Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Yogya, Selamat Malam (Karya Ragil Suwarna Pragolapati)

Puisi "Yogya, Selamat Malam" karya Ragil Suwarna Pragolapati bercerita tentang pengalaman narator yang kembali ke Yogyakarta setelah melakukan ...
Yogya, Selamat Malam

Dan akhirnya pulang kembali aku, kini
Mengetuk pintu, tepat pada jantungmu
Sibuk tercengang berpaling-paling sendiri
Di tempat-tempat hangat serupa dahulu

Taman kota menerimaku sarat udara kesunyian
Trotoar masih juga deretan buku-buku loakan
Jalan raya pada jam-jam santai diskusi seniman
Tanpa seorang pun. Tiada kutemukan
sapa panggilan
Hanya jajaran panjang pohon tanjung dan asam
bergoyang pelan. Diam, ramah menegurkan
salam.
 
Sudahlah! Padamu saja kuserahkan diriku ini
Sepulang kembara jauh. Menghabiskan puluhan hari
Lengkap sudah agenda, peristiwa dan buah tangan
Bau-bau perjalanan. Beribu-ribu kenangan
peluh dan debu. Segala kejadian dan catatan
Keletihan dan rindu, pada rongga terdalam
Memori dan manfaat, buat hidup masa depan.

Udaramu, Yogya, setiap waktu semenjak dahulu
Terus menghidupiku. Selalu jadi nafas
paru-paruku
kanan-kiri. Jadi, sekarang terimalah semua rindu
dendam sunyiku. Beserta gelisah ini kembali
Adapun kekosongan berbaur ketenteraman hati
Adalah tiap ayun kakiku tiada henti-henti
Malam ini. Menjelajahi kota, membajak dingin
Menjaring berita dan peristiwa, lewat angin.

Yogyakarta, 1970-1980

Sumber: Sang Matahari (1984)

Analisis Puisi:

Puisi "Yogya, Selamat Malam" karya Ragil Suwarna Pragolapati menghadirkan pengalaman puitis yang intim tentang perjalanan, kepulangan, dan rindu terhadap kota Yogyakarta. Dengan bahasa yang lembut namun mendalam, puisi ini memadukan observasi kota, refleksi diri, dan rasa nostalgia dalam satu kesatuan naratif yang harmonis.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kepulangan, rindu, dan hubungan manusia dengan kota yang dikasihi. Ragil Suwarna Pragolapati menekankan keterikatan emosional antara individu dan tempat yang menjadi bagian dari identitas serta memori hidupnya. Tema ini juga menyinggung perjalanan batin dan refleksi diri setelah menempuh pengalaman panjang di luar.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman narator yang kembali ke Yogyakarta setelah melakukan perjalanan panjang. Ia menyampaikan proses kepulangan, mengunjungi kembali ruang-ruang kota, dan mengamati suasana yang familiar namun berubah. Narator membawa seluruh pengalaman perjalanan, memori, peluh, debu, dan cerita sebagai buah tangan yang ia persembahkan kepada kota. Kota Yogyakarta menjadi simbol kenyamanan, penghidup jiwa, dan refleksi eksistensial bagi narator.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah kekuatan kota sebagai ruang identitas dan penghubung memori manusia. Yogyakarta bukan sekadar lokasi geografis, tetapi juga menjadi medium untuk menenangkan diri, mengolah pengalaman, dan menghadirkan harmoni batin. Puisi ini menyiratkan bahwa kepulangan tidak hanya fisik, tetapi juga emosional dan spiritual, di mana seseorang menemukan kembali akar dan keseimbangan setelah perjalanan panjang.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini tenang, reflektif, dan sedikit melankolis. Penggambaran taman kota yang sunyi, trotoar dengan buku-buku loakan, serta pohon tanjung dan asam yang bergoyang pelan menciptakan atmosfer intim dan damai. Meskipun ada kesan kesepian dan keheningan, suasana itu juga menegaskan ketenteraman hati dan keakraban narator dengan kota.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual, auditori, dan kinestetik:
  • “Taman kota menerimaku sarat udara kesunyian” memberikan imaji visual dan auditori tentang keheningan kota.
  • “Jajaran panjang pohon tanjung dan asam bergoyang pelan” menghadirkan imaji visual sekaligus kinestetik, menggambarkan gerakan lembut alam.
  • “Menjelajahi kota, membajak dingin, menjaring berita dan peristiwa, lewat angin” menciptakan imaji pengalaman sensorik yang memadukan udara, perjalanan, dan refleksi batin.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini meliputi:
  • Personifikasi: Kota Yogyakarta digambarkan seolah-olah memiliki jiwa yang menerima, menghidupkan, dan menegur narator secara ramah.
  • Metafora: Udara kota dan pengalaman perjalanan menjadi metafora bagi penghidupan batin dan nafas eksistensi narator.
  • Hiperbola: “Puluhan hari, ribu-ribu kenangan, peluh dan debu” memperkuat intensitas perjalanan dan pengalaman hidup yang dibawa narator.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Pesan yang disampaikan puisi ini adalah pentingnya menghargai tempat asal dan hubungan emosional dengan ruang yang membentuk identitas. Kepulangan menjadi momen refleksi, penyembuhan, dan pengakuan atas pengalaman diri. Puisi ini juga mengingatkan bahwa kota dan lingkungan yang dekat dengan kehidupan seseorang dapat menjadi sumber ketenteraman, inspirasi, dan penghidupan jiwa.

Puisi "Yogya, Selamat Malam" karya Ragil Suwarna Pragolapati berhasil menangkap pengalaman kepulangan dengan cara yang lembut, intim, dan reflektif. Melalui observasi kota, pengalaman perjalanan, dan imaji yang hidup, puisi ini menghadirkan Yogyakarta bukan sekadar kota, tetapi medium penghidupan batin, penghubung memori, dan simbol kedamaian bagi narator.

Ragil Suwarna Pragolapati
Puisi: Yogya, Selamat Malam
Karya: Ragil Suwarna Pragolapati

Biodata Ragil Suwarna Pragolapati:
  • Ragil Suwarna Pragolapati lahir di Pati, pada tanggal 22 Januari 1948.
  • Ragil Suwarna Pragolapati dinyatakan menghilang di Parangtritis, Yogyakarta, pada tanggal 15 Oktober 1990.
  • Ragil Suwarna Pragolapati menghilang saat pergi bersemadi ke Gunung Semar. Dalam perjalanan pulang dari kaki Gunung Semar menuju Gua Langse (beliau berjalan di belakang murid-muridnya) tiba-tiba menghilang. Awalnya murid-muridnya menganggap hal tersebut sebagai kejadian biasa karena orang sakti lumrah bisa menghilang. Namun, setelah tiga hari tiga malam tidak kunjung pulang dan dicari ke mana-mana tidak diketemukan. Tidak jelas keberadaannya sampai sekarang, apakah beliau masih hidup atau sudah meninggal.
  • Dikutip dari Leksikon Susastra Indonesia (2000), pada masa awal Orde Baru, Ragil Suwarna Pragolapati pernah ditahan tanpa proses pengadilan karena melakukan demonstrasi.
  • Ragil Suwarna Pragolapati sering terlibat dalam aksi protes. Berikut beberapa aksi yang pernah diikuti: Menggugat Mashuri, S.H., Menteri PK, 1968. Memprotes Pemda Yogya, kasus Judi, 1968. Menggugat manipulasi dan korupsi, 1970-1971. Aksi memprotes Golkarisasi, 1970-1972. Memprotes Taman Mini Indonesia Indah (TMII), 1971-1972. Aksi menggugat SPP, 1971-1972. Aksi menolak televisi warna, 1971-1973. Aksi menolak komoditas Jepang, 1971-1974. Protes breidel pers 1977-1978.
© Sepenuhnya. All rights reserved.