Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Eling (Karya Djoko Saryono)

Puisi “Eling” karya Djoko Saryono bercerita tentang proses introspeksi dan pembersihan batin. Penyair menggambarkan suasana “suara-suara pamit ...

Eling

dan suara-suara pamit kembali
hingga dedaunan meditasi sunyi:
semua membersih
segala mengganih
gerak batin pun buih

di sini, rahasia cuma ilusi
karena segala membuka diri
di sini, untai alibi tiada arti
sebab semua mengaku penuh seri

Malang, 2006

Sumber: Arung Diri (2013)

Analisis Puisi:

Puisi “Eling” karya Djoko Saryono merupakan karya yang sarat dengan perenungan batin dan kesadaran spiritual. Melalui larik-lariknya yang padat makna dan penuh simbol, penyair mengajak pembaca untuk menundukkan ego, menyucikan diri, dan kembali pada keheningan yang jernih. Berikut pembahasan unsur-unsur penting dalam puisi ini.

Tema

Tema utama puisi Eling adalah kesadaran diri dan pencerahan spiritual. Kata eling dalam bahasa Jawa berarti “ingat” atau “sadar”, yang dalam konteks ini menunjuk pada kesadaran akan hakikat diri dan kehadiran Tuhan. Puisi ini merefleksikan momen ketika manusia melepaskan segala kepalsuan dan kembali pada kesunyian batin yang suci.

Puisi ini bercerita tentang proses introspeksi dan pembersihan batin. Penyair menggambarkan suasana “suara-suara pamit kembali” sebagai simbol dari lenyapnya hiruk-pikuk dunia dan bisikan ego. Lalu hadir “dedaunan meditasi sunyi” yang melambangkan ketenangan dan penerimaan. Semua elemen alam dalam puisi ini seolah turut bermeditasi, menyimbolkan keharmonisan antara manusia dan semesta ketika seseorang mencapai kesadaran sejati.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah ajakan untuk mengenali dan mengakui kebenaran batin. Djoko Saryono ingin menyampaikan bahwa segala kepura-puraan, alasan, dan topeng hidup akhirnya akan gugur ketika manusia mencapai titik kesadaran terdalam. Larik “di sini, rahasia cuma ilusi / karena segala membuka diri” menegaskan bahwa dalam keheningan sejati, tidak ada lagi yang bisa disembunyikan—semuanya menjadi jujur dan terbuka di hadapan Sang Pencipta.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang tercipta dalam puisi ini adalah hening, reflektif, dan spiritual. Pembaca seolah diajak masuk ke dalam ruang sunyi, di mana segala hiruk pikuk dunia berhenti. Nuansa ketenangan terasa begitu kuat, sekaligus menyiratkan aura kesucian dan ketundukan batin di hadapan kebenaran.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat puisi Eling adalah pentingnya kesadaran dan kejujuran batin dalam menjalani kehidupan. Penyair seakan mengingatkan bahwa manusia harus berani menyingkap tabir kepalsuan dalam dirinya, berhenti mencari pembenaran (alibi), dan menerima segala kebenaran dengan penuh keikhlasan. Hanya dengan kesadaran seperti itulah, manusia dapat menemukan kedamaian sejati.

Imaji

Puisi ini menampilkan imaji alam dan spiritual.
  • Imaji pendengaran: “suara-suara pamit kembali” menggambarkan suasana tenang setelah kegaduhan berakhir.
  • Imaji penglihatan: “dedaunan meditasi sunyi” menghadirkan gambaran alam yang berdiam diri, seolah sedang bermenung bersama manusia.
Imaji-imaji ini berfungsi untuk memperkuat kesan meditatif dan kesadaran batin yang ingin disampaikan penyair.

Majas

Djoko Saryono menggunakan beberapa majas personifikasi dan metafora yang kuat:
  • “dedaunan meditasi sunyi” adalah personifikasi, karena dedaunan digambarkan seperti manusia yang bisa bermeditasi.
  • “gerak batin pun buih” merupakan metafora yang menyimbolkan kerapuhan dan kefanaan perasaan manusia.
  • “rahasia cuma ilusi” juga dapat dibaca sebagai paradoks, karena menyiratkan bahwa hal-hal yang dianggap tersembunyi sejatinya terbuka bagi yang sadar.
Puisi “Eling” karya Djoko Saryono adalah sebuah renungan puitis yang mengajak manusia kembali pada kesadaran sejati. Melalui bahasa simbolik dan suasana hening yang spiritual, penyair menegaskan bahwa hidup bukan sekadar pergerakan fisik, tetapi perjalanan batin menuju kejujuran dan keterbukaan di hadapan semesta. Kesadaran seperti inilah yang menjadi inti dari “eling”—sebuah panggilan lembut untuk mengingat Tuhan, diri sendiri, dan makna hidup yang sesungguhnya.

Djoko Saryono
Puisi: Eling
Karya: Djoko Saryono

Biodata Djoko Saryono:
  • Prof. Dr. Djoko Saryono lahir pada tanggal 27 Maret 1962 di kota Madiun.
© Sepenuhnya. All rights reserved.