Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tanah Air, Milik Siapa (Karya D. Kemalawati)

Puisi “Tanah Air, Milik Siapa” karya D. Kemalawati bercerita tentang tanah air yang seharusnya menjadi milik rakyat, namun justru dijadikan ajang ...
Tanah Air, Milik Siapa

Katakanlah milikmu
hari ini kau hamburkan jutaan peluru
tanah bersimbah darah
damaikah malammu

Katakanlah milikmu
hari ini kau hardik bagai gembala
merumput di padang kering
meneguk setetes air
merdukah serulingmu

Katakanlah milikmu
hari ini kau bangun tenda-tenda
dengan pandangan hampa
seekor kelinci jinak bermain di sana
ribuan pemburu beradu cepat membunuhnya
terbukakah matamu

Katakanlah milikmu
lalu kau senda guraukan bersama kicauan burung
di bawah sana mayat mengapung
menanyakan kuburnya
guyonkah itu

Katakanlah milikmu
kepada hamba-hambamu
bila mereka percaya
tutuplah pintu rapat-rapat
agar tak ada yang mengetuk
dan membawamu pergi.

Banda Aceh, November 2000

Analisis Puisi:

Puisi “Tanah Air, Milik Siapa” karya D. Kemalawati adalah karya yang menyuarakan kritik sosial dan refleksi atas kekerasan serta kepemilikan tanah air. Melalui bahasa yang tajam dan penuh imaji, penyair menyoroti pertentangan antara kekuasaan, konflik, dan hak atas tanah yang seharusnya menjadi milik rakyat.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kepemilikan tanah air dan ketidakadilan sosial. Puisi ini juga menyentuh isu perang, kekerasan, dan penderitaan rakyat akibat perebutan kekuasaan atas tanah.

Puisi ini bercerita tentang tanah air yang seharusnya menjadi milik rakyat, namun justru dijadikan ajang kekerasan, perburuan, dan keserakahan manusia. Penyair menghadirkan gambaran nyata dari peperangan, penganiayaan, dan ketidakpedulian penguasa terhadap kehidupan yang dirugikan oleh konflik.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah kritik terhadap mereka yang mengklaim tanah air sebagai milik pribadi, namun justru merusaknya dengan kekerasan dan ketidakadilan. Penyair menekankan bahwa hak atas tanah air seharusnya didasarkan pada kemanusiaan, keadilan, dan keberlanjutan, bukan kekuasaan atau ambisi pribadi.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini seram, muram, dan penuh ketegangan. Ada kesan marah sekaligus sedih yang muncul dari kontras antara tanah yang seharusnya damai dan kenyataan yang penuh kekerasan, pembantaian, dan penderitaan.

Imaji

D. Kemalawati menggunakan imaji yang kuat:
  • “Tanah bersimbah darah” menghadirkan visual konflik dan penderitaan.
  • “Seekor kelinci jinak bermain di sana, ribuan pemburu beradu cepat membunuhnya” memberikan citra kontras antara kepolosan dan kekejaman manusia.
  • “Mayat mengapung, menanyakan kuburnya” menimbulkan imaji suram tentang korban yang kehilangan hak hidup dan martabat.

Majas

Puisi ini menggunakan beberapa majas:
  • Metafora, seperti “tanah bersimbah darah” untuk menggambarkan konflik berdarah atas tanah.
  • Personifikasi, misalnya mayat yang “menanyakan kuburnya”, seolah-olah berbicara dan menuntut keadilan.
  • Hiperbola, seperti “ribuan pemburu beradu cepat membunuhnya”, memperkuat kesan kekejaman dan keserakahan manusia.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan puisi ini adalah peringatan tentang pentingnya menghargai tanah air sebagai hak bersama dan menjaga keadilan. Penyair menekankan bahwa kekerasan, keserakahan, dan pengabaian terhadap kemanusiaan akan merusak hakikat tanah air. Pembaca diingatkan untuk mempertanyakan siapa sebenarnya yang berhak atas tanah air dan bagaimana manusia harus bertanggung jawab terhadapnya.

Puisi “Tanah Air, Milik Siapa” adalah puisi yang menggugah kesadaran politik dan moral, menyoroti konflik sosial, dan menegaskan bahwa tanah air bukan sekadar kepemilikan pribadi, melainkan tanggung jawab kolektif bagi kemanusiaan.

D. Kemalawati
Puisi: Tanah Air, Milik Siapa
Karya: D. Kemalawati

Biodata D. Kemalawati:
  • Deknong Kemalawati lahir pada tanggal 2 April 1965 di Meulaboh, Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.