Dari Musim Semi
Setelah berjalan dalam taman-taman
musim semi berdaun, dahan-dahan
bertunaskan mimpi dan angan-angan,
lagu kembali bernyanyi
burung-burung bersiul
dan matahari sepi
mulai berseri
Setelah melupakan sengsara,
duka dan asmara yang lara
musim semi berdaun, kembang-kembang
bimbang, gemetar di angin segar
tak sabar, sebentar
menunggu saat-saat ligar
di alam mekar
Setelah kata-kata dingin
beku dan kelu di buku-buku
kini halaman terbentang, hijau
Setelah kata-kata dingin
beku dan kelu di buku-buku
kini halaman terbentang, hijau
pekarangan
mengalir pikiran
dalam udara
terbuka
Sumber: Horison (Juli, 1969)
Analisis Puisi:
Puisi “Dari Musim Semi” karya Wing Kardjo merupakan salah satu karya yang mengedepankan suasana rekah, segar, dan penuh harapan. Melalui metafora musim dan lanskap alam, penyair menggambarkan sebuah proses pemulihan batin: dari dingin menuju hangat, dari beku menuju hidup kembali. Baris-barisnya menghadirkan gerakan yang pelan namun pasti—suatu perjalanan menuju kelahiran ulang jiwa.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kebangkitan dan pembaruan jiwa, yang diekspresikan melalui metafora musim semi. Perubahan suasana dari dingin menuju hangat menjadi lambang perubahan batin manusia setelah melewati penderitaan, duka, atau keletihan emosional.
Puisi ini bercerita tentang seseorang (atau kehidupan itu sendiri) yang baru saja melewati masa sulit: sengsara, duka, dan perasaan yang membekukan. Setelah itu, ia memasuki “musim semi”—situasi atau kondisi batin yang lebih segar, lebih lapang, dan lebih penuh harapan.
Burung-burung kembali bersiul, daun-daun tumbuh, dan halaman-halaman buku menjadi hijau. Semua ini adalah simbol perubahan dari kegelapan menuju terang.
Puisi ini menggambarkan kebangkitan bukan sebagai sebuah lompatan besar, melainkan sebagai gerak alami yang terjadi perlahan, seperti alam yang kembali hidup setelah musim dingin.
Makna Tersirat
Beberapa makna tersirat yang menonjol dalam puisi ini yaitu:
- Kehidupan selalu memberi kesempatan baru. Musim semi adalah tanda bahwa apa pun yang beku atau hancur, dapat tumbuh kembali.
- Kesedihan tidak bersifat permanen. “Setelah melupakan sengsara… duka dan asmara yang lara” menandakan bahwa beban emosional suatu saat dapat dilepaskan.
- Kreativitas dan pikiran bisa terblokir, tetapi akan mengalir lagi. Bagian tentang “kata-kata dingin, beku dan kelu di buku-buku” menunjukkan writer’s block, kebekuan ide, atau stagnasi batin. Musim semi menjadi simbol mengalirnya kembali inspirasi.
- Alam dapat menjadi metafora bagi kondisi batin manusia. Perubahan musim menggambarkan perubahan psikologis dan spiritual.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini adalah segar, lembut, hangat, dan penuh harapan. Ada perasaan lega setelah melewati masa yang berat; suasana yang tadinya beku perlahan berubah menjadi cerah dan hidup. Ada pula kesan kontemplatif, seakan pembicara sedang menikmati setiap perubahan kecil yang terjadi di alam dan dalam dirinya.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang dapat ditangkap dari puisi ini antara lain:
- Setiap manusia berhak mendapatkan awal yang baru.
- Kesedihan dan keterpurukan bukan akhir, melainkan fase menuju pembaruan.
- Biarkan hidup mengalir, karena ada saatnya duka luruh dan harapan tumbuh kembali.
- Kreativitas dan pikiran akan pulih ketika hati terbuka terhadap perubahan.
Imaji
Wing Kardjo menghadirkan imaji yang kaya dan kuat, terutama:
Imaji Alam
- “taman-taman musim semi berdaun”
- “dahan-dahan bertunaskan mimpi”
- “burung-burung bersiul”
- “kembang-kembang bimbang, gemetar di angin segar”
- “halaman terbentang, hijau”
Imaji alam ini bukan hanya menciptakan gambaran visual, tetapi juga dirasakan secara emosional sebagai proses kebangkitan.
Imaji Auditori
- “lagu kembali bernyanyi”
- “burung-burung bersiul”
Memberi kesan bahwa suasana hidup kembali, tidak hanya secara visual.
Imaji Gerak
- “mengalir pikiran dalam udara terbuka”
- “kembang-kembang… bimbang, gemetar”
Imaji ini memberi kesan bahwa perubahan sedang berlangsung, pelan namun nyata.
Imaji Emosional
- “setelah melupakan sengsara, duka dan asmara yang lara”
Menggambarkan proses penyembuhan hati.
Majas
Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini adalah:
Metafora
- “musim semi berdaun, dahan-dahan bertunaskan mimpi dan angan-angan” Menggambarkan tumbuhnya harapan atau ide baru dalam diri manusia.
- “halaman terbentang, hijau” Melambangkan pikiran atau ide yang kembali hidup.
Personifikasi
- “matahari sepi mulai berseri” Matahari dipersonifikasikan memiliki perasaan.
- “kembang-kembang bimbang, gemetar di angin segar” Bunga seolah memiliki kecemasan.
Repetisi
- Pengulangan bait “Setelah kata-kata dingin / beku dan kelu di buku-buku” Digunakan untuk menekankan masa stagnasi atau kebekuan pikiran.
Hiperbola
- “dahan-dahan bertunaskan mimpi” Menegaskan betapa banyaknya harapan yang lahir.
Simbolisme
- Musim semi sebagai lambang kebangkitan.
- Daun, kembang, taman sebagai simbol pikiran dan jiwa yang kembali hidup.
Puisi “Dari Musim Semi” karya Wing Kardjo adalah sebuah perayaan lembut tentang kebangkitan setelah masa-masa dingin dan beku, baik secara emosional maupun kreatif. Dengan tema tentang pembaruan jiwa, imaji alam yang hidup, serta majas yang indah, puisi ini mengajak pembaca menyadari bahwa setiap kesedihan memiliki musim berakhirnya.
Setelah keterpurukan, akan selalu ada ruang untuk harapan yang tumbuh kembali—sebagaimana musim semi yang selalu datang setelah musim dingin.
Karya: Wing Kardjo
Biodata Wing Kardjo:
- Wing Kardjo Wangsaatmadja lahir pada tanggal 23 April 1937 di Garut, Jawa Barat.
- Wing Kardjo Wangsaatmadja meninggal dunia pada tanggal 19 Maret 2002 di Jepang.
