Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tersalib Sepi (Karya Sam Haidy)

Puisi “Tersalib Sepi” karya Sam Haidy adalah refleksi eksistensial yang singkat namun sarat makna.
Tersalib Sepi

Sepi adalah salib gaib
Tertancap di luar ruang
Tak lapuk oleh waktu

Di situ aku terpaku.

Analisis Puisi:

Puisi “Tersalib Sepi” karya Sam Haidy mengusung tema tentang kesunyian eksistensial. Dalam beberapa baris yang sangat padat makna, penyair menggambarkan sepi bukan sekadar keadaan tanpa suara, melainkan suatu beban batin yang menyalibkan jiwa manusia. Sepi menjadi semacam simbol penderitaan batin, keterasingan, dan keterpakuan diri dalam waktu yang tak bergerak. Tema ini sering muncul dalam puisi-puisi reflektif modern, di mana kesunyian dilihat sebagai bentuk perenungan eksistensi dan kesadaran diri manusia di hadapan waktu dan ruang.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang merasakan sepi sebagai beban hidup yang tak terhindarkan. Sepi digambarkan bukan sekadar keadaan, tetapi sebagai “salib gaib”, sesuatu yang tak kasatmata namun nyata terasa membebani. Penyair seolah ingin menunjukkan bahwa dalam kehidupan manusia, selalu ada ruang di mana seseorang harus “terpaku” oleh kesepiannya sendiri. Ia tidak sedang memberontak terhadap sepi, melainkan menyadari keberadaannya sebagai bagian dari eksistensi.

Baris “Di situ aku terpaku” menandai puncak kesadaran sang aku lirik terhadap keadaan batin yang membelenggu, namun juga menjadi tempat ia mengenali dirinya sendiri.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi “Tersalib Sepi” adalah kesadaran manusia akan keterbatasan dan kesunyian sebagai bagian dari kehidupan. Sam Haidy seolah ingin mengatakan bahwa sepi adalah kondisi spiritual yang tak bisa dihindari; ia tak lapuk oleh waktu dan tak dapat dihapuskan oleh ruang. Sepi dalam konteks ini bukan hanya kesendirian fisik, melainkan pengalaman batin yang menyakitkan sekaligus menyadarkan.

Salib yang “gaib” menandakan penderitaan yang bersifat metafisis — bukan penderitaan tubuh, tetapi penderitaan jiwa yang sunyi. Penyair menggunakan simbol “salib” untuk menegaskan perasaan terhukum atau terikat oleh keadaan yang tak bisa dilawan, seolah setiap manusia memikul “salib sepi”-nya masing-masing.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang dibangun dalam puisi ini adalah hening, kontemplatif, dan muram. Ada nuansa spiritual dan eksistensial yang kuat — semacam perenungan diri di tengah kekosongan waktu. Kata-kata seperti “salib gaib”, “tertancap di luar ruang”, dan “tak lapuk oleh waktu” menghadirkan suasana yang sunyi, beku, dan mengandung rasa tak berdaya. Pembaca dapat merasakan kesunyian yang begitu dalam hingga menimbulkan efek perenungan terhadap makna hidup itu sendiri.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang disampaikan dalam puisi “Tersalib Sepi” adalah bahwa kesepian adalah bagian dari kehidupan yang mesti diterima dan dihayati. Penyair mengajak pembaca untuk memahami bahwa tidak semua penderitaan harus dilawan; ada kalanya sepi perlu diterima sebagai bentuk penyucian jiwa atau ruang kontemplasi untuk menemukan makna hidup.

Dengan kata lain, puisi ini mengingatkan kita bahwa dalam diam dan keterpakuan, manusia justru bisa menemukan kedalaman dirinya sendiri.

Imaji

Imaji dalam puisi ini bersifat abstrak dan simbolik.
  • Imaji visual tampak dalam frasa “salib gaib tertancap di luar ruang” — menghadirkan bayangan sebuah salib tak terlihat yang menancap di ruang metafisis, bukan di dunia nyata.
  • Imaji perasaan muncul kuat dalam baris “Di situ aku terpaku”, yang menggambarkan perasaan terpenjara, pasrah, namun juga sadar akan keadaan diri.
Penyair menggunakan sedikit kata untuk menimbulkan kesan yang mendalam, mempermainkan ruang batin pembaca melalui metafora yang pekat.

Majas

Puisi ini banyak menggunakan majas metafora dan personifikasi:
  • Metafora terlihat dalam ungkapan “Sepi adalah salib gaib”. Sepi disamakan dengan salib — bukan dalam arti literal, melainkan simbol penderitaan dan penyaliban jiwa.
  • Personifikasi muncul karena sepi digambarkan seolah memiliki wujud nyata yang bisa “tertancap” dan “tak lapuk oleh waktu.”
Selain itu, ada juga nuansa hiperbola halus, di mana “tak lapuk oleh waktu” menunjukkan seberapa abadi dan tak terhindarkannya rasa sepi dalam diri manusia.

Puisi “Tersalib Sepi” karya Sam Haidy adalah refleksi eksistensial yang singkat namun sarat makna. Dengan hanya empat baris, penyair berhasil mengangkat tema universal tentang kesunyian, keterpakuan, dan penderitaan batin manusia. Bahasa yang digunakan sederhana, tetapi simboliknya dalam.

Melalui metafora “salib gaib”, Sam Haidy seolah menyampaikan bahwa setiap manusia memikul beban sunyi yang tak terlihat, dan dalam keheningan itulah manusia akhirnya menemukan hakikat dirinya sendiri.

"Puisi Sam Haidy"
Puisi: Tersalib Sepi
Karya: Sam Haidy
© Sepenuhnya. All rights reserved.