Sumber: Sajak-Sajak Lengkap, 1961-2001 (2001)
Analisis Puisi:
Goenawan Mohamad, seorang penyair terkemuka Indonesia, dikenal dengan karya-karya yang mendalam dan penuh makna. Salah satu puisinya yang terkenal adalah "Pariksit". Puisi ini menggambarkan kisah Raja Pariksit yang menanti nasibnya di puncak menara, menghadapi kutukan dan merenungkan hidupnya.
Pengantar Puisi "Pariksit"
Puisi "Pariksit" membawa pembaca ke dalam dunia mitologi dan sejarah, di mana Raja Pariksit harus menghadapi kutukan yang akan membinasakannya. Kutukan ini diberikan oleh Crengi dan akan berakhir dengan kedatangan Naga Taksaka. Goenawan Mohamad dengan cermat menggabungkan elemen-elemen mitologi dengan refleksi filosofis tentang kehidupan, kematian, dan nasib.
Bagian Pertama (Pariksit 1)
Pada bagian pertama, Raja Pariksit menyadari bahwa kutukan sedang mendekat. Dia merasakan angin yang purba, dingin, dan asing, serta menantikan saat kutukan tersebut mencapai dirinya. Di sini, Pariksit merenungkan tentang rakyatnya yang menyelamatkan dan menyiksanya, serta tentang ketidakmampuan manusia untuk berbagi beban secara penuh. Pariksit merasakan kesepian yang mendalam dan sunyi yang menyelimuti dirinya.
Bagian Kedua (Pariksit 2)
Bagian kedua mengungkapkan dualitas menara sebagai penjara sekaligus penyelamat bagi Pariksit. Menara ini tinggi dan angkuh, namun juga menjadi tempat perlindungan bagi raja muda tersebut. Pariksit berbicara tentang pilihan-pilihan yang telah dibuatnya demi keselamatan keluarganya dan rakyatnya, meskipun itu berarti ia harus hidup dalam ketakutan dan kehilangan kebebasan hatinya. Ia juga merenungkan tentang maut yang telah dihindarinya.
Bagian Ketiga (Pariksit 3)
Pada bagian ini, Pariksit menunggu kutukan yang akan datang pada senja hari. Dia merindukan kemenangan-kemenangan yang dapat mengalahkan rasa takutnya. Pariksit menyadari bahwa keabadian hanya ada dalam perpisahan dan bahwa kehidupan yang fana dan penuh warna akan hilang bersamanya. Dia juga mengingat kekasihnya dalam kenangan dini hari yang telanjang dan penuh harumnya.
Bagian Keempat (Pariksit 4)
Bagian keempat menggambarkan kebingungan dan ketakutan Pariksit saat dia merasakan dinginnya angin yang menguap padanya. Dia merenungkan bahwa meskipun ia selamat, kiamat tetap akan ada dalam dirinya. Pariksit menyadari bahwa meskipun ia dibebaskan, ia tidak sepenuhnya bebas dan kehilangan identitasnya. Dalam kesunyian menara, dia menobatkan ketakutannya dan mengikat kehidupannya pada takdir yang tidak bisa dihindari.
Bagian Kelima (Pariksit 5)
Bagian terakhir puisi ini mengungkapkan penerimaan Pariksit terhadap mautnya. Dia menunjukkan bahwa segala yang terjadi tidaklah sia-sia. Dengan keberanian, dia mendekap siksa yang diwakilkan padanya dan menyatu dengan maut. Pariksit melihat keabadian dalam pergerakan alam dan nafas yang santai, serta memahami bahwa setiap momen adalah fana namun juga baka.
Puisi "Pariksit" karya Goenawan Mohamad merupakan karya yang mendalam, menggambarkan perjuangan manusia dalam menghadapi nasib dan ketakutan. Melalui kisah Raja Pariksit, Goenawan Mohamad mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan, kematian, dan makna keberadaan. Dengan bahasa yang indah dan penuh simbolisme, puisi ini menjadi salah satu karya yang memperkaya dunia sastra Indonesia.
Puisi: Pariksit
Karya: Goenawan Mohamad
Biodata Goenawan Mohamad:
- Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
- Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.