Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kain yang Menyimpan Cerita (Karya Moh Akbar Dimas Mozaki)

Puisi “Kain yang Menyimpan Cerita” karya Moh Akbar Dimas Mozaki adalah bentuk penghormatan terhadap batik sebagai simbol cinta, kesabaran, dan ...

Kain yang Menyimpan Cerita


Motif batik adalah lukisan hati yang ditulis dengan kesabaran.
Setiap goresan lilin adalah narasi cinta pada budaya.
Kita tidak hanya memakai kain, tetapi identitas.
9 November 2025

Analisis Puisi:

Tema utama puisi “Kain yang Menyimpan Cerita” adalah cinta terhadap budaya dan identitas bangsa melalui simbol batik. Penyair mengangkat batik — warisan budaya Indonesia — bukan sekadar sebagai kain atau motif indah, tetapi sebagai perwujudan nilai, kesabaran, dan kebanggaan identitas. Tema ini menegaskan bahwa karya seni tradisional seperti batik adalah ekspresi jiwa masyarakat yang mencintai budaya mereka, serta bentuk komunikasi emosional antara masa lalu dan masa kini.

Puisi ini bercerita tentang makna mendalam di balik selembar kain batik. Melalui tiga baris yang padat, penyair menggambarkan proses membatik sebagai tindakan yang sarat makna — bukan hanya aktivitas kerajinan, tetapi juga tindakan spiritual dan kultural.

Baris “Motif batik adalah lukisan hati yang ditulis dengan kesabaran” menunjukkan bahwa setiap motif batik mengandung perasaan dan nilai luhur.

Lalu “Setiap goresan lilin adalah narasi cinta pada budaya” menggambarkan bagaimana proses pembuatan batik menjadi bentuk pengabdian pada warisan nenek moyang.

Akhirnya, “Kita tidak hanya memakai kain, tetapi identitas” menjadi puncak makna: batik bukan sekadar pakaian, melainkan simbol jati diri dan kebanggaan nasional.

Dengan demikian, puisi ini mengisahkan hubungan emosional antara manusia dan budaya yang melekat dalam setiap helai kain tradisional Indonesia.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa budaya tidak hanya diwarisi, tetapi juga harus dihargai dan dihayati. Batik dalam puisi ini menjadi metafora dari jati diri bangsa yang lahir dari kesabaran, cinta, dan nilai-nilai luhur.

Penyair mengajak pembaca untuk menyadari bahwa di balik setiap karya budaya, tersimpan kisah perjuangan, ketekunan, dan spiritualitas.

Baris “lukisan hati” menandakan bahwa seni batik lahir dari perasaan terdalam manusia, bukan sekadar keterampilan tangan.

Sementara “narasi cinta pada budaya” menegaskan bahwa pelestarian budaya adalah bentuk cinta yang aktif dan terus-menerus, bukan hanya kebanggaan simbolik.

Makna tersirat lainnya ialah bahwa identitas nasional bukan sesuatu yang diwariskan begitu saja, melainkan harus dijaga, dikenakan, dan dihidupi setiap hari — sebagaimana seseorang mengenakan batik dengan rasa hormat dan kebanggaan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa hangat, penuh cinta, dan reflektif. Penyair tidak menulis dengan nada heroik atau formal, melainkan dengan kelembutan dan penghargaan mendalam terhadap proses batik dan nilai budaya di dalamnya.

Ada kehangatan emosional ketika pembaca membayangkan tangan-tangan pembatik yang bekerja dengan sabar, serta rasa bangga ketika mengenakan hasil karya budaya sendiri.

Suasana ini juga memunculkan rasa syukur dan kekaguman, karena setiap motif batik menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan kreativitas bangsa Indonesia.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat yang disampaikan dalam puisi ini adalah pentingnya menghargai dan melestarikan budaya tradisional sebagai bagian dari identitas diri dan bangsa. Penyair ingin menegaskan bahwa batik — dan karya budaya lain — bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan penanda jati diri yang hidup di masa kini.

Selain itu, puisi ini menyampaikan pesan tentang ketekunan dan kesabaran. Proses membatik yang membutuhkan ketelitian dan waktu panjang menjadi simbol bahwa setiap karya besar — baik dalam seni maupun kehidupan — lahir dari kesabaran dan cinta yang tulus.

Amanat lain yang tersirat adalah ajakan untuk mengenakan budaya dengan kebanggaan, bukan sekadar formalitas atau kewajiban, tetapi dengan kesadaran bahwa setiap helai batik membawa kisah bangsa dan nilai spiritual yang mendalam.

Imaji

Puisi ini menampilkan imaji visual dan emosional yang kuat, meski hanya dengan tiga baris.
  • Imaji visual: muncul dari kata “motif batik” dan “goresan lilin”, yang menghadirkan gambaran nyata tentang proses membatik — bagaimana lilin panas ditorehkan di atas kain dengan pola yang indah dan rumit.
  • Imaji emosional: tampak dalam frasa “lukisan hati” dan “narasi cinta pada budaya”, yang menghadirkan perasaan lembut, kesabaran, dan rasa cinta mendalam terhadap warisan budaya.
Imaji-imaji ini membuat pembaca tidak hanya melihat batik sebagai benda, tetapi juga merasakan getaran emosional dan spiritual di balik proses pembuatannya.

Majas

Puisi ini menggunakan beberapa majas yang memperkuat kedalaman maknanya:

Metafora:
  • “Motif batik adalah lukisan hati” — membandingkan motif batik dengan ungkapan perasaan manusia.
  • “Setiap goresan lilin adalah narasi cinta pada budaya” — menggambarkan proses membatik sebagai kisah cinta terhadap budaya.
Kedua metafora ini mengangkat batik dari sekadar karya seni menjadi simbol spiritual dan emosional.

Personifikasi:
  • Dalam ungkapan “kain yang menyimpan cerita”, kain digambarkan seolah memiliki kemampuan menyimpan kisah, memberi kesan hidup dan penuh makna.
Hiperbola:
  • Penggambaran batik sebagai “identitas” bangsa memberikan penekanan yang mendalam dan idealistik tentang makna budaya.
Majas-majas tersebut memberi keindahan dan daya ungkap yang lembut, menjadikan puisi ini sederhana namun sarat makna simbolik.

Puisi “Kain yang Menyimpan Cerita” karya Moh Akbar Dimas Mozaki adalah bentuk penghormatan terhadap batik sebagai simbol cinta, kesabaran, dan identitas bangsa Indonesia.

Moh Akbar Dimas Mozaki
Puisi: Kain yang Menyimpan Cerita
Karya: Moh Akbar Dimas Mozaki

Biodata Moh Akbar Dimas Mozaki:
  • Moh Akbar Dimas Mozaki, mahasiswa S1 Sastra Indonesia, Universitas Andalas.
© Sepenuhnya. All rights reserved.