Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tuangkan Lagi (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Tuangkan Lagi" karya Slamet Sukirnanto bercerita tentang seseorang yang berdiri di hadapan Danau Toba, merenungi kehidupan dan segala ...
Tuangkan Lagi

Tataplah Toba
dan rumput yang liar
menjalar di perbukitan
kering luas melebar
juga jasad ini!

Tataplah Toba
kerajaan batu-batu
kebekuan kekal dan jiwamu
sebelum ini tubuh terbakar
matahari rendah berkobar!

Parau suara meninggi
mengatasi bening ini
Engkau ingin di bumi
Aku ingin di angkasa
Sambil merobek-robek
Satu-satu bahagia
Tuangkan lagi
Sisa-sisa duka!

Medan, Juli 1980

Sumber: Luka Bunga (1991)

Analisis Puisi:

Puisi "Tuangkan Lagi" karya Slamet Sukirnanto merupakan karya yang kuat secara emosional dan penuh simbolisme. Dengan latar imaji alam yang monumental seperti Danau Toba, perbukitan, dan matahari, penyair menghadirkan perenungan eksistensial tentang penderitaan, perjuangan batin, dan benturan antara harapan dan kenyataan. Puisi ini memadukan keindahan bahasa dengan kekuatan perasaan yang intens, sehingga terasa dalam dan menggugah.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah penderitaan dan pergulatan batin manusia dalam menghadapi kenyataan hidup. Melalui simbol alam yang keras dan abadi, penyair menggambarkan jiwa yang bergolak, mencoba melampaui keterbatasan duniawi menuju sesuatu yang lebih tinggi. Ada percampuran antara rasa duka, keteguhan, dan semangat untuk terus menumpahkan sisa-sisa perasaan yang belum selesai.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang berdiri di hadapan Danau Toba, merenungi kehidupan dan segala penderitaan yang pernah dialaminya. Ia menatap rumput liar, perbukitan kering, dan kebekuan batu-batu sebagai cerminan jiwanya sendiri—jiwa yang pernah terbakar oleh matahari kehidupan.

Dalam bagian berikutnya, muncul dialog batin yang memperlihatkan perbedaan keinginan antara dua jiwa: satu ingin tetap berpijak di bumi, sementara yang lain ingin terbang ke angkasa. Di akhir, penyair mengajak untuk “tuangkan lagi sisa-sisa duka”, seolah ingin menumpahkan semua kesedihan agar jiwanya kembali bening. Kisah ini menggambarkan perjuangan batin manusia untuk berdamai dengan penderitaan dan menemukan ketenangan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi Tuangkan Lagi adalah usaha manusia untuk menghadapi luka batin dengan keberanian dan penerimaan. “Tuangkan lagi sisa-sisa duka” bisa diartikan sebagai ajakan untuk tidak memendam kesedihan, tetapi mengeluarkannya agar jiwa bisa pulih.

Simbol “Toba” dan “kerajaan batu-batu” menggambarkan kekerasan dan keabadian alam—sebuah metafora dari kehidupan manusia yang keras namun tetap berdiri teguh. Sementara “Engkau ingin di bumi, Aku ingin di angkasa” menandakan konflik antara dua sisi manusia: sisi realistis dan sisi idealis, yang seringkali saling bertentangan dalam mencari kebahagiaan.

Dengan demikian, makna yang tersembunyi adalah perjalanan spiritual untuk melepaskan duka dan menemukan keutuhan diri.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa muram, intens, dan reflektif. Ada nuansa keheningan yang diselimuti kesedihan, tetapi juga semangat untuk melawan kebekuan hidup. Imaji alam seperti “perbukitan kering”, “matahari rendah berkobar”, dan “kerajaan batu-batu” menambah kesan dramatis dan monumental pada suasana batin tokoh puitik.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Pesan atau amanat dari puisi ini adalah bahwa manusia harus berani menghadapi duka dan penderitaan, bukan melarikan diri darinya. Dengan menatap langsung luka dan kesedihan, seseorang bisa menemukan pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya dan kehidupan.

Selain itu, puisi ini juga mengingatkan bahwa antara bumi dan angkasa—antara kenyataan dan impian—selalu ada ketegangan. Namun, dalam proses menumpahkan duka, manusia bisa mencapai pencerahan dan kebebasan batin.

Imaji

Slamet Sukirnanto membangun puisi ini dengan imaji alam yang sangat kuat dan kontras.
Beberapa imaji yang menonjol antara lain:
  • “Tataplah Toba dan rumput yang liar menjalar di perbukitan kering luas melebar” — imaji visual yang menegaskan kekeringan dan kesunyian batin.
  • “Matahari rendah berkobar” — imaji visual dan panas yang menggambarkan intensitas perasaan.
  • “Sambil merobek-robek satu-satu bahagia” — imaji gerak yang simbolik, menunjukkan kehancuran atau kehilangan.
Imaji-imaji tersebut menciptakan suasana yang dalam, seolah pembaca ikut menyaksikan pergulatan batin penyair di tengah lanskap alam yang megah namun sunyi.

Majas

Puisi ini kaya akan majas, di antaranya:
  • Metafora: “kerajaan batu-batu” sebagai lambang kekakuan dan kebekuan jiwa.
  • Personifikasi: “matahari rendah berkobar” memberi kesan matahari seolah memiliki emosi.
  • Hiperbola: “mengatasi bening ini” untuk menegaskan suara batin yang melampaui keheningan.
  • Repetisi: pengulangan frasa “Tataplah Toba” di awal dua bait pertama menegaskan kekuatan simbol Danau Toba sebagai pusat renungan eksistensial.
Majas-majas ini memperkaya lapisan makna dan memperkuat suasana puisi yang penuh ketegangan emosional.

Puisi "Tuangkan Lagi" karya Slamet Sukirnanto adalah karya yang merekam perjuangan batin manusia dalam menghadapi luka dan kebekuan hidup. Dengan latar alam yang keras dan monumental, penyair menggambarkan keinginan untuk membebaskan diri dari penderitaan dan mencari keseimbangan antara bumi dan angkasa—antara kenyataan dan cita-cita.

Melalui simbol-simbol yang kuat dan bahasa yang padat, puisi ini menyampaikan pesan universal: bahwa hanya dengan keberanian menatap duka, manusia bisa menemukan jalan menuju ketenangan dan keutuhan batin.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Tuangkan Lagi
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.