Masih Berkilat Embun, Embun Pagi
masih berkilat embun, embun pagi
engkau mengeluh panjang sekali
ada burung, ada dahan, ada hari
lepas menyayup suaramu bersendiri
apa yang dinanti, setelah cuaca ini
jika angin tak berangkat lagi
ada yang di sini bersamamu kembali
berbicara: kalbu demikian sunyi?
1973
Analisis Puisi:
Puisi "Masih Berkilat Embun, Embun Pagi" karya Linus Suryadi AG menciptakan sebuah gambaran alam yang indah dan introspektif, menggambarkan momen embun pagi yang masih berkilauan dan suasana yang mengundang refleksi.
Gambaran Alam: Puisi ini membawa pembaca ke dalam suasana pagi yang segar dan tenang dengan gambaran embun yang masih berkilauan. Embun pagi menjadi metafora alam yang menyajikan keindahan dan kedamaian. Burung, dahan, dan hari yang disebutkan dalam puisi menambah kedalaman dan keberadaan alam dalam penggambaran suasana.
Ekspresi Emosional: Ada elemen emosi yang kuat dalam puisi ini. Kata-kata "engkau mengeluh panjang sekali" memberi nuansa kesedihan atau kegelisahan yang mungkin dirasakan oleh subjek puisi. Ini menciptakan perasaan kerinduan atau kekosongan yang ingin diungkapkan atau diatasi.
Refleksi dan Pertanyaan: Puisi ini mengajukan pertanyaan introspektif yang membangkitkan refleksi dalam diri pembaca. Pertanyaan seperti "apa yang dinanti, setelah cuaca ini" mengundang pembaca untuk memikirkan tujuan atau harapan di masa depan. Pertanyaan tersebut juga menyoroti kekosongan atau ketidakpastian yang mungkin dirasakan subjek puisi.
Kesunyian dan Kesendirian: Ada nuansa kesunyian dan kesendirian yang terasa melalui kata-kata "ada yang di sini bersamamu kembali, berbicara: kalbu demikian sunyi?" Kesunyian yang disebutkan di sini bisa jadi merupakan refleksi dari perasaan kesendirian atau kekosongan dalam hati subjek puisi.
Kekuatan Imaji: Penyair menggunakan imaji alam yang kuat untuk mengekspresikan kondisi emosional dan spiritual subjek puisi. Kilauan embun pagi, burung, dan dahan menciptakan gambaran yang hidup dan mengundang pembaca untuk meresapi suasana dan makna di balik kata-kata.
Dengan demikian, puisi "Masih Berkilat Embun, Embun Pagi" adalah puisi yang mengundang pembaca untuk merenungkan keindahan alam, kekosongan emosional, dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam kehidupan manusia.
Biodata Linus Suryadi AG:
- Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
- Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
- AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.
