Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kita Punya Musim Lain (Karya Raedu Basha)

Puisi “Kita Punya Musim Lain” karya Raedu Basha bercerita tentang perjalanan manusia menuju pembaruan diri setelah melewati kejenuhan dan kesunyian ..
Kita Punya Musim Lain

Kita akan punya musim yang lain
yang belum cukup hujan kemarau
belum tentu semi gugur
akan ada jeda
hening
ketika
tiada lagi wangi selain bunga-bunga
yang terhenyak menikmati semerbaknya sendiri.

Dan daun menghijaukan kering tubuhnya yang sepi
kita akan punya musim yang lain
saat kejenuhan berbaring di kamarnya
dan waktu berbeda kan terjaga
dari usik tidur lelap yang lama
menjadi kehidupan nyata
di alam mimpi-mimpi.

2015

Analisis Puisi:

Puisi “Kita Punya Musim Lain” memiliki tema tentang harapan, perubahan, dan kebangkitan batin manusia. Raedu Basha berbicara tentang musim lain—sebuah metafora untuk masa baru dalam kehidupan, yang belum tentu identik dengan siklus alam seperti hujan atau kemarau, melainkan musim batin yang hanya bisa dialami manusia ketika ia mencapai keheningan dan kesadaran baru.

Tema ini menggambarkan keinginan untuk keluar dari kebosanan hidup dan menemukan arti baru dari keberadaan. “Musim lain” menjadi lambang dari pencerahan, saat seseorang menemukan keseimbangan setelah masa lelah dan kehampaan.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan manusia menuju pembaruan diri setelah melewati kejenuhan dan kesunyian hidup. Penyair menggambarkan bahwa “musim lain” adalah keadaan baru yang tidak bisa diukur dengan waktu fisik seperti hujan, kemarau, semi, atau gugur. Ia adalah musim spiritual, ketika manusia menemukan ketenangan dan kesadaran baru di tengah jeda kehidupan.

Dalam puisi, terdapat gambaran “hening” dan “tiada lagi wangi selain bunga-bunga yang terhenyak menikmati semerbaknya sendiri.” Baris ini melukiskan momen refleksi dan penerimaan diri, ketika seseorang tidak lagi mencari kebahagiaan dari luar, tetapi menemukannya dari dalam dirinya sendiri.
Puisi ini juga menyinggung perubahan waktu dan kesadaran manusia:

“Dan waktu berbeda kan terjaga
dari usik tidur lelap yang lama
menjadi kehidupan nyata di alam mimpi-mimpi.”

Baris tersebut menyiratkan bahwa manusia akhirnya “terbangun” dari tidurnya — dari kehidupan yang pasif menuju kesadaran baru yang lebih hidup dan bermakna.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah tentang proses introspeksi dan kelahiran kembali jiwa manusia. Raedu Basha menggunakan simbol “musim lain” untuk melambangkan fase transformasi batin—sebuah masa di mana manusia menyadari bahwa hidup tidak selalu harus berputar di antara suka dan duka, sibuk dan hening, tetapi juga memerlukan “jeda.”

“Musim lain” dapat dimaknai sebagai masa pembersihan diri, ketika seseorang mengosongkan batinnya dari hiruk-pikuk dunia untuk menemukan makna kehidupan yang sejati.

Kata-kata seperti “hening”, “bunga-bunga menikmati semerbaknya sendiri”, dan “kejenuhan berbaring di kamarnya” memperkuat makna bahwa penyair mengajak pembaca merenung dan berdamai dengan kesendirian.

Makna tersirat lainnya ialah bahwa manusia memiliki waktu batinnya sendiri yang tidak harus sejalan dengan ritme dunia luar.

Dalam hening dan jeda itulah, seseorang bisa menemukan kembali rasa hidup yang sejati — bukan sekadar eksistensi, melainkan kesadaran yang penuh makna.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini hening, kontemplatif, dan penuh keindahan yang tenang. Penyair menciptakan suasana yang lembut dan reflektif, seolah pembaca diajak berjalan di taman yang sunyi, di mana bunga-bunga sedang berbicara dengan dirinya sendiri.

Kesunyian yang dihadirkan bukanlah kesepian, melainkan kedamaian spiritual. Ada perasaan tenang, pasrah, dan optimis bahwa setelah kejenuhan dan tidur panjang, akan datang masa baru yang lebih hidup — “musim lain” yang lebih penuh makna.

Imaji

Raedu Basha menggunakan imaji alam yang lembut dan simbolis untuk menyampaikan perenungan batin. Beberapa imaji yang menonjol antara lain:
  • Imaji visual: “Bunga-bunga yang terhenyak menikmati semerbaknya sendiri.” Gambaran ini menghadirkan keindahan yang hening dan menenangkan, di mana alam seolah merenung bersama manusia.
  • Imaji gerak: “Daun menghijaukan kering tubuhnya yang sepi.” Ini adalah gambaran kebangkitan setelah masa kering, simbol dari harapan baru.
  • Imaji waktu: “Saat kejenuhan berbaring di kamarnya.” Waktu seolah memiliki perasaan dan dapat beristirahat, menciptakan nuansa imajiner yang menenangkan namun mendalam.
Kekuatan imaji dalam puisi ini terletak pada kemampuannya memadukan alam dan jiwa manusia dalam satu lanskap yang selaras, menunjukkan bahwa keduanya saling mencerminkan.

Majas

Puisi ini kaya akan majas simbolik dan personifikasi yang memperkuat keindahan serta kedalaman maknanya:
  • Majas metafora: “Musim lain” menjadi metafora bagi fase baru dalam kehidupan atau kesadaran batin.
  • Majas personifikasi: “Daun menghijaukan kering tubuhnya yang sepi” memberi sifat manusia pada daun, menggambarkan kebangkitan setelah kesepian.
  • Majas sinekdoke: “Bunga-bunga” mewakili keindahan, kehidupan, dan keheningan yang sadar akan dirinya sendiri.
  • Majas antitesis: “Belum cukup hujan kemarau, belum tentu semi gugur” menunjukkan kontras untuk menggambarkan bahwa “musim lain” bukan bagian dari siklus alam biasa, melainkan pengalaman yang melampauinya.
Majas-majas ini memberi nuansa liris dan simbolis yang kuat, menjadikan puisi terasa hidup dan sekaligus meditatif.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat puisi ini adalah ajakan kepada manusia untuk menemukan keseimbangan dan kedamaian dalam hidup melalui keheningan. Penyair ingin menyampaikan bahwa tidak semua perubahan terjadi di luar diri — ada musim dalam jiwa yang menandai pertumbuhan batin.

Pesan lain yang bisa ditarik adalah pentingnya jeda dari kejenuhan hidup modern. Raedu Basha seolah mengingatkan pembaca bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu hadir dalam hiruk-pikuk aktivitas, melainkan dalam kemampuan untuk menikmati “semerbaknya sendiri,” seperti bunga yang tenang dalam diamnya.

Puisi ini juga mengandung semangat harapan dan kebangkitan: setelah masa jenuh dan tidur panjang, akan datang musim baru — musim kesadaran, cinta, dan kehidupan yang lebih jernih.

"Puisi Raedu Basha"
Puisi: Kita Punya Musim Lain
Karya: Raedu Basha
© Sepenuhnya. All rights reserved.