Ziarah Doa
Dan doa adalah
Persembahyangan dalam ziarah
Menali hasrat penuh sedekap
Bersujud diri merambah akrab
Lalu salam sewangi kembang
Bagi kiri kanan tiada pandang
Dan zikir senantiasa sumilir
Mengalirkan cinta dari hulu hingga hilir
Dalam doa ada senyum shalawat
Kepada sesama erat berjabat
Itulah ziarah sepanjang shalat
Pinta dan rahmat diaminkan para malaikat.
1996
Analisis Puisi:
Puisi “Ziarah Doa” karya Zainal Arifin Thoha merupakan karya yang menampilkan perpaduan antara spiritualitas, kesalehan, dan kedalaman rasa manusia terhadap Tuhannya. Dalam puisi ini, penyair menghadirkan doa bukan sekadar sebagai ritual verbal, melainkan sebagai perjalanan batin (ziarah) menuju kedamaian dan keikhlasan. Setiap bait menyuguhkan suasana religius yang lembut, menggambarkan bagaimana doa dapat menyatukan manusia dengan Tuhan sekaligus dengan sesama manusia.
Tema
Tema utama puisi ini adalah spiritualitas dan kekhusyukan dalam berdoa. Zainal Arifin Thoha menempatkan doa sebagai sarana ziarah batin yang mendalam, di mana manusia menautkan dirinya kepada Sang Pencipta dengan penuh kesadaran dan cinta. Tema ini menekankan bahwa doa bukan sekadar permintaan, tetapi juga bentuk penghormatan, pengakuan, dan kedekatan spiritual.
Puisi ini bercerita tentang pengalaman batin seseorang ketika berdoa dan berzikir, yang digambarkan sebagai perjalanan spiritual yang suci. Penyair menulis bahwa doa adalah “persembahyangan dalam ziarah”, menunjukkan bahwa setiap doa merupakan langkah dalam perjalanan panjang menuju Tuhan. Melalui doa, manusia menyatukan diri dengan sesama, sebagaimana terlihat dalam larik “kepada sesama erat berjabat” yang menggambarkan bahwa doa juga memupuk persaudaraan dan kasih.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa doa sejati bukan hanya permintaan kepada Tuhan, tetapi juga bentuk perjalanan rohani yang melibatkan cinta, kesadaran, dan pengabdian. Doa menjadi media untuk menundukkan ego, membersihkan hati, dan mempererat hubungan manusia dengan sesama. Ketika penyair menulis “mengalirkan cinta dari hulu hingga hilir”, ia menyiratkan bahwa kekuatan spiritual dari doa dapat menyebar luas, menciptakan harmoni antara makhluk dan pencipta-Nya.
Selain itu, puisi ini juga mengandung pesan tentang kesederhanaan dan keindahan berdoa — bahwa ziarah sejati tidak harus dilakukan dengan perjalanan fisik, melainkan bisa dilakukan dalam keheningan hati dan kesadaran penuh akan kehadiran Ilahi.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang terasa dalam puisi ini adalah tenang, damai, dan khusyuk. Dari awal hingga akhir, penyair menjaga ritme lembut yang seolah membawa pembaca ke dalam suasana spiritual yang menyejukkan. Kata-kata seperti “salam sewangi kembang” dan “zikir senantiasa sumilir” menciptakan atmosfer yang lembut dan penuh ketenangan, seakan-akan pembaca sedang berada di dalam ruang ibadah yang hening dan penuh cahaya.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang disampaikan Zainal Arifin Thoha melalui puisi ini adalah bahwa doa adalah inti dari kehidupan spiritual manusia, yang menghubungkan antara Tuhan dan manusia, sekaligus mempererat hubungan antar sesama. Doa bukan hanya rutinitas religius, melainkan sarana untuk membersihkan hati, menumbuhkan cinta kasih, dan meneguhkan keikhlasan.
Penyair juga menyampaikan amanat bahwa setiap doa seharusnya disertai kesadaran dan rasa syukur, bukan sekadar lantunan kata tanpa makna. Dalam ziarah doa, manusia diajak untuk bersujud dengan hati yang penuh cinta, menyadari bahwa setiap langkah ibadah merupakan bentuk perjalanan menuju rahmat Tuhan.
Imaji
Puisi ini sarat dengan imaji spiritual dan sensorik yang memperkuat makna religius di dalamnya. Beberapa imaji yang menonjol antara lain:
Imaji penglihatan (visual):
- “salam sewangi kembang” — menggambarkan keindahan dan kesucian salam dalam ibadah.
- “zikir senantiasa sumilir” — menghadirkan bayangan dzikir yang lembut seperti angin yang berembus pelan.
Imaji penciuman (olfaktori):
- Kata “sewangi kembang” menimbulkan sensasi harum dan suci, memperkuat nuansa religius.
Imaji gerak:
- “bersujud diri merambah akrab” — memperlihatkan tindakan fisik yang melambangkan penyerahan diri dan keakraban dengan Tuhan.
Imaji spiritual:
- “mengalirkan cinta dari hulu hingga hilir” — menghadirkan citra aliran kasih yang menyeluruh, simbol dari cinta ilahi yang meresap ke seluruh kehidupan.
Imaji-imaji ini membuat puisi terasa hidup dan menggugah, mengajak pembaca turut larut dalam perjalanan batin yang disampaikan penyair.
Majas
Zainal Arifin Thoha menggunakan sejumlah majas (gaya bahasa) untuk memperindah puisi dan memperdalam makna spiritualnya, antara lain:
Metafora:
- “Doa adalah persembahyangan dalam ziarah” — doa diibaratkan sebagai perjalanan suci menuju Tuhan.
- “Mengalirkan cinta dari hulu hingga hilir” — cinta diumpamakan seperti air yang mengalir tanpa henti, menyimbolkan kasih Tuhan yang abadi.
Personifikasi:
- “Zikir senantiasa sumilir” — zikir digambarkan seperti angin yang berembus lembut, memberi kesan hidup dan alami.
Simile (perbandingan):
- “Salam sewangi kembang” — salam disamakan dengan bunga yang harum, menggambarkan keindahan hubungan antarmanusia.
Repetisi:
- Pengulangan kata “doa” dan “ziarah” menegaskan pusat makna puisi, memperkuat ritme dan suasana khusyuk.
Majas-majas tersebut tidak hanya memperkaya estetika bahasa, tetapi juga memperdalam pengalaman spiritual yang ditawarkan oleh puisi ini.
Puisi “Ziarah Doa” karya Zainal Arifin Thoha adalah refleksi spiritual yang memadukan antara ziarah batin dan ketulusan doa. Melalui pilihan kata yang lembut dan penuh makna, penyair mengajarkan bahwa doa adalah bentuk perjalanan yang menyucikan jiwa, menghapus sekat antara manusia dan Tuhan, serta menebarkan kasih kepada sesama.
Puisi ini mengajak pembaca untuk memahami doa tidak hanya sebagai ucapan, tetapi sebagai tindakan batin yang melibatkan hati, pikiran, dan cinta. Dengan tema spiritual, imaji yang indah, dan majas yang halus, Zainal Arifin Thoha berhasil menulis puisi yang menenangkan sekaligus menyentuh lapisan terdalam dari kesadaran religius manusia.
Puisi “Ziarah Doa” menjadi pengingat bahwa setiap ibadah sejatinya adalah perjalanan kembali — ziarah menuju Sang Sumber Cinta dan Cahaya.
Puisi: Ziarah Doa
Karya: Zainal Arifin Thoha
Biodata Zainal Arifin Thoha:
- KH. Zainal Arifin Thoha lahir di Kediri, pada tanggal 5 Agustus 1972.
- KH. Zainal Arifin Thoha meninggal dunia pada 14 Maret 2007.