Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Plaza-Plaza Berkabung (Karya Dorothea Rosa Herliany)

Puisi "Plaza-Plaza Berkabung" karya Dorothea Rosa Herliany adalah karya yang mendalam tentang
Plaza-Plaza Berkabung

Seroja tak tumbuh dalam kaca etalase. juga
rumput-rumput. tapi aku tetap menanamnya. dan
kehidupan seperti menguap dari kuncup yang 
terbuka, -bayangan di depan kita. Kau-lah
yang lantas mencabutinya.

halaman rumah memang tak lebar. Kau ingin
menjejer boneka-boneka liling. dan lampu-lampu
kristal, dan wangi parfum semboja. halaman
rumah amat sempit. hanya ada bangku, pot-pot
yang kosong, dan sesuatu yang menatap kita
-sungai menetes dari pandangnya!

1988

Sumber: Nikah Ilalang (1995)

Analisis Puisi:

Puisi "Plaza-Plaza Berkabung" karya Dorothea Rosa Herliany menyajikan gambaran mendalam tentang kesedihan, keterbatasan, dan keputusasaan dalam konteks kehidupan yang terbatasi. Dengan bahasa yang kaya dan simbolisme yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk mengeksplorasi tema-tema keindahan yang hilang dan pengorbanan pribadi dalam menghadapi kenyataan yang membatasi.

Bait Pertama

Seroja tak tumbuh dalam kaca etalase. juga
rumput-rumput. tapi aku tetap menanamnya. dan
kehidupan seperti menguap dari kuncup yang
terbuka, -bayangan di depan kita. Kau-lah
yang lantas mencabutinya.

Bait pertama menggambarkan perasaan ketidakmampuan untuk melihat keindahan tumbuh dalam ruang yang tidak mendukung—kaca etalase yang membatasi pertumbuhan. "Seroja" dan "rumput-rumput" mewakili keindahan dan kehidupan yang tidak bisa berkembang dalam keterbatasan. Meskipun ada usaha untuk menanamnya, kehidupan yang diharapkan tampaknya menguap dan tidak dapat terwujud sepenuhnya. Frasa "Kau-lah yang lantas mencabutinya" menunjukkan kehadiran seseorang atau sesuatu yang menghapuskan atau menghancurkan usaha dan harapan yang telah ada, menciptakan rasa kehilangan dan frustrasi.

Bait Kedua

halaman rumah memang tak lebar. Kau ingin
menjejer boneka-boneka liling. dan lampu-lampu
kristal, dan wangi parfum semboja. halaman
rumah amat sempit. hanya ada bangku, pot-pot
yang kosong, dan sesuatu yang menatap kita
-sungai menetes dari pandangnya!

Bait ini menggambarkan keterbatasan fisik dan emosional dalam ruang yang sempit—halaman rumah yang kecil. Keinginan untuk mengisi ruang dengan barang-barang indah seperti boneka, lampu kristal, dan parfum semboja mencerminkan keinginan untuk menciptakan keindahan dan kenyamanan. Namun, kenyataan halaman yang sempit hanya memungkinkan adanya "bangku, pot-pot yang kosong," dan "sesuatu yang menatap kita," yaitu "sungai menetes dari pandangnya." Ini menggambarkan rasa kesepian dan kekosongan yang mendalam meskipun ada upaya untuk mengisi ruang dengan keindahan.

Tema dan Makna

  • Keterbatasan dan Kesedihan: Puisi ini mengeksplorasi tema keterbatasan dan kesedihan melalui simbolisme ruang yang sempit dan keindahan yang tidak dapat berkembang. Halaman rumah yang kecil dan kosong mewakili keterbatasan fisik dan emosional, sedangkan usaha untuk menanam seroja dan rumput mencerminkan keinginan untuk menemukan keindahan dalam keterbatasan. Ketidakmampuan untuk mencapai keindahan yang diinginkan menciptakan rasa kesedihan dan kehilangan.
  • Keindahan yang Hilang: Seroja dan rumput mewakili keindahan yang tidak dapat berkembang dalam keterbatasan. Meskipun ada usaha untuk menciptakan keindahan, realitas yang membatasi menghapuskan harapan tersebut. Keinginan untuk menambah elemen keindahan seperti boneka dan lampu kristal mencerminkan usaha untuk mengatasi kekosongan, tetapi kenyataannya tetap ada perasaan kosong dan tidak lengkap.
  • Konflik dan Keputusasaan: Konflik antara keinginan dan kenyataan terlihat jelas dalam puisi ini. Meskipun ada keinginan untuk menciptakan keindahan dan kenyamanan, keterbatasan ruang dan kekosongan mengarah pada rasa keputusasaan. "Sungai menetes dari pandangnya" menambahkan dimensi kesedihan yang terus-menerus, menggambarkan bagaimana keindahan dan harapan terus-menerus dijauhkan oleh kenyataan.
Puisi "Plaza-Plaza Berkabung" karya Dorothea Rosa Herliany adalah karya yang mendalam tentang keterbatasan, kesedihan, dan keindahan yang hilang. Melalui simbolisme halaman rumah yang sempit dan usaha yang gagal untuk menanam keindahan, puisi ini menggambarkan perasaan frustrasi dan keputusasaan dalam menghadapi keterbatasan yang membatasi. Dengan bahasa yang emosional dan imajinatif, Herliany mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana keindahan dan harapan dapat hilang dalam ruang yang terbatas, dan bagaimana upaya untuk mengisi kekosongan sering kali tidak memadai.

Dorothea Rosa Herliany
Puisi: Plaza-Plaza Berkabung
Karya: Dorothea Rosa Herliany

Biodata Dorothea Rosa Herliany:
  • Dorothea Rosa Herliany lahir pada tanggal 20 Oktober 1963 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia adalah seorang penulis (puisi, cerita pendek, esai, dan novel) yang produktif.
  • Dorothea sudah menulis sejak tahun 1985 dan mengirim tulisannya ke berbagai majalah dan surat kabar, antaranya: Horison, Basis, Kompas, Media Indonesia, Sarinah, Suara Pembaharuan, Mutiara, Citra Yogya, Dewan Sastra (Malaysia), Kalam, Republika, Pelita, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, dan lain sebagainya.
© Sepenuhnya. All rights reserved.