Di Antara Badai
Di Antara Senyap
Di antara badai
kita taburkan racun
kita hirup setiap hari
Di antara senyap
kita tanamkan dendam
kita susukan setiap hari
Dari senja ke senja
angin berguguran
dalam mimpi kita
tak tercatatkan
takkan!
1980
Sumber: Horison (Januari-Februari, 1982)
Analisis Puisi:
Puisi "Di Antara Badai" karya B. Y. Tand menghadirkan gambaran singkat namun kuat tentang manusia yang hidup dalam kekacauan batin, konflik sosial, serta kebiasaan merawat keburukan tanpa sadar. Bahasa yang padat dan diksi-diksi kontras menjadikan puisi ini kaya untuk dibaca dari berbagai lapisan makna.
Tema
Puisi ini mengarah pada persoalan kerusakan batin manusia dan siklus keburukan yang dipelihara dalam kehidupan sehari-hari. Penyair menampilkan bagaimana manusia “menaburkan racun” dan “menanamkan dendam” sebagai simbol bahwa hal-hal negatif justru tumbuh dari tindakan kita sendiri.
Puisi ini bercerita tentang keadaan manusia yang hidup “di antara badai”, yaitu situasi penuh kekacauan, konflik, dan tekanan, tetapi tetap saja terus memelihara kebiasaan buruk—racun, dendam, dan mimpi-mimpi kelam. Badai menjadi metafora bagi kondisi sosial atau batin yang kacau, sementara tindakan manusia di dalamnya menunjukkan kontribusi mereka atas kekacauan tersebut.
Makna Tersirat
Makna tersirat mengarah pada pesan mendalam bahwa:
- Keburukan sering kali tumbuh dari tindakan kita sendiri, bukan semata-mata akibat keadaan luar.
- “Racun”, “dendam”, dan “angin berguguran” menyimbolkan tindakan negatif yang secara sadar atau tidak tetap dihirup, ditanam, dan disusui setiap hari.
- Puisi ini juga menyiratkan bahwa waktu tidak mencatat mimpi buruk atau kebiasaan buruk itu, tetapi dampaknya terus terasa dalam kehidupan manusia.
- Ada kritik halus terhadap kebiasaan manusia merawat emosi negatif, seakan-akan menjadi bagian dari rutinitas.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang muncul adalah kelam, muram, dan menekan. Pilihan kata seperti “badai”, “racun”, “senyap”, “dendam”, “angin berguguran”, dan “tak tercatatkan” menghadirkan kesan kehampaan dan keterjebakan. Tidak ada ruang harapan; yang ada hanyalah lingkaran negatif yang terus berulang.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat dalam puisi ini adalah ajakan untuk:
- Menyadari bahwa keburukan tidak hanya datang dari luar, tetapi sering kali berasal dari kesalahan dan pilihan kita sendiri.
- Berhenti memelihara dendam, kebencian, atau “racun” emosional yang secara metaforis kita hirup setiap hari.
- Tidak membiasakan diri hidup dalam kekacauan, karena badai tidak akan mereda jika kita sendiri terus menghidupkannya.
Imaji
Imaji tampak kuat melalui:
- Imaji visual: “badai”, “racun”, “angin berguguran”, “senja ke senja”, “dendam ditanamkan”. Pembaca dapat membayangkan suasana kacau dan gelap.
- Imaji penciuman/pengecapan: “racun kita hirup setiap hari” memberikan sensasi kuat dan tidak menyenangkan.
- Imaji perasaan: suasana senyap, dendam, dan mimpi yang tak tercatat memberi kesan batin yang dingin dan penuh tekanan.
Majas
Beberapa majas yang muncul antara lain:
Metafora:
- “badai” sebagai simbol kekacauan sosial atau batin.
- “racun” sebagai metafora keburukan yang dipelihara.
- “dendam yang disusukan” menggambarkan bagaimana amarah dirawat seolah-olah kebutuhan hidup.
Personifikasi:
- “angin berguguran dalam mimpi kita” memberi angin sifat seperti daun yang jatuh.
Repetisi:
- Frasa “kita” berulang untuk menekankan bahwa ini kritik kolektif, bukan individu semata.
Puisi "Di Antara Badai" karya B. Y. Tand merupakan refleksi tajam tentang manusia yang hidup dalam situasi penuh konflik, namun tetap memupuk keburukan di dalam dirinya. Dengan tema tentang siklus keburukan dan makna tersirat yang menohok, puisi ini menyuguhkan suasana kelam dan menciptakan imaji kuat melalui bahasa metaforis yang padat. Sebuah puisi pendek yang menyimpan kritik sosial sekaligus introspeksi mendalam mengenai bagaimana kita membentuk badai yang kita keluhkan.
