, dan menegaskan bahwa tanah air bukan sekadar kepemilikan pribadi, melainkan tanggung jawab kolektif bagi kemanusiaan.
Karya: D. Kemalawati
Biodata D. Kemalawati:
- Deknong Kemalawati lahir pada tanggal 2 April 1965 di Meulaboh, Aceh.
