Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Bulan (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Bulan" mengajak pembaca untuk merenungkan makna dari hubungan emosional dan spiritual yang penuh pengertian dan empati.
Bulan

Cuma bulan mampu mencium hatiku
Bulan yang biru.

Cuma perempuan yang bakal 'ngerti dukaku
Perempuan yang rindu.

1956

Sumber: Surat Cinta Enday Rasidin (1960)

Analisis Puisi:

Puisi "Bulan" karya Ajip Rosidi menawarkan sebuah gambaran yang kuat tentang kesepian dan harapan dalam konteks hubungan emosional dan spiritual. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini mengeksplorasi tema keterhubungan dan pengertian melalui simbolisme bulan dan perempuan.

Struktur dan Tema

Puisi ini terdiri dari dua bait pendek yang menggambarkan hubungan antara bulan, perempuan, dan perasaan pribadi penulis. Struktur yang ringkas ini menyoroti kedalaman perasaan dan makna di balik simbolisme yang digunakan.

Bulan sebagai Simbol Pengertian Emosional

"Cuma bulan mampu mencium hatiku / Bulan yang biru."

Baris pertama menyiratkan bahwa bulan, dalam imajinya yang "biru," memiliki kemampuan unik untuk memahami dan merasakan perasaan penulis. Bulan di sini berfungsi sebagai simbol dari pengertian emosional yang dalam dan mistis. "Mencium hatiku" menggambarkan kedekatan yang intim dan pemahaman yang mendalam yang sulit ditemukan di tempat lain. Bulan yang "biru" menambahkan dimensi ketenangan dan kesedihan, menunjukkan perasaan melankolis dan kedalaman emosi yang dialami penulis.

Perempuan sebagai Simbol Empati dan Harapan

"Cuma perempuan yang bakal 'ngerti dukaku / Perempuan yang rindu."

Baris kedua mengalihkan fokus kepada perempuan sebagai sosok yang diharapkan bisa memahami kesedihan penulis. "Perempuan yang bakal 'ngerti dukaku" menunjukkan bahwa ada harapan untuk menemukan seseorang yang mampu merasakan dan memahami penderitaan secara mendalam. "Perempuan yang rindu" menggambarkan kualitas yang dicari—sebuah harapan akan kehadiran seseorang yang juga merindukan dan menghargai hubungan emosional yang dalam.

Interpretasi

Puisi "Bulan" mengeksplorasi tema kesepian dan kebutuhan akan pemahaman emosional melalui simbol bulan dan perempuan. Ajip Rosidi menggunakan bulan sebagai metafora untuk perasaan yang sulit diungkapkan dan harapan akan pengertian yang mendalam. Bulan, dengan karakter birunya, menggambarkan kedalaman emosional dan melankolis yang menyelimuti perasaan penulis.

Perempuan dalam puisi ini berfungsi sebagai simbol dari harapan akan empati dan pemahaman. Kebutuhan akan seseorang yang bisa "ngerti dukaku" mencerminkan keinginan untuk memiliki hubungan yang penuh makna dan saling memahami. Perempuan yang "rindu" menciptakan imaji tentang seseorang yang merasakan kebutuhan emosional yang sama dan mencari kedekatan yang autentik.

Puisi ini mengungkapkan kerinduan akan pengertian dan kedekatan emosional yang mendalam. Dengan bahasa yang sederhana dan simbolisme yang kuat, Puisi "Bulan" mengajak pembaca untuk merenungkan makna dari hubungan emosional dan spiritual yang penuh pengertian dan empati. Puisi ini merayakan kehadiran simbolis bulan dan perempuan sebagai elemen yang memberikan harapan dan pemahaman dalam kehidupan emosional penulis.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Bulan
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.