Telah Haus Bulan, Membawa Sepi yang Berat
Dinginnya telah datang
mengusir angin. Dinginnya telah datang
mendatangkan kepingin. Dinginnya telah datang
meminta selimut. Dinginnya telah datang
pendiangan hangat. Dinginnya telah datang
menarik pelatuknya. Dinginnya telah datang
membangkitkan syahwat. Dinginnya telah datang.
Perempuan dalam bayang-bayang dibawa bulan
yang semakin jauh menggeser ke cakrawala
dan di sana terengah-engah telah membawa sepi yang berat
keringatnya tetes lalu didekap dalam selimut.
1974
Sumber: Horison (April, 1977)
Analisis Puisi:
Puisi "Telah Haus Bulan, Membawa Sepi yang Berat" karya Adri Darmadji Woko merupakan salah satu karya yang sarat dengan nuansa sensual, eksistensial, dan simbolik. Melalui repetisi dan citraan yang kuat, penyair menggambarkan suasana malam yang dingin, di mana tubuh, rasa, dan kesepian berbaur menjadi satu pengalaman batin yang intens.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kesepian dan hasrat manusia yang muncul di tengah kehampaan malam. Di balik suasana dingin yang terus diulang, penyair menghadirkan perasaan rindu, keinginan, dan kebutuhan akan kehangatan—baik secara fisik maupun emosional. Dingin menjadi lambang keterasingan dan sekaligus pemicu munculnya dorongan batin yang tak tertahan.
Puisi ini bercerita tentang suasana malam yang dingin, di mana penyair menggambarkan bagaimana hawa dingin menghadirkan serangkaian perasaan dan keinginan manusia. Dalam dingin itu, ada bayangan perempuan, bulan yang menjauh, serta sepi yang berat—semuanya membentuk pengalaman batin yang melankolis dan menggoda. Dingin dalam puisi ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga emosional: menggambarkan kekosongan dan kebutuhan akan kehangatan kasih.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini berkaitan dengan pergulatan antara kesepian dan hasrat. “Dinginnya telah datang” yang diulang-ulang menunjukkan keadaan batin yang terus dihantui oleh rasa hampa dan kebutuhan akan keintiman. Sementara “perempuan dalam bayang-bayang dibawa bulan” menandakan sosok imajiner yang menjadi simbol kerinduan dan godaan. Bulan yang “haus” dan “membawa sepi yang berat” memperkuat kesan bahwa manusia, seberapa pun ia dilingkupi cahaya, tetap tak luput dari rasa sunyi dan kerinduan yang tak tersampaikan.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang ditampilkan dalam puisi ini adalah dingin, sunyi, dan penuh gairah tersembunyi. Ada ketegangan antara dingin yang menakutkan dan kehangatan yang dirindukan. Penyair menciptakan atmosfer yang kontras—antara jarak dan kedekatan, antara keheningan malam dan gejolak batin manusia.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji yang menonjol, terutama imaji visual dan perasaan (afektif).
- Imaji visual tampak dalam larik “Perempuan dalam bayang-bayang dibawa bulan” dan “bulan yang semakin jauh menggeser ke cakrawala”, yang menghadirkan suasana malam yang sepi dan jauh.
- Imaji perasaan muncul melalui pengulangan “Dinginnya telah datang”, yang menimbulkan sensasi emosional: perasaan kehilangan, rindu, dan kehampaan.
- Imaji gerak muncul dalam “keringatnya tetes lalu didekap dalam selimut”, yang menghadirkan kesan sensual dan intim.
Majas
Beberapa majas yang digunakan Adri Darmadji Woko dalam puisi ini antara lain:
- Repetisi, terlihat jelas pada pengulangan frasa “Dinginnya telah datang” yang memperkuat suasana dan tekanan emosional puisi.
- Personifikasi, pada frasa “Dinginnya telah datang menarik pelatuknya” yang memberikan sifat manusiawi pada unsur alam.
- Metafora, seperti “bulan yang membawa sepi yang berat” yang melambangkan perjalanan batin dan kesunyian manusia.
- Hiperbola, pada larik “Perempuan dalam bayang-bayang dibawa bulan” yang memperkuat kesan imajinatif dan dramatis dari suasana malam.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Amanat yang bisa diambil dari puisi ini adalah bahwa kesepian adalah bagian dari kemanusiaan yang tak bisa dihindari. Hasrat dan rindu muncul sebagai bentuk pencarian makna di tengah dinginnya hidup dan keterasingan. Puisi ini mengingatkan bahwa dalam kesunyian, manusia selalu membawa kerinduan akan kehangatan dan kedekatan, baik dengan sesama maupun dengan dirinya sendiri.
Puisi "Telah Haus Bulan, Membawa Sepi yang Berat" adalah puisi yang memadukan unsur sensualitas, eksistensialisme, dan simbolisme alam. Adri Darmadji Woko dengan piawai menggunakan repetisi, imaji malam, dan simbol “dingin” serta “bulan” untuk menyampaikan ketegangan batin antara kesepian dan hasrat manusia. Melalui bahasa yang padat dan berirama, ia mengajak pembaca merenungi bahwa di balik setiap dingin malam, ada jiwa yang haus akan makna dan kehangatan.
Karya: Adri Darmadji Woko
Biodata Adri Darmadji Woko:
- Adri Darmadji Woko lahir pada tanggal 28 Juni 1951 di Yogyakarta.
