Hartati
Hartati nama kidungku
Kidung daun kemangi bunga turi
Hartati nama kidungku
Kidung sayur lumbu ikan teri
Adas pulasari brambang
Ini bukan sekedar angan-angan
Sebab daun sambirata
Buat pengobat sakit jiwa
Hartati nama kidungku
Kidung daun kemangi bunga turi
Kidung sayur lumbu ikan teri
Adah, aduh
Hatiku sudah berlabuh
1976
Analisis Puisi:
Puisi "Hartati" karya Suripan Sadi Hutomo adalah salah satu contoh khas dari gaya puitik penyair yang akrab dengan dunia Jawa, bahasa rakyat, dan metafora kehidupan sehari-hari. Melalui diksi yang sederhana namun sarat makna, puisi ini menghadirkan perpaduan antara cinta, kesederhanaan, dan simbol-simbol keseharian masyarakat pedesaan.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah cinta yang bersahaja dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Cinta tidak digambarkan secara megah atau romantis berlebihan, tetapi melalui benda-benda sederhana seperti daun kemangi, bunga turi, sayur lumbu, ikan teri, daun sambirata, atau bumbu dapur seperti adas, pulasari, dan brambang.
Tema tambahan yang menguat adalah kehangatan tradisi dan budaya lokal, terutama melalui penggunaan unsur dapur, tanaman obat, dan makanan khas yang mencerminkan kedekatan dengan alam dan kehidupan desa.
Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh yang mengungkapkan cintanya melalui “kidung”, yaitu nyanyian atau pujian. Nama Hartati dijadikan kidung, seolah menjadi sumber inspirasi. Penyair membungkus rasa cinta itu dengan metafora kuliner dan tanaman obat—hal-hal yang akrab dalam keseharian masyarakat pedesaan.
Pengulangan:
“Hartati nama kidungkuKidung daun kemangi bunga turiHartati nama kidungkuKidung sayur lumbu ikan teri”
menunjukkan bahwa bagi penyair, sosok Hartati adalah bagian dari hidup sehari-hari—sesuatu yang menghangatkan, menenangkan, dan memberi aroma khas layaknya masakan rumah.
Bagian tengah puisi:
“Ini bukan sekedar angan-anganSebab daun sambirataBuat pengobat sakit jiwa”
mengisyaratkan bahwa perasaan itu bukan ilusi atau mimpi, melainkan sesuatu yang nyata dan menyembuhkan. Hartati dihadirkan sebagai obat batin, penawar kegelisahan.
Akhir puisi:
“Adah, aduhHatiku sudah berlabuh”
menegaskan bahwa sang penyair telah mantap dalam cintanya.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa cinta bisa hadir di tengah kesederhanaan hidup, dan bahkan kesederhanaan itu menjadi kekuatan makna cinta itu sendiri. Penyair tidak memerlukan kata-kata rumit atau simbol megah; justru hal-hal kecil—daun kemangi, bunga turi, sayur lumbu—menjadi media untuk menyampaikan kedalaman rasa.
Ada juga makna bahwa cinta memiliki sifat penyembuh. Daun sambirata, yang dikenal sebagai tanaman obat, dijadikan simbol bahwa kehadiran orang tercinta dapat menyembuhkan luka batin, memberi ketenangan, serta menata kembali hati yang sebelumnya kacau.
Selain itu, penyair ingin mengajak pembaca untuk melihat cinta sebagai bagian dari budaya dan keseharian—not sebagai sesuatu yang abstrak, tetapi sebagai bagian dari ritme hidup.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang hadir dalam puisi ini adalah hangat, akrab, dan penuh keintiman. Penyair membawa pembaca ke dunia dapur dan halaman rumah—ruang paling manusiawi tempat cinta tumbuh tanpa kepura-puraan. Suasana juga terasa lembut dan liris, seperti nyanyian rakyat yang menenangkan.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji kuliner dan imaji tanaman obat, yang memberikan warna budaya lokal. Beberapa imaji yang menonjol:
- “kidung daun kemangi bunga turi” → imaji tentang aroma dan keindahan sederhana.
- “kidung sayur lumbu ikan teri” → imaji masakan rumah yang hangat dan merakyat.
- “adas pulasari brambang” → imaji bumbu dapur, menguatkan nuansa keseharian.
- “daun sambirata buat pengobat sakit jiwa” → imaji penyembuhan, menghadirkan efek simbolis tentang kedamaian.
Imaji-imaji ini tidak hanya visual, tetapi juga olfaktori (bau), rasa, dan suasana rumah.
Majas
Beberapa majas dalam puisi ini antara lain:
Metafora
- Hartati dijadikan “kidung”, sebuah pujian atau nyanyian indah. Ini adalah metafora cinta dan pemujaan.
- Makanan dan tanaman dipakai sebagai metafora kehangatan cinta.
Personifikasi
- Tidak sangat dominan, tetapi kidung yang “berupa” daun kemangi atau sayur lumbu mengandung unsur personifikasi halus—seolah masakan itu bisa bernyanyi.
Repetisi (Pengulangan)
- Pengulangan “Hartati nama kidungku” memperkuat suasana liris dan musikal.
Simbolisme
- Tanaman obat → simbol penyembuhan batin.
- Masakan rumah → simbol keseharian, kesederhanaan, dan ketulusan.
Puisi ini memadukan simbol kuliner dan budaya sebagai bentuk pengungkapan perasaan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat puisi ini dapat dibaca sebagai berikut:
- Cinta tidak harus megah—kesederhanaan justru bisa menjadi cara paling indah untuk mencintai.
- Hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari memiliki makna besar dan dapat menjadi sumber kebahagiaan.
- Cinta yang tulus dapat menjadi obat batin, memberikan ketenangan dan penyembuhan.
- Budaya lokal dan tradisi dapat menjadi media ekspresi yang sangat puitis.
Puisi ini seolah mengingatkan pembaca bahwa keindahan tidak selalu berada di tempat yang jauh; ia bisa ditemukan dalam dapur rumah, dalam aroma daun kemangi, dalam masakan sederhana, dalam keseharian kita sendiri.
Karya: Suripan Sadi Hutomo
Biodata Suripan Sadi Hutomo:
- Suripan Sadi Hutomo lahir pada tanggal 5 Februari 1940 di Ngawen, Blora.
- Suripan Sadi Hutomo meninggal dunia pada tanggal 23 Februari 2001 di Surabaya.