Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Peunayong (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Peunayong" karya Mustafa Ismail menggambarkan peristiwa dramatis dan refleksi filosofis tentang kehidupan, bencana alam, dan hubungan ...
Peunayong
(Meue, Peunayong)

Kudengar kau sempat berlari, menumpang Nuh,
ketika kota menjadi laut

Persis di depan Rex, kau bermalam
bersama Agam, penyair yang kehilangan kata-kata itu

Kau ingat, Rex adalah laut
tempat kita menyemburkan sajak

Menulis malam, juga memaki kegelapan dan langit
yang coreng-moreng

Dan pagi itu segala berubah

Aku bisa membayangkan, bagaimana kau berlari
dan orang-orang melontarkan puja-puji

Tapi tidak sempatkah kau tanya pada Nuh
mengapa Tuhan mengirim laut pasang

Dan mengapa Ia tidak mengirim perahu
atau puncak gunung yang tinggi.

Pamulang, 5 Januari 2005

Analisis Puisi:

Puisi "Peunayong" karya Mustafa Ismail adalah sebuah karya yang menggambarkan peristiwa dramatis dan refleksi filosofis tentang kehidupan, bencana alam, dan hubungan manusia dengan alam serta Tuhan. Dengan menggunakan bahasa yang puitis dan gambaran yang kuat, Mustafa Ismail mengajak pembaca untuk merenungkan arti dari kejadian-kejadian besar dalam kehidupan.

Bencana dan Refleksi Manusia

Bait pertama puisi ini membawa pembaca ke dalam suasana bencana besar yang mengingatkan pada kisah Nabi Nuh dan banjir besar yang diutus Tuhan sebagai hukuman. Metafora ini mengingatkan kita pada kekuatan alam yang maha kuasa dan bagaimana manusia meresponsnya dalam ketakutan dan kebingungan.

Kota sebagai Laut dan Metafora Sajak

Ismail menggambarkan kota yang menjadi laut, menciptakan gambaran yang dramatis tentang perubahan drastis dan kehancuran. Rex, yang digambarkan sebagai tempat kita menyemburkan sajak, menjadi simbol kreativitas dan kehidupan batin yang terkait erat dengan lingkungan sekitarnya.

Kontras Antara Malam dan Pagi

Puisi ini menciptakan kontras yang kuat antara malam yang gelap dan pagi yang mencerahkan segalanya. Malam digambarkan sebagai waktu untuk menulis dan memaki kegelapan serta langit, sementara pagi membawa perubahan yang tidak terduga dan peristiwa baru yang mungkin membawa harapan atau penderitaan.

Pertanyaan Filosofis tentang Tuhan

Di bait terakhir, Ismail mengeksplorasi pertanyaan filosofis tentang keadilan Tuhan dan tindakan-Nya terhadap umat manusia. Mengapa Tuhan mengirimkan banjir tanpa memberikan perahu atau tempat perlindungan yang cukup? Pertanyaan ini mengundang pembaca untuk merenung tentang hakikat takdir dan peran manusia dalam menghadapinya.

Penggambaran Emosi dan Reaksi Manusia

Puisi ini tidak hanya menggambarkan peristiwa alam yang dramatis, tetapi juga menggambarkan reaksi emosional manusia dalam menghadapinya. Ada gambaran tentang ketakutan, kebingungan, serta refleksi dan tanya-tanya tentang makna dan tujuan dari apa yang terjadi.

Puisi "Peunayong" karya Mustafa Ismail adalah sebuah karya yang membangkitkan perenungan mendalam tentang hubungan manusia dengan alam, kebesaran Tuhan, dan kehidupan itu sendiri. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang puitis, Ismail berhasil menciptakan sebuah narasi yang mengundang pembaca untuk merenungkan tentang makna dari bencana alam, peran kreativitas dalam menghadapi kehancuran, serta pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang takdir dan keadilan. Puisi ini menggambarkan kekuatan dan kerapuhan manusia dihadapkan pada kekuatan alam yang luar biasa, dan bagaimana kita meresponsnya sebagai individu dan sebagai masyarakat.

Mustafa Ismail
Puisi: Peunayong
Karya: Mustafa Ismail

Biodata Mustafa Ismail:
  • Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.