Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tua-Tua Perawan (Karya Muhammad Rois Rinaldi)

Puisi “Tua-Tua Perawan” karya Muhammad Rois Rinaldi bercerita tentang seorang perempuan tua bernama Mbok Minah yang di usia lima puluh tahun masih ...
Tua-Tua Perawan

Itu loh.... si Mbok Minah minta nikah
Umurnya sudah lima puluh tahun
Tapi dia yakin lebih perawan
Ketimbang anak SMP yang lewat tadi.

Analisis Puisi:

Puisi “Tua-Tua Perawan” karya Muhammad Rois Rinaldi merupakan karya pendek namun sarat sindiran sosial yang tajam. Meskipun hanya terdiri dari beberapa baris, puisi ini berhasil menohok kesadaran pembaca tentang cara masyarakat memandang perempuan, terutama dalam kaitannya dengan usia, kesucian, dan status pernikahan. Dengan gaya satir dan jenaka, Rinaldi mengemas kritik sosial yang menggigit dalam bahasa sederhana, lugas, dan bernuansa humor pedas.

Tema

Tema utama dalam puisi “Tua-Tua Perawan” adalah sindiran terhadap pandangan sosial mengenai perempuan dan nilai keperawanan. Puisi ini menyoroti ironi sosial di mana perempuan yang belum menikah pada usia tua sering kali menjadi bahan pergunjingan, sekaligus menyingkap kemunafikan moral masyarakat yang menilai kesucian hanya secara fisik, bukan secara etis atau spiritual.

Tema ini juga membawa pesan feminis: kritik terhadap cara pandang patriarkal yang menilai harga diri perempuan berdasarkan tubuh dan status pernikahan, bukan atas pilihan dan kepribadian mereka.

Puisi ini bercerita tentang seorang perempuan tua bernama Mbok Minah yang di usia lima puluh tahun masih memiliki keinginan untuk menikah. Dalam penggalan “dia yakin lebih perawan ketimbang anak SMP yang lewat tadi,” penyair menampilkan kontras yang tajam antara usia dan kemurnian.

Baris itu bukan hanya lelucon, tetapi juga sindiran terhadap realitas sosial—di mana banyak generasi muda kehilangan nilai moral lebih cepat dibanding mereka yang dianggap “ketinggalan zaman”. Maka, kisah Mbok Minah menjadi potret kecil dari ironi moral dan standar sosial yang timpang dalam masyarakat modern.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi “Tua-Tua Perawan” cukup dalam meskipun bahasanya ringan dan lucu. Secara terselubung, puisi ini ingin mengatakan bahwa kemurnian atau kehormatan seseorang tidak ditentukan oleh usia maupun status pernikahan. Mbok Minah, yang secara sosial mungkin dipandang sebagai “tidak laku”, justru tampil sebagai simbol perempuan yang tetap menjaga dirinya dan memiliki kepercayaan diri.

Sementara itu, kalimat “anak SMP yang lewat tadi” melambangkan generasi muda yang secara moral justru telah kehilangan nilai-nilai yang dulu dijunjung tinggi. Penyair mengajak pembaca untuk menilai moralitas bukan berdasarkan stereotip sosial, tetapi dari sikap dan tindakan nyata.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah satir, jenaka, namun getir. Di satu sisi, pembaca bisa tersenyum membaca kelucuan Mbok Minah yang masih ingin menikah di usia lanjut. Namun di sisi lain, ada nuansa ironi dan kepedihan yang terselip di balik kelucuan itu—sebuah kesedihan sosial yang muncul karena perempuan sering dijadikan objek ejekan ketika tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat.

Rasa getir ini muncul karena pembaca menyadari bahwa apa yang dianggap lucu sebenarnya adalah cerminan diskriminasi yang nyata.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang ingin disampaikan penyair dalam “Tua-Tua Perawan” adalah pentingnya menghargai setiap individu tanpa mengaitkan nilai moral mereka dengan usia, status, atau orientasi hidupnya. Puisi ini menyentil masyarakat agar tidak mudah menilai perempuan hanya dari aspek fisik atau status pernikahan.

Selain itu, amanat lainnya adalah kritik terhadap moralitas palsu dan kemunafikan sosial. Di tengah zaman yang penuh modernisasi, justru banyak yang kehilangan kesadaran moral dasar. Mbok Minah menjadi lambang kesederhanaan, ketulusan, dan kejujuran yang kini mulai langka.

Imaji

Imaji dalam puisi ini bersifat visual dan sosial.
  • Imaji visual tampak jelas pada baris “anak SMP yang lewat tadi”, menghadirkan gambaran konkret seorang gadis muda yang melintas di jalan, menjadi perbandingan langsung dengan sosok Mbok Minah.
  • Imaji sosial muncul melalui kontras antara “tua” dan “perawan”, yang mengundang pembaca untuk membayangkan tekanan dan cibiran sosial yang dialami perempuan semacam itu.
Imaji sederhana ini efektif menciptakan bayangan yang kuat tentang realitas sehari-hari di lingkungan masyarakat tradisional.

Majas

Puisi ini memanfaatkan beberapa majas sindiran (ironi) dan majas hiperbola (lebay/berlebihan) untuk memperkuat efek humor dan kritik sosialnya.
  • Ironi muncul ketika penyair menulis bahwa perempuan tua lebih perawan daripada anak SMP. Pernyataan itu tampak lucu sekaligus menyindir kemerosotan moral generasi muda.
  • Hiperbola digunakan untuk menegaskan keyakinan Mbok Minah terhadap kesuciannya, sehingga kalimatnya terasa lebih menonjol dan satir.
Selain itu, gaya tutur sehari-hari seperti “Itu loh...” menciptakan kesan realistik dan akrab, seolah pembaca sedang mendengar obrolan ringan di warung kopi, padahal isinya mengandung kritik mendalam.

Puisi “Tua-Tua Perawan” karya Muhammad Rois Rinaldi adalah contoh puisi satir sosial yang sederhana namun tajam. Melalui sosok Mbok Minah, penyair berhasil mengungkap realitas sosial yang penuh standar ganda terhadap perempuan, moralitas, dan tubuh.

Tema yang diangkat—tentang perempuan, keperawanan, dan penilaian sosial—masih sangat relevan hingga kini. Dengan diksi yang ringan dan bernuansa humor, Rinaldi berhasil menyampaikan kritik yang cerdas dan menyentuh, membuat pembaca bukan hanya tertawa, tapi juga berpikir tentang betapa dangkalnya ukuran moral yang sering digunakan masyarakat.

Puisi ini menunjukkan bahwa kesederhanaan bahasa tidak mengurangi kedalaman makna, dan bahwa sindiran yang halus sering kali lebih tajam daripada kritik yang gamblang.

Muhammad Rois Rinaldi
Puisi: Tua-Tua Perawan
Karya: Muhammad Rois Rinaldi

Biodata Muhammad Rois Rinaldi:
  • Muhammad Rois Rinaldi lahir pada tanggal 8 Mei 1988 di Banten, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.