Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Waktu Sujud (Karya Rachmat Djoko Pradopo)

Puisi “Waktu Sujud” karya Rachmat Djoko Pradopo mengajak pembaca merenungkan hakikat kepemilikan sejati dan menempatkan Tuhan sebagai pusat hidup, ...
Waktu Sujud

Tuhan,
Cuma sujud ini yang bisa kutancapkan depan-Mu
(tapi aku tak tahu mana yang depan mana belakang bagi-Mu)

Tuhanku,
aku datang pada-Mu tak dengan apa-apa
sebab badan dan nyawa ini bukan milikku
aku tak punya apa-apa
semua mutlak milik-Mu

sesungguhnya, aku ini siapa aku tak tahu
aku bukan siapa-siapa pun tak punya apa-apa
jiwa dan ragaku bukan punyaku tapi mutlak milik-Mu: Mu!
maka kupasrahkan semua ke hadirat-Mu sebab cuma Engkau
Sang Maha Pemilik
Subhanallahu Rabbi ala-a'la Allahu Akbar!!!

Sumber: Hutan Cemara (2017)

Analisis Puisi:

Puisi “Waktu Sujud” memiliki tema tentang penghambaan, ketundukan, dan penyerahan diri kepada Tuhan. Rachmat Djoko Pradopo menekankan kesadaran manusia akan keterbatasannya di hadapan Sang Pencipta, serta pentingnya keikhlasan dalam ibadah dan hubungan spiritual.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman batin seseorang saat bersujud di hadapan Tuhan, menyadari bahwa dirinya tidak memiliki apa pun yang benar-benar menjadi miliknya. Penyair menggambarkan perasaan pasrah dan totalitas dalam penyerahan diri, di mana jiwa dan raga manusia dianggap mutlak milik Tuhan.

Sujud dalam puisi ini bukan sekadar gerakan fisik, tetapi simbol kedekatan spiritual dan pengakuan akan kebesaran Allah. Tokoh lirik menekankan ketidakberdayaan manusia di hadapan-Nya, namun justru dalam ketidakberdayaan itu muncul ketenangan dan kepasrahan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah kesadaran eksistensial manusia tentang keterbatasan diri dan hakikat kepemilikan sejati.
  • Segala yang dimiliki manusia hanyalah titipan; yang mutlak adalah milik Tuhan.
  • Sujud menjadi simbol penyerahan total, sekaligus pengingat bahwa identitas manusia sebenarnya bersandar pada Tuhan, bukan pada kepemilikan duniawi atau ego diri.
Puisi ini juga menyiratkan bahwa keikhlasan dan ketundukan adalah jalan untuk mencapai kedamaian batin, karena hanya Tuhan yang layak dimintai pertolongan dan dipuji.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini adalah sakral, khidmat, dan penuh penghayatan spiritual. Pilihan kata seperti “kupasrahkan semua ke hadirat-Mu” dan “Subhanallahu Rabbi ala-a’la Allahu Akbar” menciptakan atmosfer yang mendalam, menenangkan, dan menekankan kesadaran akan kebesaran Tuhan serta kerendahan diri manusia.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat yang disampaikan puisi ini adalah bahwa manusia harus menyadari keterbatasannya dan menyerahkan seluruh diri kepada Tuhan.

Pesan lain yang tersirat adalah bahwa ibadah yang tulus lahir dari pengakuan bahwa segala sesuatu, termasuk jiwa dan raga manusia, adalah milik Tuhan. Kepasrahan dan penghambaan yang ikhlas menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Imaji

Puisi ini menggunakan imaji spiritual dan batin:
  • Imaji fisik/spiritual muncul dari kata “sujud”, yang menimbulkan visual tentang seseorang bersujud dengan tunduk di hadapan Tuhan.
  • Imaji batin tercermin pada pengungkapan perasaan pasrah, tidak punya apa-apa, dan totalitas kepasrahan: “aku tak punya apa-apa, semua mutlak milik-Mu”.
Imaji ini membantu pembaca merasakan kedalaman pengalaman religius dan kesadaran akan keagungan Tuhan.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Repetisi, terlihat pada pengulangan ide “tak punya apa-apa” dan “mutlak milik-Mu”, untuk menekankan kepasrahan total tokoh lirik.
  • Hipérbola, pada frasa “Subhanallahu Rabbi ala-a’la Allahu Akbar”, yang memberi kesan kekaguman dan penegasan kebesaran Tuhan secara emosional.
  • Personifikasi tersirat, ketika penyair menganggap tubuh, nyawa, dan jiwa bukan miliknya, seolah benda-benda itu memiliki identitas yang dapat diserahkan kepada Tuhan.
Puisi “Waktu Sujud” karya Rachmat Djoko Pradopo adalah refleksi mendalam tentang ketundukan dan penyerahan diri manusia kepada Tuhan. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, penyair menggambarkan sujud sebagai simbol pengakuan akan keterbatasan diri, kepasrahan, dan keikhlasan spiritual. Puisi ini mengajak pembaca merenungkan hakikat kepemilikan sejati dan menempatkan Tuhan sebagai pusat hidup, di mana seluruh jiwa dan raga hanyalah titipan yang harus diserahkan sepenuhnya.

Puisi Rachmat Djoko Pradopo
Puisi: Waktu Sujud
Karya: Rachmat Djoko Pradopo

Biodata Rachmat Djoko Pradopo:
  • Rachmat Djoko Pradopo lahir pada tanggal 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah.
  • Rachmat Djoko Pradopo adalah salah satu Sastrawan Angkatan '80.
© Sepenuhnya. All rights reserved.